7. Perempuan Gila

11 1 0
                                    

"Shaga." Panggil Diana mulai jengah memperhatikan laki-laki yang sedari tadi hanya diam terpaku pada layar ponselnya.

Sore ini Shaga memenuhi janjinya pada Diana yang sudah tertunda sejak kemarin karena ada hal mendesak mengenai kesehatan Budenya.

Namun Diana menyadari jika Shaga sama sekali tidak antusias bertemu dengannya.

Nyaris setiap dirinya bertanya atau sekedar bercerita sama sekali tidak ada balasan bahkan respon sedikit pun dari Shaga.

Selain sesekali melirik Diana, Shaga sepenuhnya diam membisu.

"Apa yang bikin kamu tertarik liat hp terus sih, Ga?" Cetus Diana kesal. Ia hendak merebut benda persegi dari tangan Shaga, tapi sang empu lebih cepat mengelak.

"Kamu sadar gak sih hubungan kita kayak gini-gini aja? Kamu bosen?" Tukasnya.

Shaga menghela nafas. "Sesekali kasih aku waktu buat tenangin diri aku sendiri, Na. Dunia aku gak melulu main sama kamu."

"Tapi kamu udah batalin janji beberapa kali. Hak aku dong minta janji itu."

Sejujurnya Shaga malas berdebat. Ia hanya mengangguk paham untuk menyudahinya kemudian menyimpan ponselnya ke dalam kantung celana.

"Mama minta kita tunangan dulu, Ga."

• • •

"GAK!" Jawab Artha berseru tegas pada Fajar yang seketika mengerjapkan mata terkejut.

"Bilangin sama Kino kalo sampe dia satu kamar sama cewek, gue pipihin pedang pusaka milik dia!"

"Buset." Fajar tak lagi bicara. Ia cukup dibuat bergidik ngeri mendengar ancaman yang diberikan Artha.

Sebelumnya Kino berpesan pada Fajar untuk menyampaikan pada Artha jika selama acara pelantikan osis berlangsung, sementara dia akan menginap di hotel bersama anak osis lainnya.

Sebab itulah Artha berteriak menolak karena mengetahui jika Kino juga akan satu hotel bersama anak osis perempuan. Terlebih salah satu di antaranya ada mantan kekasih Kino, membuat Artha menjadi was-was.

"Pisah hotel, bilangin!" Perintahnya.

"Lo takut Kino pulang-pulang udah gak perjaka ya?" Cibir Fajar menahan tawa sontak mendapat pukulan keras dari Artha.

"Kino bukan kayak lo yang demen keluar-masuk lubang sembarangan."

"Alah~ Sebaik-baiknya cowok juga tetep punya nafsu, Tha. Cuman ada yang pandai nahan ada yang kelabasan, kayak gue misalnya." Ucap Fajar cengengesan tidak jelas.

Artha kembali mendorong kecil pelipis Fajar. "Spesies cowok kayak lo ini yang harus cepet dipunahin."

Gadis itu memutuskan untuk ke kantin mencari Rissa yang belum juga kembali setelah pamit membelikan sarapan untuk Artha.

Sebelum berangkat sekolah Artha memang belum sempat menyarap karena ingin menghindari Kino. Ia sampai meminta Bima untuk mengantarnya di pagi buta agar tidak berpapasan dengan Kino.

Artha hanya kesal karena laki-laki itu benar-benar akan pergi selama tiga hari dan meninggalkannya sendiri.

Langkah Artha terhenti saat isi kepalanya tiba-tiba memutar kenangan pahit di mana dirinya pernah mengalami hal yang sama. Ditinggalkan sendirian oleh orang yang ia sayang.

Dadanya terasa sesak. Kepala Artha mulai pening. Ia segera berpegangan pada dinding begitu kakinya mati rasa.

Shaga berdiri tidak jauh, diam memperhatikan Artha yang perlahan melangkah gontai. Ia diam-diam berjalan di belakangnya tanpa Artha sadari.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang