14 || heart out

1.6K 232 45
                                    

sempetin baca a/n yah:3

Disebuah kafe dengan nuansa khas vintage dan perabot yang serba terdiri dari kayu, sosok sepasang laki-laki dan perempuan terlihat duduk berhadapan di sebelah jendela kaca besar. Yang perempuan sibuk mengamati sisa tetes air hujan yang menempel di kaca, sementara yang laki-laki sibuk mengamati sosok perempuan dihadapannya.


Seluruh pengunjung cafe tentunya melihat gadis yang duduk dihadapan Niall itu sebagai sosok Nagisa Keiko. Gadis manis dengan rambut yang sedikit mengikal di ujungnya dengan mantel cokelat tua ukuran besar yang membungkus tubuh mungilnya.


Namun lain halnya dengan yang dilihat oleh Niall Horan. Di mata laki-laki pirang itu, sosok dihadapannya adalah Kiyomizu Azumi yang terlihat rapuh dan kecil, dengan terusan putih polos selutut dan rambut lurus yang kian memanjang. Sosok yang selama ini dirindukannya.


"Cepat minum teh ini, Zumi-chan." Niall dengan tergesa-gesa menyodorkan sebuah mug berisi teh panas yang masih mengepul kearah Azumi. "Bibir kamu mulai membiru tuh, kamu membuatku khawatir."


Seulas senyum lebar terukir di bibir Azumi. Dilingkarkannya jemarinya disekeliling mug tersebut, senang karena dapat merasakan rasa hangat yang memancar dari teh panas di dalamnya. Ternyata jika ia memasuki tubuh orang lain, ia juga dapat merasakan apa yang manusia normal rasakan. Benar-benar menyenangkan.


"Kenapa kamu senyum-senyum sendiri?" tanya Niall tiba-tiba dengan kening mengkerut, menyadarkan Azumi dari lamunannya.


Azumi menggeleng pelan dengan senyum lebar yang menampakkan gigi. Persis seperti anak kecil yang kegirangan dibelikan es krim. Kakinya pun ikut di goyang-goyangkan di bawah meja. "Tidak apa-apa. Aneh rasanya." balas gadis itu pendek.


"Aneh bagaimana?" kali ini Niall bertopang dagu menatap Azumi, terlihat tertarik dengan apa yang akan meluncur dari bibir gadis manis itu berikutnya.


Senyum tulus muncul di bibir Azumi sebelum ia membalas, "Bisa duduk berhadapan denganmu, minum teh panas sambil mengobrol. Benar-benar aneh, aku kan sudah mati."


Senyum lebar yang tadi menghias wajah Niall kontan mulai memudar, digantikan dengan kedua manik birunya yang melebar. Ekspresinya terlihat benar-benar terpukul saat mendengar kalimat terakhir yang baru saja diucapkan Azumi. "Zumi—"


Sebelum Niall sempat berkata lebih jauh, Azumi cepat-cepat memotong. "Kamu tidak takut berbicara dengan arwah?" pertanyaan itu diajukan Azumi dengan nada santai. Seakan-akan ia telah melontarkan pertanyaan itu pada jutaan orang. Nyatanya, sesuatu di dalam diri Azumi berdenyut, nyeri, saat pertanyaan itu keluar dari bibirnya.


Niall tidak membutuhkan waktu lama untuk menjawab. Disilangkannya kedua tangannya di depan dada, menatap Azumi dengan sorot defensif. "Manusia atau bukan, itu tetap kamu."


Ada sesuatu di dalam kalimat sederhana yang Niall ucapkan. Sesuatu yang menimbulkan gejolak di dalam dada dan perut Azumi. Rasanya seperti melayang. Azumi tau pasti perasaan macam apa itu. Dan dia benar-benar merindukannya.


Senyum lebar baru saja akan muncul di bibir Azumi saat ia menyadari kalau ia tidak seharusnya melakukan semua ini. Duduk berdua dengan Niall, meminjam tubuh orang lain. Ini semua sangat salah. Ini terlarang. Wajah Azumi langsung memucat, ia menggeleng, terlihat resah. "Ini tidak seharusnya terjadi."

clairvoyant ☆彡 n.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang