4. Random Moment

15 2 0
                                        

Artha terbangun kala tubuhnya merasakan hilir angin dingin yang menusuk pori-pori kulit. Ia kebingungan saat menyadari dirinya sudah berada di ruang Unit Kesehatan Sekolah. Tidak ada siapa pun di sana selain dirinya.

Gadis itu berangsur duduk ke tepian bangsal, melihat arloji di tangannya sudah menunjukkan waktu istirahat. Ia lantas beranjak berdiri dan berniat kembali ke kelas.

Langkah Artha terhenti begitu pintu terbuka menampakkan Rissa yang baru saja datang membawa kantung plastik.

Yeu~ gue udah bawain jajanan buat lo kirain lo sakit, ternyata seger buger begini.” Dengusnya.

“Lo yang bawa gue ke sini?” Tanya Artha yang ditanggapi gelengan oleh Rissa.

“Lo pingsan apa ketiduran?”

“Terus siapa yang bawa gue ke sini?”

“Gue denger dari si Puja lo ada di UKS. Makanya abis bel gue langsung beliin makan buat lo. Malah diboongin gue.”

Artha masih saja sibuk berpikir, apakah mungkin Puja yang membawanya ke UKS?

Seingatnya ia tertidur di depan kelas dan tidak mungkin jika ia berjalan sendiri ke UKS.

Artha lantas menggelengkan kepala. Ia tidak ingin repot memikirkan hal yang kurang bermutu dan memilih merebut makanan dari tangan Rissa, meninggalkan Rissa yang menggerutu kesal.

“Lo ke mana aja?” Langkah Artha tercekat saat Kino tiba-tiba muncul di hadapannya berjalan dari arah tangga.

Namun sorot mata Artha tertuju pada laki-laki yang berada di belakang Kino, melewatinya begitu saja.

Kino sontak mengusap wajah Artha hingga ia tersadar. “Gue tanya, bukan lirik-lirik cowok laen!”

“Lo mau ke mana?” Bukan menjawab, Artha sebaliknya bertanya pada Kino membuat laki-laki itu menepuk kening Artha dan berlalu pergi.

“Kino, mau ke mana?” Sahut Artha berteriak sebab Kino sudah berjalan jauh di depannya.

“BK.”

• • •

“Ngapain lo?” Desis Fajar menghampiri Dirga yang tengah memasukkan beberapa camilan dan minuman ke dalam keranjang.

“Lo beli segitu buat siapa?”

“Mau apa sih lo ngikutin gua mulu!” Sungut Dirga menyikut temannya tersebut yang terus saja menempel padanya. Bahkan ia diikuti sampai ke minimarket yang terletak di sebrang sekolah mereka.

“Gue kepo aja liat lo lari-lari ke luar sekolah. Buat Rissa apa buat pacar lo?”

“Gak usah ikut campur, diem lu!”

Elah~ kalo lo mau gue tutup mulut jatahin gue juga dong.” Cebik Fajar menunjukkan cengiran tanpa rasa malu.

Dirga pun mengetuk kepala Fajar dengan coklat batangan yang ia genggam. “Cari cewek sono, bukan ngintilin gue mulu.”

“Gak ah entar gue miskin.”

“Jadi cowok tuh perlu bermodal bukan numpang doang!” Sinisnya.

Fajar mendengus kesal dan menendang bokong Dirga dengan lututnya. “Dari pada lu manfaatin cewek buat pelarian doang, nying!”

“Gue nyari spek yang siap dijadikan istri. Sans bro, nanti gue juga meratukan bini gue lebih dari lo.” Balas Fajar menyindir Dirga yang selalu saja meremehkannya.

ARTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang