▪︎ Happy reading
▪︎ Kalo suka like, komen, sama share, ya~~~
Bagas membersihkan sisa minuman kaleng dan bungkus camilan di meja depan televisi. Dia juga sudah mematikan televisi yang tadi masih memutar film. Veni yang melihat pria itu mondar-mandir dari ruang tengah ke dapur, akhirnya ikut membantu. Terakhir, Bagas mengelap meja dan mengepel seluruh sudut unit apartemennya. Dia tidak mau tempat tinggalnya itu terlihat berantakan saat tiga wanita akan menginap di sana.
Pria itu bergabung dengan Veni yang duduk di kursi meja makan setelah meletakkan alat pel di kamar mandi. Dia memperhatikan wanita itu yang sedang mencicipi masakan Alesha.
"Enak banget, Ven?" tanyanya ketika melihat Veni menjilati jari setelah memakan ayam goreng.
"Beli di mana, Kak? Enak banget. Aku laper, belum makan sejak sampek bandara tadi." Veni memegangi perutnya yang bunyi sambil meringis.
"Ya ampun, sori. Aku sampe lupa nggak nawari kamu makan. Ya udah, kamu makan aja. Kayaknya tadi Alesha masak nasi banyak, kok."
Veni berdiri untuk mengambil piring dan nasi. "Jadi, Kak Bagas beneran udah jadian sama dia?" tanyanya ketika sudah kembali ke meja makan.
Bagas menambahkan lauk ke piring Veni, sementara wanita itu masih menyendok sayur.
"Kenapa? Nggak cocok, ya?"
Veni menggeleng lalu menyuapkan nasi dan potongan daging ayam ke mulutnya. Susah payah dia menelan makanannya agar bisa segera membalas pertanyaan dari Bagas tadi.
"Cocok aja, sih. Kakak ganteng, dia cantik. Tapi, kayaknya dia nggak bisa akur sama aku karena ngerasa cemburu." Veni tertawa setelah mengucapkan kalimat terakhir.
"Kamu ini!"
Bagas berdiri lalu mengusap lembut kepala Veni. Kemudian, dia berjalan ke pintu karena terdengar bel berbunyi. Pasti Alesha, pikirnya.
Dia segera membuka pintu lebar tanpa mengintip terlebih dulu siapa yang datang. Alesha langsung menerobos masuk dengan membawa koper diikuti Aqila di belakang. Bagas bergegas mengikuti dua wanita yang menuju dapur itu.
"Wah! Enak banget, ya langsung makan."
Aqila menarik tangan sahabatnya yang sudah sembarangan bicara itu saat melihat Veni asyik menghabiskan makan.
"Eh, udah dateng aja kamu, Kak. Makasih, ya, makanannya. Jujur, ini enak banget!"
Alesha yang hendak marah itu mengurungkan niatnya setelah mendengar pujian dari Veni. Wajahnya berubah merah. Dia memang selalu lemah dengan pujian atas masakannya.
Bagas mendekat dan mengambil alih koper yang dibawa oleh Alesha. "Kamu bawa barang banyak banget? Emang mau nginep di sini berapa lama?"
Alesha yang sudah merasa senang itu, tiba-tiba menjadi kesal lagi mendengar pertanyaan dari kekasihnya. Dia melirik sinis Bagas yang justru memasang wajah tak berdosa itu.
"Nggak ada salahnya, kan siap-siap? Kalo-kalo besok kita belum nemu tempat tinggal buat Veni, dia pasti masih nginep di sini. Jadi, saya udah siap akan hal itu, Pak."
Bagas hanya meringis seraya menggaruk tengkuk yang tidak gatal. Sepertinya, dia harus menyiapkan stok sabar sebanyak mungkin untuk menghadapi segala tingkah laku kekasihnya itu.
"Ya udah terserah kamu aja. Aku taruh koper kamu di kamar, ya. Sekalian sama tas Aqila." Pria itu berjalan ke kamar dengan menggeret koper dan menenteng tas.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Secretary [TAMAT] - SEGERA TERBIT
RomansaTidak selamanya menjadi putri tunggal dari orang tua kaya raya membuat hidup seseorang bahagia. Alesha Kinan Wijaya justru memilih pergi dari rumah dan hidup mandiri karena menolak untuk dijodohkan dengan putra dari sahabat ayahnya. Wanita manja dan...