3 || rain

1.7K 277 26
                                    

my life is kinda fucked up this day so it will be nice if you stop being a silent reader and show yourself
ps: i update ooze
pss: this is boooring.

* . * . * . * . * . * . *

Sore itu Keiko baru saja setengah jalan menuju rumahnya saat hujan deras disertai petir yang menyambar turun, membuatnya merutuki ramalan cuaca yang ia tonton pagi ini. Gadis itu cepat-cepat berlari ke halte bus terdekat sambil melindungi kepalanya dengan ransel kulit yang dibawanya.

Begitu sampai di halte, Keiko cepat-cepat mengibaskan bajunya yang basah. Gadis itu benar-benar kesal karena hari ini ia memakasi blouse berwarna biru pastel yang tentunya akan menampakkan lekuk tubuhnya jika terkena air. Keiko cepat-cepat merogoh isi tasnya, mengeluarkan jas khusus laboratorium dan mengenakannya untuk menutupi tubuhnya.

Sambil mendengus keras-keras, Keiko menatap sekelilingnya dan mendapati sosok Niall Horan berdiri di sisi lain Halte sambil menepuk-nepuk ranselnya yang terkena tetesan air hujan. Selama beberapa detik, Keiko hanya bisa terdiam.

Maksud Keiko, sosok Niall Horan yang selama ini ia lihat di kampus saja sudah cukup untuk membuatnya kehabisan nafas. Bagaimana dengan sosok Niall Horan dengan kaus lengan panjang yang melekat pas ditubuhnya karena basah, menampakkan otot laki-laki itu dengan semena-mena. Ditambah lagi rambut dirty blonde milik Niall yang basah dan.. ah, Keiko tidak tau. Tapi semua tentang sosok Niall Horan memang sangat mempesona.

Namun, melihat Niall sekarang membuat Keiko teringat dengan Azumi. Dimana gadis itu sekarang? Apa Azumi tidak bisa terkena hujan?

Cepat-cepat Keiko menunduk, takut kalau Niall memergokinya sedang menatap laki-laki itu dari tadi. Tapi sepertinya semuanya sudah terlambat karena detik itu juga manik biru milik Niall bertabrakan dengan manik hitam legam milik Keiko.

Niall menyunggingkan senyum ramah saat ia menatap gadis dengan wajah mirip boneka yang berdiri tak jauh darinya itu. Ia yakin pasti pernah beberapa kali bertemu dengan gadis itu tanpa sadar, wajahnya terasa familiar.

"Ah, kau mahasiswi kedokteran ya?" tanya Niall sambil mengacak rambut dengan warna dirty blonde miliknya yang basah terkena tetesan air hujan

Keiko mengangguk sekilas. Gadis itu menyibukkan diri dengan mengikat rambutnya yang tadi dibiarkan tergerai menjadi cepolan asal-asalan. Keiko bersumpah jantungnya berdegup sangat cepat sekarang.

"Hebat dong." ucap Niall penuh rasa kagum. "Cita-citamu sangat mulia."

"Hm." balas Keiko pelan. Kali ini gadis itu telah selesai mengikat rambutnya dan memasukkan barang-barang penting miliknya ke dalam tas kulit berwarna cokelat miliknya agar tidak basah. "Cita-citaku sejak kecil." sambung Keiko, kali ini ia melemparkan seulas senyum kecil kearah Niall.

"I see," gumam Niall tanpa bisa mencegah senyum lebar yang muncul di wajahnya saat ia melihat Keiko tersenyum. "You look familiar." sambungnya lagi.

"And so do you." balas Keiko tanpa bisa ditahan.

Seringai lebar terpampang begitu saja di wajah Niall. Laki-laki itu lalu mengambil langkah lebar kearah Keiko, membuat mereka kini berdiri bersebelahan.

"Aksenmu saat berbicara bahasa Inggris, kenapa terdengar seperti British?" tanya Niall dengan kening berkerut.

Keiko sendiri memilih untuk menunduk. Tidak berani menatap Niall dari jarak sedekat ini. "Aku pernah tinggal di Chesire." balasnya pendek.

Niall hanya bisa mangut-mangut. Tanpa bisa ditahan, laki-laki itu terus memperhatikan Keiko. Heran, karena sedari tadi gadis ini menolak untuk menatapnya. Heran, karena untuk perjumpaan pertama mereka Niall sudah merasa nyaman.

"I never seen anything quite like you, you know?" ucap Niall spontan, membuat Keiko langsung mengangkat kepalanya dan menatap Niall dengan sorot bingung.

Niall hanya mengangkat bahu, "Selama ini, semua perempuan selalu berusaha untuk menarik perhatianku kalau aku berada disekitar mereka." Laki-laki itu menyunggingkan senyum tipis, penuh percaya diri. "Tapi kau tidak. Kau.. bagaimana ya caraku mendeskripsikannya, kau terlihat sangat sederhana."

"I'm not that simple, actually." balas Keiko sambil mendengus geli. Bibirnya dikulum, menyunggingkan senyum tipis.

Niall sendiri seakan tersihir, entah oleh apa tepatnya dia sendiri tidak tau. Tapi saat ia menatap gadis dihadapannya yang bahkan tidak ia ketahui namanya, ia merasakan sesuatu yang aneh. Sesuatu yang belum pernah ia rasakan selama bertahun-tahun ia menghabiskan waktu bersama Mara.

Entah apa yang salah dengan dirinya, tapi bagi Niall sosok gadis tak dikenal dengan rambut basah yang diikat asal-asalan, bibir kebiruan dan jas laboratorium kebesaran dihadapannya ini jauh berkali-kali lebih menarik dibandingkan dengan Mara Sherwood yang selalu tampil modis.

Seakan salah satu sel di otaknya baru saja tersambung, Niall cepat-cepat mengeluarkan jaket berbahan wol tebal miliknya yang ia bawa dari Inggris beberapa tahun yang lalu dari dalam ranselnya. Dengan sigap disampirkannya jaket itu ke bahu gadis dihadapannya, membuat gadis itu terkejut setengah mati.

Niall lalu membantu gadis itu mengenakan jaketnya yang terlihat kebesaran dan menarik zippernya sampai hampir mencapai dagu gadis itu. Membuat Keiko kini terbungkus dalam kehangatan dan aroma khas Niall yang hanya bisa membuatnya mematung.

Keiko lalu melirik Niall ragu-ragu. Laki-laki itu balas menatap Keiko dengan senyum hangat yang membuat dadanya berdesir.

Dengan cepat Niall mengulurkan tangannya kedepan wajah Keiko nyengir, "Aku Niall, by the way."

Sambil tersenyum kecil, Keiko menyambut uluran tangan Niall. Membiarkan jemarinya yang kecil di bungkus oleh jari-jari Niall yang besar dan hangat, "Keiko." balasnya pendek. Membuat Niall mengangguk namun masih enggan melepaskan tangan Keiko yang sedari tadi digenggamnya.

Baik Niall maupun Keiko sama-sama merasakan rasa hangat yang menyenangkan. Yang membuat mereka berharap kalau hujan tidak akan pernah berhenti dan mereka bisa membekukan momen ini selamanya.

Namun satu hal yang tidak mereka tau, di seberang jalan, di teras salah satu mini market, sosok Kiyomizu Azumi berdiri dengan kaki yang tidak mencecah di tanah. Menatap kearah Keiko dan Niall dengan mata yang memancarkan kesedihan namun bibirnya menyunggingkan seulas senyum tipis. Ikut senang akan apa yang sudah seharusnya terjadi.

clairvoyant ☆彡 n.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang