Memiliki teman dari umurmu masih belia hingga sekarang sudah duduk di bangku sekolah menengah akhir, bukanlah perkara mudah.
Menyaksikannya selalu disampingmu, berjalan dengan langkah yang sama mengiringi di tiap acap dan duka yang ada. Ia menjadi satu-satunya yang ternyaman disana, jadi rumah, jadi tempatmu berpulang."Nu, kita ini benaran teman?"
Pertanyaan itu-- 'ntah dilontarkan serius atau tidak oleh sang empu, tapi pertanyaan yang sama sudah berkali-kali terus terdengar menyapa telinganya.
Hingga dirinya sendiri terbuai ragu, meragukan apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka.Apa yang terjadi di antara mereka ketika keduanya suatu hari mulai memutus pandang karena semburat merah mewarnai wajah masing-masing?
Apa yang terjadi di antara mereka ketika salah satunya mulai berwajah masam saat mendengar temannya membicarakan orang lain dengan penuh seru?
Apa yang terjadi di antara mereka ketika keduanya selalu mencari dekap satu sama lain untuk berpulang saat dunia sedang menjadi bajingan bagi insannya hari itu?
Semua terjadi begitu cepat, banyak hal yang terlewatkan. Layaknya kereta yang melaju tepu bara dan kau tertidur selama perjalanannya, melewatkan friksi yang dilalui di sepanjang adimarga.
Bukan main detil yang terlewat, yang hilang.---
Ini kisah singkat dari mereka yang mempertanyakan terai rahasia dibalik titel pertemanan mereka. Kisah singkat antara Kim Sunwoo dan Ju Haknyeon.
Mereka tidak pernah mengira kalau kereta waktu akan membawa mereka begitu cepat sampai-sampai ada kecemasan yang tumbuh dibaliknya, membuntuti laksana tembok temaram di sentralnya.Tinggal menunggu waktu bergulir membawa angin kejadian menyingkap jawaban yang enggan disuarakan lantang. Termin-termin bagai peta membuat mereka harus terus mencari jalannya sendiri.
Perjalanan yang dilalui dari awal hingga akhir. Asal-usul mereka hingga stasiun ending tiba. Perang batin dan teka-teki menghantui isi kepala, keduanya mempertanyakan dengan cara yang berbeda baik Sunwoo maupun Haknyeon.
Yang satunya penuh gentar unjuk berfrasa, yang satunya masih linglung apakah ia melihat pemandangan yang sebenarnya, kemana harus ia melangkah.Tidak apa kan jika aku meminjam waktumu sebentar agar bisa bercerita kisah mereka saat aku menjadi salah satu penumpang dalam keretanya?