Gadis yang memakai baju jersey berwarna biru tua dengan nama punggung Mount itu menggeliat di tempat tidur. Ia menyibak selimut yang memeluk tubuhnya semalaman.
Pukul 05.10 WIB. Ia bangkit dari tidurnya dan berjalan ke arah kamar mandi, lepas itu memakai mukena dan melaksanakan salat Shubuh.
Tak sampai lima menit, ia kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur.
"Cowok itu namanya siapa, ya? Tinggalnya di mana? Nomor telponnya?" monolognya.
Ia menepuk jidat merutuki kebodohannya, "Chelsea bodoh!"
Ia mengulas senyum begitu mengingat betapa protektifnya pria itu. Dari membopong tubuhnya hingga membantu mengobati lukanya.
Itu adalah hal pertama yang ia rasakan, terlebih orang tersebut adalah pria. Sedari dulu, Chelsea sangat jauh dari kata pria. Hidupnya hanya tentang bagaimana mendapatkan nilai terbaik dan mendapatkan universitas negeri terbaik.
Sedangkan untuk bermain, sangat tidak memungkinkan untuk mendapat izin.
Gadis itu mendesah, "Cari dia ke mana, ya?"
Ia menyelusupkan wajahnya ke bantal dengan posisi tengkurap sambil memukul kasur
***Pukul 12.30 WIB, Chelsea menyalakan motor matic milik temannya itu. Diiringi suara rengekan dari supirnya, Aji.
"Chels, kalau ketauan Papa lo lagi gua bisa dipecat," raungnya.
"Kalau lo gak bilang kayak kemaren, gak akan ketauan, kok," ketus gadis itu sambil memasangkan helm.
"Tapi pembantu di sini kan tau lo gak ada di rumah," lontarnya.
Chelsea melirik Aji dengan tatapan kesal, "Udah gue mingkemin pake uang, tenang aja."
Aji meneguk salivanya. Sejak kapan Nona nya itu belajar menyogok. Setaunya gadis itu adalah anak baik-baik.
"Anak yang lo kira selama ini baik akan jahat kalau kehidupannya udah terancam," tutur Chelsea seolah mengetahui isi pikiran supirnya itu.
"Lo cukup ikutin gue aja, kalau nanti lo nunggunya kelamaan bisa pergi ke mana dulu, asal jangan ke rumah ini tanpa ada gue," pungkasnya sambil melajukan motornya.
Dengan cepat Aji memasuki mobil putih dan melajukannya mengikuti arah Nona nya.
Dengan santai gadis itu berlaju selama hampir dua puluh menit dan sekarang telah memasuki perumahan. Ia menghentikan motornya di rumah berwarna abu-abu.
"Lo tunggu di lain tempat aja," sarannya pada Aji.
Pria itu mengangguk dan memilih makan di tempat masakan Padang yang tak jauh dari perumahan itu.
Chelsea memencet bel yang berada di sebelah pagar. Tak lama kemudian, muncul seorang gadis berkaos hitam serta celana pendek.
"Lo ngapain ke sini?" tanya gadis itu bingung.
"Motor lo buat gue?"
Gadis bernama Layla itu membulatkan matanya, "Lah iya, gue lupa. Motornya gak rusak, kan?" tanyanya panik.
"Gatau, lo cek aja sendiri," jawab seadanya Chelsea.
"Heh! Lo yang minjem kok jadi gue yang harus cek?!"
Amarah itu dihiraukan oleh sang pelaku. Chelsea mendorong bahu Layla agar dirinya bisa masuk ke dalam rumah itu.
"Lo gak nawarin makanan buat gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja yang Hilang
Teen FictionRian Naufal Hendriansyah sudah dicap buruk oleh beberapa orang sebab ia adalah mantan narapidana karena kasus narkoba. Stigma buruk meskipun ia sudah tak lagi melakukan dosa itu tetap merajut hidupnya. Di waktu senja, tak sengaja ia bertemu seorang...