halo elsa kembali:3
makasih buat yg udh baca dan sabar nungguin cerita ini^^ semoga ga bosen.
btw jangan lupa tinggalin jejak yah!
ps: kalau mau tanya" soal cerita ini, kalau ada yg bikin kalian ga ngerti bisa ke askfm aku elsaacing huehe
kritik saran komentar ditunggu!elsa.
* . * . * . * . * . *
Keiko tersentak dari tidurnya dengan peluh bercucuran dan nafas yang tidak beraturan. Gadis itu memeluk bantalnya erat-erat dan membenamkan wajahnya disana.
Mimpi itu lagi, batinnya. Apa maksudnya?
Perlahan Keiko mencoba untuk bernafas dengan normal. Gadis itu lalu turun dari tempat tidur dan berjalan ke dapur, mengambil segelas air putih dan meneguknya lambat-lambat.
Sudah kira-kira satu minggu lamanya Keiko terus menerus bermimpi buruk. Yang membuat Keiko kesal adalah, Keiko bahkan tidak tau kejadian macam apa yang ada di dalam mimpinya itu. Mimpi Keiko seakan film yang diberi efek blur. Tidak jelas karakternya, namun cukup untuk membuat penonton mengerti apa yang terjadi di film itu sebenarnya.
Yang bisa Keiko ingat dari mimpinya adalah suara teriakan yang memilukan. Suara seorang perempuan merintih, memohon untuk di selamatkan dalam bahasa Jepang yang membuat mimpinya semakin menyeramkan. Suara seperti suatu benda menghantam benda lainnya. Dan ada api. Ada air. Ada asap dan puing-puing. Tapi Keiko tetap tidak bisa mengingat mimpinya secara keseluruhan.
Keiko baru saja akan membalikkan badan saat mendapati sosok gadis berambut hitam panjang dalam balutan terusan putih dengan kaki yang tidak mencecah tanah melayang tak jauh darinya.
"Azumi!" teriak Keiko kesal sambil mengusap dadanya saat ia mendapati sosok Azumi melayang di sudut ruangan dalam keadaan remang-remang. "Kau mengagetkanku saja tau."
Azumi dengan tampang tidak berdosa melayang kearah Keiko dan berdiri dihadapan gadis itu, membuat Keiko berdecak sebal. "Ada apa, Azumi-chan? Sudah beberapa hari kau menghilang. Ku kira kau sudah bisa tenang dan bebas dari dunia, ternyata kau masih disini."
Keiko lalu berjalan kearah kulkas, mencari sesuatu yang mungkin dapat ia makan untuk mengusir rasa tidak tenang yang menjalar dihatinya saat ia mendengar suara dari balik tubuhnya yang sukses mengagetkannya setengah mati.
"Aku belum bisa pergi." suara itu terdengar lirih dan memilukan. "Ada yang belum ku selesaikan."
Dengan cepat Keiko membalikkan tubuhnya dan menatap Azumi dengan ekspresi horor. "Ka-kau bisa bi-cara?"
Azumi memutar mata, membuat Keiko rasanya ingin pingsan. Arwah perempuan yang satu ini benar-benar, rutuk Keiko geram dalam hati.
"Azumi-chan, kalau kau bisa bicara kenapa tidak dari dulu kau bicara?" tanya Keiko kesal saat ia sudah bisa mengontrol dirinya kembali.
"Yang membuatku bisa bicara itu kau." balas Azumi sambil melipat tangannya di depan dada. "Kau mungkin tidak sadar, tapi aku sangat membutuhkanmu."
Keiko balas memutar mata. "Maaf ya, Azumi-chan. Tapi aku tidak mengerti tentang kau dan dunia arwahmu." balasnya dengan penekanan di kata 'arwah'. Lagi pula Keiko mulai merasa kalau Azumi lebih baik jadi arwah perempuan yang tidak bisa bicara seperti dulu dari pada seperti sekarang. Azumi yang bisa bicara sangat menyebalkan.
Keiko menghela nafas saat mendapati Azumi hanya berdiri dalam diam dihadapannya sambil menunduk. Sedetik kemudian Azumi bergumam, "Terimakasih, Keiko-chan. Kau.. kau sudah berkenalan dengan Niall. Meruntuhkan batas kalau kalian bukan orang asing untuk satu sama lain. Hal itu yang dapat membuatku bicara."
Selama beberapa detik, Keiko yakin kalau ia menatap Azumi dengan rahang yang hampir jatuh. Jadi ini semua tentang Niall? Jadi Azumi ada disana waktu Keiko dan Niall berkenalan di Halte? Astaga, semua hal ini membuat Keiko tambah pusing.
"Azumi, memangnya kau punya hubungan apa sih dengan Niall?" tanya Keiko langsung sementara wajah Azumi yang tadinya sudah pucat kini semakin memucat.
"A-aku tidak bisa memberitahumu." balasnya terbata-bata. "Kalau aku memberitahumu, arwahku bisa memudar. Kau harus mencari tau sendiri, pokoknya kau tidak bisa mendengarnya langsung dari bibirku." terang Azumi, sedikit panik.
Entah untuk keberapa kalinya, Keiko kembali menghela nafas. "Baiklah, baiklah. Setidaknya beritahu aku sesuatu. Sesuatu yang bisa membantuku untuk menolongmu."
Selama beberapa detik Azumi bungkam. Ia menatap Keiko tepat di mata saat ia berkata, "Mara Sherwood," Keiko bisa mendengar suara Azumi bergetar saat ia mengucapkan nama itu. "Mara, dia jahat. Dia berbahaya. Jauhkan dia dari Niall, buat Niall tau akan kebenarannya." pinta Azumi dan Keiko bisa melihat kilatan emosi terpancar dari mata gadis itu.
Tanpa sadar, Keiko menganggukkan kepalanya. Sesuatu di dalam dirinya seakan bertekad, apapun yang terjadi ia harus membantu Azumi. Entah kenapa, ia juga tidak tahu.
* . * . * . * . * . *
Keiko menyandarkan punggungnya disalah satu bangku yang terletak di taman Nagoya University dan menghela nafas berat. Di pangkuannya terdapat jaket berwarna abu-abu kepunyaan Niall yang dipinjamkan laki-laki itu padanya kurang lebih satu minggu yang lalu. Belakangan ini, Niall memang jarang kelihatan di kampus sehingga Keiko tidak pernah punya kesempatan untuk mengembalikannya.
"Um, Keiko?" suara serak khas laki-laki membuat Keiko cepat-cepat membalikkan tubuhnya dan mendapati sosok Niall Horan berdiri dibelakangnya dengan cengiran lebar. "Sedang apa kau disini?" tanya Niall dengan suara serak yang membuat Keiko sadar kalau laki-laki dihadapannya sedang kurang sehat.
Keiko menghirauka pertanyaan Niall. "Kau sakit? Jangan bilang karena kehujanan kemarin." tanyanya, merasa bersalah.
Keiko ingat setelah Niall memasangkan jaketnya ke tubuh Keiko tak lama kemudian laki-laki itu menerima telfon dan memilih untuk menembus hujan dengan terburu-buru. Menghiraukan teriakan Keiko yang menyuruhnya untuk mengenakan kembali jaketnya karena Keiko tidak apa-apa. Tapi laki-laki itu terlihat tidak perduli.
"Yah, sedikit flu." balas Niall sambil terkekeh pelan. "But its worth it."
Keiko mengernyit. "Worth it? Apanya yang worth it? Kau malah jadi sakit begini." Ia mendengus keras-keras. "Aku jadi merasa bersalah tau."
Dihadapan Keiko, Niall menatapnya dengan senyum lebar dan mata berbinar, membuat gadis itu jadi salah tingkah. "Of course it's worth it, love. Buktinya sekarang kau datang mencariku, jadi kita bisa bertemu lagi."
Seakan yang dikatakannya adalah hal biasa, Niall kembali melanjutkan tanpa memperdulikan pipi Keiko yang memanas dan mengeluarkan rona merah. "Nah, sekarang kalau kau merasa bersalah, bagaimana kalau kau mentraktirku makan roti bakar dengan susu dingin?" tawar Niall dengan alis dinaikkan.
"Eh?" Keiko menelan ludah gugup. Ini berarti Niall sedang mengajaknya keluar bersama kan? "Bo-boleh saja. Tapi.. apa Mara tidak keberatan?" tanya Keiko hati-hati.
Niall terlihat berpikir selama beberapa saat sebelum menggeleng. "Tidak. Lagi pula Mara hari ini punya acara dengan teman-temannya." Laki-laki itu tersenyum cerah. "Jadi ayo, Nona Keiko. Kau harus bertanggung jawab."
Keiko terkekeh pelan namun mengangguk. Gadis itu lalu membiarkan dirinya di tuntun oleh Niall menuju salah satu cafe yang menjual roti bakar di ujung jalan. Sesekali Keiko melirik ke belakang, melihat Azumi yang menatapnya sambil mengacungkan jempol dan tersenyum lebar. Namun sorot sedih itu tak juga hilang dari wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
clairvoyant ☆彡 n.h
Kısa HikayeIn which Nagisa Keiko and her special ability take a big part of saving a boy. ((after story of fortune teller.)) © 2014 by elcessa All Rights Reserved