2. Modus (Lagi)

14 0 0
                                    

Keringat sebutir jagung itu membasahi pelipis pria yang tengah mengambil beberapa masakan Padang ke kertas nasi Padang. Ia keheranan karena pelanggan yang selalu banyak akhir-akhir ini. Memang masakannya enak juga sih.

"Mas, pake ayam bakar dua ya, jangan yang goreng, terus sambelnya banyakin, saya beli yang dua puluh ribu."

Begitulah kira-kira suara riuhan yang ia dengar. Ica yang baru datang ke tempat itu turut membantu Rian yang kini tengah sibuk.

Jihan tak hanya diam saja, ia menyajikan es teh sesuai pesanan. Berjalan mondar-mandir dari meja satu ke meja lainnya.

Usai kondisi kondusif, Rian memilih duduk sambil mengibaskan tangannya dengan secarik kertas yang ada di meja. Ica duduk di sebelahnya.

"Lo gak ada niat kerja di tempat lain, Yan?" tanya Ica basa-basi.

"Emang ada perusahaan yang nerima mantan napi?"

Ica mengerucutkan bibirnya, "Yah kalau lo gak ada action, selamanya lo kerja di sini tanpa digaji. Lo butuh uang, gue tau."

"Gua gak tau tujuan hidup gua mau kayak gimana lagi, dunia udah benci gua sekarang, Ca," ungkap Rian yang membuat Ica menatapnya sendu.

"Lo gak ada niat buat usaha gitu?"

"Usaha apa?" tanya Rian balik.

"Yah usaha yang lo suka apa?"

"Gak ada." Singkat, padat, jelas. Hipotesa yang tepat bagi Rian.

"Lo mau hidup kayak gini terus?"

"Mana ada orang mau hidup susah, Ca."

Ica menepuk bahunya, "Lo udah punya sertifikat IELTS, Yan, manfaatin itu."

Rian memandangnya lekat, "Sekarang pertanyaannya, siapa murid yang mau diajar sama guru yang pernah dipenjara?"

Pertanyaan Rian itu mampu membuat bibir gadis itu kelu. Memang betul, reputasi diri sangatlah penting. Sayangnya tidak lagi dimiliki Rian yang notabenenya mantan narapidana.

***

Gadis berambut lepek itu sibuk tersenyum membayangkan haluannya. Ia menggigit ujung bantal sambil menepuk-nepuk kasur yang tak bersalah.

"Kenapa manis banget, Ya Allah?" pertanyaan retorik itu membuatnya semakin gila. Kakinya menendang-nendang selimut hingga teronggok ke lantai.

Mason Mount kini berada di list kedua sebagai kategori "pacar ideal" dan tentu saja pria yang baru ia kenal mendapatkan posisi pertama.

Chelsea berpikir, jika saja ada acara award kategori pacarable, maka Rian pemenang untuknya.

Nasib pria dari club bola Chelsea FC itu sebagai pria bule yang terkalahkan.

"Chels, makan!" Teriakan itu langsung menepis haluannya saat Rian melamar dirinya.

Tanpa ba-bi-bu, Chelsea menuruti petuah itu. Ia menghampiri meja makan yang sudah tersaji. Di sana sudah ada kedua orang tuanya.

Chelsea duduk di samping Utami. Ia mengambil sebuah apel dan langsung menggigitnya.

"Gak makan nasi?" tanya Bayu kebingungan.

Gadis itu menggeleng, "Masih kenyang, Pa."

"Besok Papa sama Mama ada urusan bisnis ke Bandung bersama perusahaan Pak Yanto, jadi Papa harap kamu tetep ikutin aturan rumah ini."

Senja yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang