"Azumi-chan, dia bilang dia tidak mengenalmu. Ya, aku harus bagaimana lagi?" Keiko memutar mata kesal. Sedari tadi, Azumi tidak henti-hentinya meneror Keiko dengan berbagai pertanyaan tentang percakapannya dengan Niall. Gadis itu benar-benar terlihat tidak terima saat Keiko bilang Niall tidak mengingatnya sama sekali.
"Keiko-chan, kau tau kan ada yang salah dengan Niall?" sela Azumi ngotot sambil melayang disisi tubuh Keiko yang sedari tadi melangkahkan kakinya di sepanjang koridor dengan langkah gontai. Membuat orang-orang menatapnya dengan kening berkerut.
Keiko menggigit bibirnya. "Iya, sih-"
"Tuh, kan!" potong Azumi bersemangat. "Sebenarnya Mara itu bisa--Aw! Panas!" Azumi kini berteriak dengan heboh sambil mengusap-usap dadanya, membuat Keiko memutar mata kesal.
"Kau kenapa sih?" Keiko melirik Azumi malas-malasan. Namun sedetik kemudian gadis itu mematung.
Selama ini ia baru sadar kalau Azumi mengenakan sebuah kalung berbandul kristal bening yang berbentuk seperti tetesan air. Kalung itu sekarang berubah warna menjadi merah menyala, seperti lahar yang berpijar. Parahnya kalung itu mengeluarkan asap. Keiko bahkan bisa merasakan hawa panasnya.
"Ka-kau kenapa?" tanya Keiko terbata-bata. Tak memperdulikan orang-orang disekitarnya yang mulai berbisik tak jelas.
Azumi sendiri masih sibuk menepuk-nepuk dadanya dan menjauhkan bandul itu dari permukaan kulitnya. Ekspresi gadis itu bercampur antara kesal dan kesakitan.
"Pft," Azumi menghela nafas. "Aku tadi hampir mengatakan sesuatu yang tidak boleh ku beritahu padamu, kecuali kau tau sendiri." ucapnya ketus. "Ugh, bahkan setelah menjadi arwah hidupku tetap tidak adil." gerutu Azumi.
Keiko sendiri masih berusaha memulihkan rasa kagetnya. Bagaimana tidak? Gadis itu baru saja menyaksikan adegan dada Azumi yang berasap dan hampir terbakar.
"Oke,oke." Keiko menghembuskan nafas keras-keras. "Aku tidak mau melihat adegan seperti itu lagi, oke? Janji padaku atau aku tidak akan menolongmu lagi."
Azumi menatap Keiko selama beberapa saat, terlihat kesal. Namun pada akhirnya gadis itu mengangguk. "Tapi Keiko-chan, Mara itu--"
"Ah, permisi."
Fokus Keiko pada Azumi langsung buyar saat seseorang menepuk bahunya dari belakang, membuat Keiko cepat-cepat membalikkan badan dan hampir saja terpeleset ke belakang saat mendapati kalau yang menepuk bahunya adalah Mara Sherwood.
Mara sendiri berdiri dengan senyum terbaiknya dihadapan Keiko. Diam-diam gadis itu mengamati Keiko dari ujung rambut sampai ujung kaki. Menurut Mara, Keiko memang cantik. Tapi tidak ada yang spesial darinya. Dan kenapa gadis sederhana ini bisa mengenal Kiyomizu Azumi?
"Ah, halo. Maaf aku mengagetkanmu." sapa Mara sopan.
Keiko sendiri mengerjapkan matanya berkali-kali dan berdeham pelan. Mendadak perasaanya jadi tidak enak. "Tidak apa-apa kok. Kau Mara kan? Ada perlu apa?" tanyanya tanpa basa basi.
Kali ini gantian Mara yang terkejut. Selama ini semua orang pasti selalu merasa kecil, segan, takut, apapun namanya, saat berhadapan dengannya. Tapi gadis dihadapan Mara ini tidak menampakkan salah satunya sama sekali.
"Aku ingin bicara sebentar padamu." ucap Mara dengan nada suara yang sudah ia latih bertahun-tahun. "Ayo ikut aku."
Detik itu juga, Keiko merasa tersihir. Tanpa bisa ditahan kakinya bergerak sendiri mengikuti langkah Mara, bahkan sebelum otaknya memerintah. Sebelum berjalan menjauh, Keiko sempat mengalihkan pandangannya sekilas pada sosok Kiyomizu Azumi yang melayang di sisi koridor. Menatapnya dengan sorot putus asa.
* . * . * . * . * . *
"Aku dengar kau cukup dekat dengan Niall." ucap Mara ringan sambil menyodorkan cup berisi coklat panas kearah Keiko dan menyeruput cup berisi machiato miliknya.
Keiko menerima cup itu dan mengangkat bahu. "Tidak juga."
Jawaban Keiko sukses mengejutkan Mara. Bukan hanya jawabannya, namun nada bicaranya. Seakan-akan Keiko tidak terintimidasi sama sekali dengan kehadiran Mara.
"Oke, kalau begitu." balas Mara pendek. "Tapi aku melihatmu memegang jaket Niall beberapa hari yang lalu."
"I did." Keiko menyeruput cokelat panasnya. "Aku tidak sengaja bertemu dengannya di halte saat sedang hujan. Dia meminjamkannya padaku." terang Keiko tanpa diminta.
Kali ini Mara mengernyit. Jadi alasan Niall pulang dengan keadaan basah dan tubuh menggigil beberapa minggu yang lalu itu adalah Keiko? Orang yang bahkan tidak dikenalnya? What the hell is going on here? batinnya kesal.
"Pantas saja dia sakit waktu itu." Mara menambahkan tawa yang terdengar sedikit sarkartis. "Isn't it weird? Kalian baru bertemu satu kali tapi dia rela sakit demi kau?"
Keiko mungkin tidak mengenal Mara, tapi ia tidak tuli. Keiko bisa mendengar dengan jelas kesan sarkartis dan nada tidak suka yang ditujukan gadis itu padanya, membuatnya ingin cepat-cepat menyudahi pembicaraan ini.
"Kau bertanya padanya soal Azumi?" tanya Mara lagi, membuat Keiko menoleh secepat kilat.
"Kau mengingatnya?" Keiko balas bertanya tanpa bisa ditahan.
Harusnya aku yang bertanya seperti itu, rutuk Mara gemas dalam hati. Mara lalu mengangkat bahunya, memasang ekspresi datar. "Hanya tau. Tidak kenal."
Bohong.
Keiko tau Mara berbohong. Sorot mata Mara jelas memancarkan rasa tidak suka saat ia menanyakan hal itu. Mara pasti lebih dari sekedar mengenal Azumi."Aku harap kau tidak pernah menyebut nama Azumi lagi dihadapan Niall." ucap Mara dingin, membuat Keiko membeku selama sesaat.
"Kenapa?" tanya gadis itu spontan sambil menatap tepat ke mata Mara. Namun Keiko cepat-cepat menyesali keputusannya karena begitu Keiko menatap Mara, gadis itu mendadak pusing. Seakan gadis itu tersedot kedalam kedua manik berwarna hijau milik Mara.
Begitu Keiko menatap Mara tepat di mata, Mara langsung menggunakan kesempatan itu sebaik mungkin. Di tatapnya Keiko tepat di manik mata tanpa berkedip dan berkata dengan nada perintah, "Nagisa Keiko, kau akan menjauh dari Niall."
Keiko tau ada yang salah dengan dirinya. Tapi ia tidak bisa melawan, gadis itu pun mengangguk pasrah.
"Kau tidak akan pernah menyebut nama Kiyomizu Azumi lagi dihadapan Niall." ucap Mara lagi, masih menatap Keiko tepat di mata. "Kau akan melupakan semua yang kau tau tentang Kiyomizu Azumi."
Lagi-lagi Keiko mengangguk. Sekujur tubuhnya terasa kaku. Harusnya ia mengalihkan pandangannya dari mata Mara, tapi ia bagaikan robot yang hanya bisa dikendalikan oleh gadis itu.
"Dan Keiko, setelah ini kau akan lupa kalau kita pernah membicarakan hal ini. Kau lalu akan kembali ke kehidupan normalmu tanpa mengingat sedikit pun apa yang ku katakan. Mengerti?" tanya Mara dan dibalas Keiko dengan anggukan.
Mara kemudian tersenyum puas. Mengusap-ngusap punggung Keiko sesaat, membuat tubuh Keiko yang sempat menegang kembali rileks. Gadis itu kemudian menatap Keiko sekilas dan bergumam, "Maaf Keiko-chan. Tapi aku tidak bisa membiarkanmu merusak apa yang telah ku bangun bertahun-tahun."
Dan dengan itu, Mara Sherwood berlalu. Meninggalkan sosok Keiko yang masih berdiri dalam keadaan diam sambil mengerjapkan matanya berkali-kali, terlihat bingung.
a/n
halo semuanyaa:3 maaf udah ngilang selama hampir satu minggu soalnya ujian u,u gimana tanggapannya sama cerita ini sampai sekarang? nah jadi mara tuh emang bisa kayak ngehipnotis gitu huahah semoga ga ngebpsenin yah. kritik saran komentar selalu di tunggu!elsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
clairvoyant ☆彡 n.h
Short StoryIn which Nagisa Keiko and her special ability take a big part of saving a boy. ((after story of fortune teller.)) © 2014 by elcessa All Rights Reserved