▪︎ Happy reading
▪︎ Kalo suka like, komen, sama share, ya~~~
Bagas merebahkan diri di kasur setelah membersihkan tubuh dan mengisi perut. Dia tersenyum mengingat Alesha yang kesal lalu turun dari mobil dan berjalan sambil mengomel. Pria itu memejam berharap bisa segera terlelap. Namun, bayangan teman masa kecilnya dan kalung yang pernah dia berikan terlintas begitu saja. Dia terbangun lagi dan langsung duduk. Alesha. Bagas sempat melihat kalung yang dipakai sekretarisnya itu persis seperti bentuk liontin milik teman masa kecilnya.
Pria itu ingin sekali menanyakan asal-usul kalung milik Alesha, tetapi belum ada kesempatan dan alasan tepat untuk melakukannya. Salah-salah dia nanti dikira terlalu kepo dan ingin ikut campur urusan pribadi dari karyawannya. Dia turun dari kasur dan berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air. Kini, kepalanya terasa sakit dan bisa dipastikan tidak akan bisa kembali tidur hingga tengah malam.
Ah. Dia teringat belum mengecek ponsel sejak di rumah sakit. Bagas kembali ke kamar dan mengambil ponsel yang tengah diisi daya. Pria yang mengenakan kaus polos lengan pendek dengan celana pendek selutut itu mengusap layar dan memeriksa notifikasi yang muncul. Dia segera menghubungi Glen saat melihat ada beberapa panggilan tak terjawab dari pria itu.
"Ada apa, Glen? Sori tadi gue nggak liat HP."
Bagas langsung menyapa saat Glen menjawab panggilan tersebut. Dia yakin ada berita penting yang akan disampaikan oleh pria itu karena sudah berusaha menghubunginya beberapa kali. Semoga kabar baik tentang rencananya untuk berinvestasi.
"Ah, iya, Gas. Gue mau ngabari kalo berkas perjanjian kerja sama udah siap. Tinggal nunggu lo aja kapan ada waktu nanti biar gue pertemukan sama Pak Anton. Soalnya, untuk sekarang ini kondisi kesehatan beliau kurang baik."
"Oh, gitu. Oke. Kayaknya besok gue nggak ada jadwal yang mendesak. Gimana kalo pas makan siang aja kita ketemunya? Terus ini nanti kita ketemu di rumah beliau atau gimana?"
"Nggak perlu. Tetep ketemu di kantor. Soalnya beliau udah konfirmasi kalo masalah kerjaan bakal diusahakan datang ke kantor."
"Oke. Atur aja buat besok siang."
"Siap. Sampek ketemu besok siang."
Setelah mengakhiri telepon dengan Glen, Bagas tidak langsung kembali tidur. Dia justru membuka laptop di meja kerjanya dan mulai mempelajari tentang PT. Wijaya Utama. Pria itu mempersiapkan beberapa opsi model kerja sama untuk meyakinkan Anton Wijaya. Terlalu bersemangat karena banyak ide yang muncul, membuat Bagas terus bekerja di depan laptopnya hingga tertidur dengan posisi kepala bersandar di meja.
Keesokan paginya, Bagas terbangun dengan leher yang kaku. Pria itu memijat belakang leher lalu memiringkan kepala ke kanan dan ke kiri hingga memutarnya sampai terdengar suara keretek untuk mengurangi rasa kaku. Dia bersiap ke kantor setelah mencetak berkas yang sudah dikerjakannya semalaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Secretary [TAMAT] - SEGERA TERBIT
RomansaTidak selamanya menjadi putri tunggal dari orang tua kaya raya membuat hidup seseorang bahagia. Alesha Kinan Wijaya justru memilih pergi dari rumah dan hidup mandiri karena menolak untuk dijodohkan dengan putra dari sahabat ayahnya. Wanita manja dan...