( ╥﹏╥ ) 8

3.5K 315 15
                                    

Air mata mulai mengalir dari kedua matanya, ia tak menyangka adik kelas nya ini akan mengungkapkan seluruh perasaannya, ia tak tau harus bereaksi apa?.

Ia paham bahwa dia adalah straight, bahkan benar bahwa dia menyukai teman sekelas Jeno, tapi ntah kenapa dia merasakan perasaan senang saat Jeno menyatakan perasaannya...

Mark tak paham, ia kebingungan, ia tak paham dengan hatinya sendiri, ia merasa sangat bimbang...

Jeno telah mengisi kehidupan nya sejak mereka berdua resmi menjadi 1 tim sebagai ketua OSIS dan juga wakil ketua, Jeno selalu menghampiri nya dan mendekati nya dengan alasan permintaan maaf atas posisi mereka berdua karena poin mereka hanya beda 1 poin.

Rasanya Mark egois, ia ingin Jeno tetap berada di dekatnya, padahal jelas-jelas ia tau itu akan membuat Jeno semakin sakit hati dengan dirinya.

Mark memang tak menyukai Jeno dalam artian dia tak mencintai Jeno, tapi dia bahkan tak pernah membayangkan hidup dan bersekolah tanpa Jeno?.

Jeno yang akan selalu peduli padanya setiap saat, bohong jika ia mengatakan risih akan hal itu karena pada kenyataannya dia menyukai hal tersebut.

Mark menyukai segala hal yang Jeno lakukan untuk nya, tapi Ia tak bisa memastikan perasaannya sendiri...

Hatinya terasa sakit, sangat sakit saat mendengar Jeno akan menghilangkan diri dari pandangan nya, itu seperti mimpi buruk, sangat buruk sehingga ia tak pernah ingin untuk hanya sekedar membayangkan nya...

Jeno yang hendak pergi Tangannya Langsung di tahan oleh Mark, Mark menggenggam tangan itu erat, dengan dirinya yang masih menangis begitu pun juga dengan Jeno.

"Lo mau kemana?" -Mark

"Pergi dari hadapan Lo, itu yang li mau kan?" -Jeno

"Gak, Lo gak boleh" -Mark

"Terus mau Lo apa Mark?, Lo mau gua tetap berjuang sementara gua udah tau kalau itu semua bakal sia-sia?, Lo mau ngebuat hati gua semakin menderita?, BEGITU MARK?, LO MAU LIAT GUA MENDERITA IYA KAN?" -Jeno

"Gak gitu..." -Mark

Tangan nya pun langsung di lepas paksa oleh Jeno, dia menatap tajam Mark di hadapannya.

"Terus Lo mau apa ha?, Mau benci gua?, Silahkan, itu terserah Lo, TAPI SETIDAKNYA BIARIN GUA NGELUPAIN LO!" -Jeno

"Gua capek, terus-menerus deketin Lo, tapi apa?, Lo cuma menganggap gua cuma sebatas Adek kelas Lo, ga lebih, sakit hati gua Mark, sakit banget pas Lo dengan santainya bilang Lo straight, gua tau ini emang kesalahan gua, jadi tolong biarin gua buat menjauh dan ngelupain Lo, Mark Mahendra Januareza, gua mohon sama Lo..." -Jeno

"Tolong..., Jangan bilang gitu Jeno, tolong kasih gua waktu buat gua bener-bener bisa mastiin perasaan gua sendiri" -Mark

"Buat apa Mark?, Lo gaperlu kayak gitu buat kasihan sama gua, gua gaperlu di kasihani, karena emang dari awal semuanya juga salah gua..." -Jeno

"Gak, Lo ga salah apa-apa Jen, ga ada perasaan cinta yang salah di Dunia ini, semua orang berhak mencintai, termasuk Lo, tolong kasih gua waktu Jeno..." -Mark

"Udahlah Mark, Lo ga akan mungkin tiba-tiba jadi suka sama gua cuma karena ucapan gua tadi, jangan kasihan sama gua, gua bakal baik-baik aja" -Jeno

"Gak!, Gua sadar kehadiran Lo di hidup gua itu spesial Jeno, bohong kalau setiap kali gua bilang kalau gua risih sama lu, gua nyaman..." -Mark

"Lalu?" -Jeno

"Tapi gua ga tau perasaan gua sendiri Jen..., Jadi tolong kasih gua waktu, gua gabisa tanpa kehadiran Lo..." -Mark

"Tolong..., Berjuang sebentar lagi aja buat gua bisa memastikan perasaan gua sendiri, Jeno..., Gua mohon..." Dengan tangisan yang semakin kencang ia mengucapkannya, perasaan jujur nya kepada seorang Jeano, si adek kelas dan juga ketua OSIS yang mempunyai tempat spesial di hidup nya...

()[]{}

Besoknya keduanya sekolah seperti biasa, tapi ada yang sedikit berbeda karena Mark yang datang ke sekolah dengan wajah pucat nya dan mata sembab karena menangis semalaman dan tak tidur.

Jeno jelas melihat nya, sejak kejadian kemarin akhirnya dia mengambil keputusan untuk memenuhi permohonan Mark, untuk memperjuangkan cinta pertamanya itu lagi.

Jeno sedang duduk di taman belakang saya jam istirahat, tempat favorit nya karena di sana pasti tidak akan ada banyak murid dan juga Susana tenang yang akan membuat dirinya nyaman ketika pikiran nya sedang kacau.

Dia memejamkan matanya, merasakan hembusan angin yang menerpa wajah tampan miliknya, dia duduk di atas rumput bersandar batang pohon rindang, cuaca yang cerah membuat rumput dan tanah tak basah jadi ia tak perlu menghawatirkan seragam sekolah nya akan kotor nantinya.

Tak lama sepertinya ada seseorang yang datang menghampiri nya, ia tak tau itu siapa tapi ia tak berniat untuk membuka matanya, membiarkan orang itu melakukan apa saja sesuka hatinya.

Orang itu adalah Mark, dia menebak-nebak Jeno akan ada di sana dan benar saja, dia menemukan orang yang ia cari di tempat yang sangat sesuai dengan tebakan nya.

Ia berjongkok di hadapan pemuda yang terlihat memejamkan matanya dan seperti tertidur lelap, memperhatikan wajah itu dengan seksama, memandang bagaimana indahnya ciptaan Tuhan di hadapannya ini.

"Tampan..." Ucapnya pelan dengan senyuman tipis di wajahnya, tak berniat mengganggu pemuda di depannya ini yang sepertinya tertidur dengan nyaman.

"Baru tau?" Ucap Jeno langsung membuka matanya, melihat wajah terkejutnya saat ia tau bahwa ternyata Jeno tak tertidur dan hanya memejamkan matanya.

"Ada apa kak?" Ucapnya dengan senyuman manis di wajahnya, seperti melupakan permasalahan yang terjadi kemarin.

"Boleh minta sesuatu?" Tanyanya agak ragu.

"Boleh, apa?" Balasnya lembut.

"Janji ga bakal nolak?" Tanya nya menunjukkan jari kelingking nya, seperti anak kecil yang akan berjanji dengan menautkan kedua kelingking mereka.

Jeno pun tersenyum dan menautkan jari kelingking nya di jari kelingking pemuda di hadapannya ini.

"Janji." Ucapnya setelah kedua jari kelingking mereka bertaut.

Setelah nya Mark melepaskan jari kelingking nya, sekali lagi menatap Jeno lekat.

"Jadi, ada apa?" Tanya Jeno penasaran.

Sedikit ragu, namun akhirnya ia memberikan dirinya, perlahan menghapus jarak di antara keduanya dan...

Mata Jeno langsung terbuka lebar, dia sangat terkejut dengan perlakuan Mark yang tiba-tiba menempelkan bibir keduanya, hanya menempel beberapa saat dan lalu ia melepasnya.

"K-kak...?" Oh ayolah, ia tak ingin di permainkan lagi, ia tak ingin berfikir apakah ini ciuman terakhirnya dengan Mark?, Pertanda bahwa mereka akan segera berpisah dengan Jeno yang akan pergi sesuai dengan perkataan nya kemarin?.

"Jeno, boleh peluk?" Tanya nya, sementara yang di tanya masih diam mematung tak percaya apa yang terlah terjadi.

Jeno mengangguk, segera setelahnya Mark naik ke pangkuan adik kelasnya itu, melingkarkan tangannya di leher Jeno dan menyandarkan kepalanya di bahu yang lebih muda, memejamkan matanya sesaat dan merasakan angin yang bertiup ke arah mereka berdua.

"Sebentar aja Jen, biarin gua kayak gini..." Sebentar saja?, Jadi apa maksudnya ini hanya sementara?, Oh ayolah Jeno tak paham sama sekali, dia kebingungan dan tak tau apa yang harus ia lakukan.

Dengan ragu ia pun membalas pelukan sang kakak kelas, mengusap punggungnya pelan, seperti mencoba menenangkan yang lebih tua dengan perlakuan lembutnya itu.

()[]{}

Lanjut chapter depan aja ya?, Kira-kira kenapa ya Mark kayak gitu tiba-tiba?

Hmzz..., Ntah lah, YNTKTS

Double up ga nih?😎

Ok, dadah~

[✓] Si Ketos & Wakilnya • NoMark [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang