chap 6; Stasiun pemberhentian, terakhir.

19 4 0
                                    

"Berhenti meledekku" Haknyeon merengut, tapi suaranya teredam badan Sunwoo.

"Kalau begitu lepas dulu pelukan super eratmu ini. Apa kau tidak malu orang-orang melihat kita? Jika kau lupa kita masih di halaman rumahku"
Haknyeon terlalu sibuk dengan muramnya, sampai ia lupa mereka masih di tempat terbuka.
Haknyeon terlonjak kaget, tapi Sunwoo duluan melepas peluknya.

"Ayo pindah ke dalam, ke kamarku" Sunwoo menarik Haknyeon, mengajaknya ke tempat yang lebih tertutup.
Pintu kamar Sunwoo ditutup rapat, jendelanya dibiarkan terbuka, membiarkan angin dingin memasuki kamarnya.
Sunwoo melempar beberapa set pakaian ke Haknyeon, menyuruhnya untuk setidaknya mengganti seragamnya lebih dulu.

Wangi badan Sunwoo langsung menusuk hidung Haknyeon begitu ia mengenakan pakaian yang Sunwoo berikan.
Haknyeon melamun, sejak mereka duduk di bangku sekolah menengah akhir segalanya tentang Sunwoo berubah, sahabatnya itu yang lebih muda beberapa bulan darinya malah tumbuh lebih tinggi, suaranya makin berat, dan bentuk rambut ikalnya lebih terlihat dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Selain perawakan Sunwoo, dalam dirinya juga ada yang berubah, jantungnya jadi lebih sensitif soal Sunwoo, soal suaranya, soal cara matanya memandang, bahkan soal baunya.

Haknyeon kembali duduk di samping Sunwoo setelah membereskan seragamnya. Matanya masih sembab.

"Tadi kau cerita kalau kau tidak fokus akhir-akhir ini, apa yang mengganggumu?"

Haknyeon berdebat lagi dengan isi kepalanya. Yang ia cemaskan sama dengan Sunwoo, bagaimana jika hubungan keduanya rusak?

"Hei," Sunwoo menyentuh lengannya, sepenuhnya telah beralih dari ponselnya menatap Haknyeon, "kau tak apa?"

"Ya... Hanya sedikit lelah, mungkin lebih baik aku pulang ke kamarku saja" Haknyeon bangun, menyingkirkan tangan Sunwoo yang memegang lengannya.

"Kau yakin tak mau diam disini dulu lebih lama? Kau tahu, biasanya kita selalu ada untuk satu sama lain ketika sedih"
Sunwoo kembali menahan lengannya, tersenyum kecut.

"Ayolah, Nyeon... Mau, ya?"

"Baiklah, baiklah. Jujur saja, kau ingin aku menginap, kan?" Haknyeon tertawa melihat senyum Sunwoo.

"Yep, tebakanmu benar"

Haknyeon merebahkan badannya di samping Sunwoo, menarik Sunwoo dari posisi duduknya agar mengikutinya berbaring.

Dunia benar, memiliki sahabat yang selalu ada di sebelahmu merupakan salah satu anugrah terbesar.
Dulu Sunwoo dan Haknyeon kecil sering melakukan ini, berbaring bersisihan menatap kosong mega luas, kadang menjadi di dalam ruangan karena mereka mulai sibuk untuk sekedar mencari lahan kosong di mana kilau bintang masih bersih terlihat.

Ruangan itu hanya berisi suara napas bersahutan. Rasanya nyaman meskipun cepat jantung mereka masih terasa baru, tapi mengingat orang yang ada di sampingmu adalah orang yang sudah kelewat familiar, sore itu mereka belajar; Perasaan yang tersimpan hari ini tidak menghilangkan bagaimana mereka pernah merasa sebelumnya.
Matahari meninggalkan mereka jejak hangatnya lewat jendela yang terbuka, tersenyum manis memberikan warna senjanya secara sukarela mewarnai latar kamar Sunwoo.

"Aku minta maaf soal kemarin..." Sunwoo membuka percakapan dengan nada terenyuh.

"Kau juga harusnya minta maaf soal hari ini"

"Apa? Kenapa? Memangnya apa yang kulakukan hari ini?" Sunwoo terlonjak bangun dari posisinya.

"Kau yang sudah menggangguku, sangat mengganggu" Haknyeon cekikikan.

"Hei, kau sehat? Kenapa malah tertawa?"

"Tidak... kadang aku hanya berpikir kenapa diriku begitu bodoh... _kalau ternyata aku juga menyukaimu, meskipun aku masih agak takut_"

friends - sunhakWhere stories live. Discover now