2

481 66 19
                                    


'Terkutuklah dewa, kupikir kau berpihak padaku karena menghidupkan ku kembali!'

Anastacius pasrah dalam gendongan ayahnya yang berjalan terburu-buru, tapi yang menjadi masalah adalah posisi gendongannya yang tidak normal.
Bisa-bisanya dia tidak sadar jika kepala anaknya ada di bawah dan kakinya berada diatas dengan kata lain Anastacius digendong dengan posisi terbalik.

Dia sudah lelah duluan karena merengek pada ayahnya untuk tidak ikut.
Ibu Darren yang melihat keadaan cucunya terkejut dan langsung menghampiri mereka.
"Astaga! Darren, apa yang kau lakukan pada Anastacius!?"

"Tidak sekarang bu, kita harus buru-buru! Semua keluarga inti akan menunggu la- aww! Aw! Apa yang ibu lakukan!?" Ucapannya terpotong karena cubitan dari ibunya.

"Berikan dia padaku!" Tanpa basa-basi Darren menyerahkan Anastacius pada ibunya.

"Kepalamu pasti pusing, maafkan ayahmu yang bodoh itu. Dia benar-benar tidak tau cara memperlakukan anak sendiri"

'Tidak akan kumaafkan. Uh.... Kepalaku'.
Mereka pun lanjut berjalan menuju mobil yang sudah disediakan di halaman luas mansion mereka.

Sang supir membukakan pintu untuk kedua majikan dan menutupnya kembali begitu mereka sudah masuk.

"Pak, cari jalan pintas. Kami tidak mau yang lain menunggu lama" Ujar Darren.

"Baik, tuan"

●》《●


'Fvck this shite' Anastacius tau apa yang terjadi jika dia ikut pergi dan itu sedang terjadi sekarang.

Begitu banyak orang yang terus menciuminya, mencubiti pipinya, mengacak-acak rambutnya, menggendongnya, dan hal lain yang dibencinya.

"Awhh Darimana wajah imutmu ini kau dapatkan? Ayahmu saja tidak se-imut ini saat kecil" ucap gadis yang menggendongnya.

Anastacius akui dia memang imut, namun mendengar orang lain mengatakannya membuatnya ingin muntah. Wujudnya saja yang berbentuk anak kecil tapi jiwanya sudah berumur 30 lebih- tunggu kurasa 50?. Menjadi anak kecil sangat merepotkan pikirnya.

(Wait, ARui juga geli karena kau ngakui dirimu sendiri imut //muntah pelangi)

Semua harus serba diawasi. Kemana pun dia pergi harus ada setidaknya dua orang yang ikut bersamanya. Untuk mandi, dia masih dimandikan dan untuk makan, dia masih disuapi walau belakangan ini sudah diperbolehkan untuk makan sendiri. Tapi tetap saja dia merasa terganggu dengan semua itu, belum lagi kamarnya yang memiliki satu rak besar berisi mainan tidak berguna (menurutnya). Setidaknya dia beruntung karena kamarnya tidak dihiasi dengan hal-hal yang aneh.

"Ayah."

"Oh, ada apa?. Kenapa memanggil ayahmu?.

"Cius.. mau ayah.."

Semua orang di sekitarnya langsung menjerit kesenangan sebab gemas dengan nada manja dan cadelnya, Sementara bocah itu hanya bisa menahan diri untuk tidak berteriak karena malu.

"Awhhh sebentar ya, biar bibi panggilkan ayahmu.

WOIII DARREN, ANAKMU NYARIIN INI!"

Darren terkejut dan tersedak minuman yang sedang diminumnya. Dia tidak habis pikir dengan keluarganya yang tidak pernah benar jika sudah memanggil.

'Apalagi sekarang?.'

Seusai mengelap mulutnya barulah dia berjalan menghampiri segerombol orang-orang itu.

I fvcking H̶a̶t̶e̶ love you! {BL} [WMMAP FANFICT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang