▪︎ Happy reading
▪︎ Kalo suka tinggalin jejak, ya
~~~
Ruangan gelap yang hanya diterangi oleh lampu warna-warni dipenuhi orang-orang dengan pakaian bermacam gaya. Mulai dari yang biasa hingga punggung terbuka, dari yang mengenakan jin hingga rok mini ataupun mini dress, ada pula yang masih mengenakan baju kantor. Bau asap rokok, alkohol, dan parfum bercampur menjadi satu. Entakan musik begitu keras memekakkan telinga. Terdapat sofa di bagian pinggir dan beberapa kursi di depan meja bar. Sementara di tengah ruangan merupakan lantai dansa dengan lampu disko berputar di atasnya.
Makin larut, pengunjung salah satu klub malam di Jakarta Selatan itu makin ramai. Di salah satu meja yang berada di samping bar, dua wanita duduk bersama dengan salah seorang dari mereka mulai meracau.
"Gue benci sama bokap! Lo tau? Si Tua Bangka itu mau ngirim gue ke London buat belajar bisnis lagi. Emang dia nggak pernah seneng gue ada di sini. Gue baru balik kuliah belum ada setahun. Gue udah magang di perusahaannya. Kurang pengertian apa lagi coba gue itu? Nggak sekalian aja gue dibuang yang jauh! Gue mau pergi aja dari rumah." Alesha mengeluarkan semua keluh kesahnya untuk sang ayah.
"Gue yakin bokap lo ngelakuin itu juga demi kebaikan lo, kok. Kalo lo punya gelar tinggi yang nikmati nantinya juga lo, kan?" balas Aqila dengan berteriak agar suaranya bisa didengar di tengah kebisingan musik yang diputar.
"Tapi, lo, kan tau gue senengnya itu masak. Bukan bisnis pupuk, La!"
Aqila menghela napas lalu mengangguk-angguk sebagai dukungan. Karena percuma berdebat dengan orang setengah teler seperti wanita di hadapannya itu. Dia melihat jam di ponsel, sudah pukul 01.45.
"Sha, balik, yuk! Lo udah mabok berat tau nggak, sih!" ajak Aqila yang melihat sahabatnya hampir tumbang.
"Bentar lagi, deh, La. Gue tambah satu botol lagi, ya. Mas! Tambah─" Ucapan Alesha terputus saat tangannya yang terangkat hendak memanggil pelayan ditarik oleh Aqila.
"Lo gila, ya? Ngomong aja udah ngaco, masih mau nambah lagi. Nggak ada! Kita pulang sekarang, Sha! Kita entar bisa digorok sama bokap lo. Gue masih pengen idup panjang, ya." Aqila bersusah payah menarik sahabatnya untuk berdiri dari kursi, tetapi wanita itu justru menggebrak meja sambil merengek hingga membuat perhatian orang-orang mengarah kepada mereka.
Aqila tersenyum sambil menunduk untuk meminta maaf kepada orang-orang yang terganggu atas kelakuan sahabatnya itu. Dia memapah dengan setengah menyeret Alesha yang makin meracau. Mereka harus segera keluar dari ruangan temaram itu.
Ketika sudah dekat dengan pintu keluar, tiba-tiba saja Alesha berulah lagi.
"Bentar-bentar, La! Kayaknya gue mau muntah, deh," ucapnya lalu melepas rangkulan Aqila dan menutup mulutnya dengan tangan.
Alesha berjalan sempoyongan mencari toilet. Aqila ikut panik dengan kondisi sahabatnya yang makin kacau itu.
"Sha, bukan di sebelah situ. Sini gue bantuin ke toilet."
Alesha menepis tangan sahabatnya dan terus berjalan mondar-mandir. "Gue udah nggak tahan, nih!"
Belum sempat Aqila menangkap wanita itu, Alesha sudah memuntahkan isi perutnya. Sialnya, dia muntah tepat mengenai setelan jas seorang pria yang baru saja masuk ke klub itu.
Aqila susah payah menelan ludahnya sendiri saat melihat ekspresi dingin bercampur marah dari pria itu. Sementara, Alesha terpaku dengan membuka mulutnya lebar melihat hasil perbuatannya. Wanita yang masih mengenakan pakaian kerja itu berkedip beberapa kali untuk menyadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Secretary [TAMAT] - SEGERA TERBIT
RomanceTidak selamanya menjadi putri tunggal dari orang tua kaya raya membuat hidup seseorang bahagia. Alesha Kinan Wijaya justru memilih pergi dari rumah dan hidup mandiri karena menolak untuk dijodohkan dengan putra dari sahabat ayahnya. Wanita manja dan...