Bab 1. In Game

71 8 0
                                    

     "Shit! Bisa main engga sih ini orang?!" gumam seorang wanita dengan ponsel miring ditangannya.

     Tak lama setelah ia bergumam, dari ponsel itu terdengar suara seseorang berbicara. Suaranya cukup jelas seperti menggunakan mic podcast acara youtube bergengsi.

     "Hey, open mic bro." ujar suara itu sambil sesekali bergumam dengan bahasa yang wanita itu mengerti.

     Wanita itu hanya diam dan fokus melanjutkan permainannya, ia terlihat sedang farming di tempat lawan. Lalu tiba-tiba tiga hero team lawan muncul, menyergap wanita itu dari arah semak-semak. Untung lah ia mampu mengulti lawan-lawannya hingga sekarat. Semua lawannya mundur karna tau akan terbunuh jika terus menyerang wanita itu. Namun saat sedang mengejar lawannya tiba-tiba dari jauh muncul seorang marksman menembaki lawan mereka yang tengah sekarat.

     "Triple Kill." suara dari ponsel wanita itu menyadarkan kesialan.

     "Dasar pencuri!" gumam si wanita sambil meratapi kesialannya. Teman satu teamnya mencuri triple kill yang seharusnya ia dapatkan.

     Kembali suara gaduh memekakan telinganya, keempat anggota teamnya terdengat bersorak-sorak. Wanita itu mendengarkan percakapan mereka dengan seksama, terdengar mereka berbicara dengan bahasa yang dicampur tak karuan. Ada bahasa Inggris, Mandarin dan satu lagi terdengar seperti bahasa Korea.

      "Leggo, push turret bro."

      "Haiyah~ come get closer."

      "Midliner. Open mic."

      "Noob."

     Seseorang terlihat mengetik noob dan mengatai si wanita dengan istilah untuk menggambarkan kemampuan seseorang yang belum berpengalaman dan masih belum bisa bermain dengan baik.

     Sedikit emosi, wanita itu mengambil headphone gamingnya yang sudah jarang ia gunakan lalu menyalakan mic yang ada di layar game tersebut.

     "I'm not noob person. Watch me!" ujarnya dengan emosi yang kian memuncak.

     Wanita itu mulai maju dan mulai mengontrol lawan-lawannya yang sekarang lalu segera mengulti kelima lawannya yang sekarat.

     "Double Kill"

     "Triple Kill"

     "Maniac"

     "Savage"

     Suara program dari game tersebut memberi tahu kan bahwa si wanita berhasil membunuh kelima lawannya secara berturut-turut. Terdengar sorak soray dari sebrang sana dan mereka berhasil mempush base lawan.

     "𝗩𝗜𝗖𝗧𝗢𝗥𝗬" Lagi-lagi suara sistem pada game tersebut memecahkan kesunyian malam itu.

     Sang wanita cukup bangga dengan hasil permainan mode rank-nya hari itu. Untung saja iya tidak turun rank, karna teamnya menang malam itu mereka semua bisa naik level.

     Terdengar beberapa suara anggota teamnya, mereka mengajak si wanita untuk bermain lagi di mode rank dan tampa pikir panjang si wanita mengiyakan ajakan mereka.

     Malam itu ia menghabiskan waktunya untuk push rank bersama keempat teman yang baru ia kenal melalui game online. Beberapa kali mereka terlihat mengobrol dengan bahasa Inggris seadanya dan aksen yang bercampur-campur.
***

     Tak terasa sudah tiga jam mereka main bersama hingga waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Mata si wanita sudah mulai terpejam sedikit demi sedikit. Untung lah mereka semua sadar waktu dan menyudahi permainan mereka. Tanpa pikir panjang, sang wanita logout dari game tersebut dan beranjak keatas ranjangnya. Mematikan lampu dikamarnya, menarik selimut, menyetel ACnya agar lebih dingin dan mulai memejamkan mata.
*****

(𝘚𝘦𝘭𝘢𝘯𝘫𝘶𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘶𝘵𝘩𝘰𝘳 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘣𝘢𝘩 𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘬𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘨𝘶𝘯𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘴𝘢 𝘐𝘯𝘥𝘰𝘯𝘦𝘴𝘪𝘢 𝘢𝘨𝘢𝘳 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘴𝘪𝘮𝘱𝘭𝘦 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘤𝘢𝘯𝘺𝘢.)

     Sebulan telah berlalu, kini setiap malam diakhir pekan mereka berlima sering menghabiskan waktu bersama untuk push rank dalam game tersebut.

     Walau belum cukup mengenal satu sama lain tetapi obrolan mereka mulai lancar seiring berjalannya waktu, sesekali mereka mengajarkan bahasa yang mereka kuasai pada sang wanita dan begitu pula sebaliknya.

     "Oh ya itu yang di home benar photomu?" salah satu dari keempat laki-laki itu bertanya. Sang wanita kini dapat membedakan suara keempat temannya itu.

     "Iya, kenapa? Cantik ya? Hahaha foto saat remaja tuh~" jawab sang wanita dengan nada bercanda seperti biasa.

     "Over pede sekali ya miss psyclown satu ini." ujar pria lainnya dibarengi dengan tawa mereka semua.

     "Agak ribet ya memanggil nama mu, apa tak ada nama lain?"

     "Nama asli atau panggilan mu mungkin?"

     "Panggil saya Audi."

     "Wah seperti mobil mewah saja ahahaha"

     "Oke cukup gampang diingat."

     "Itu namanya aslimu?"

     "Yah~ begitu lah."

     Obrolan santai mereka pun terpotong karna turret mereka berhasil dibobol lawan. Kali ini mereka semua memasang mode serius dan membalas membobol turet team musuh.
***

     "𝗩𝗜𝗖𝗧𝗢𝗥𝗬" Lagi-lagi suara sistem pada game tersebut memecahkan kesunyian malam itu.

     Seperti biasa mereka memenangkan pertandingan dengan jari yang lumayan kram. Kini mereka mengistirahatkan jari mereka dengan mic yang masih menyala.

     Obrolan santai kembali mereka lakukan, dari sana sang wanita dapat simpulkan bahwa keempat anggota teamnya itu bekerja disebuah perusahaan atau kantor yang sama karna jadwal mereka yang terlihat hampir terlihat bersamaan dan cukup padat. Mereka juga menjelaskan bahwa dua bulan lagi mereka akan mengikuti turnament game online makan dari itu mereka berlatih bersama.

     Pria-pria itu menawarkan si wanita menjadi pelatih game mereka karna ia memiliki banyak strategi bagus dan pengetahuan yang banyak tentang game itu.

     Dari percakapan itu akhirnya si wanita menjelaskan kalau beberapa tahun lalu ia adalah seorang atlit profesional yang bergabung ke dalam team bergengsi para proplayer esport. Namun orang tua sang wanita menentang pekerjaannya dan meminta untuk si wanita menjalankan pekerjaannya seperti gelar sarjana yang wanita itu dapatkan.

     Namun tak mau semakin terhanyut dalam cerita sedihnya, si wanita menyudahi obrolan itu dan membuat beberapa dari mereka merasa sedikit lebih penasaran dengan background story wanita tersebut.
*****

Noona Sayang (누나사양) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang