6. Resilience|忍耐力

47 7 0
                                    

Bagi Miya Atsumu, aku hanyalah satu dari banyak gadis yang kebetulan lewat dalam hidupnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bagi Miya Atsumu, aku hanyalah satu dari banyak gadis yang kebetulan lewat dalam hidupnya.

Bagiku, Miya Atsumu adalah cinta pertama yang hingga detik ini masih mengisahkan banyak rasa. Yang hanya bisa kuungkap dalam bait tulisan untuk kugumamkan bersama denting dan irama.

****

Interaksi pertamaku dengannya tidak meninggalkan impresi yang baik. Karena sejak awal aku tahu bahwa Miya Atsumu, anggota klub bola voli yang kerap dielu-elukan banyak gadis di kelasku hanyalah pemuda sinting yang selalu melakukan banyak hal semaunya. Termasuk saat dia memintaku untuk menggantikannya mengiris bawang di acara study tour sekolah.

"Ayolah, aku tidak betah!" Rengeknya padaku yang tengah melakukan tugas lain seperti anak kecil. 

Andai dia tidak datang padaku, mungkin sudah ada orang yang berbaik hati untuk melakukan permintaannya. Sayangnya aku pun sama, tak tahan untuk berkutat dengan dapur dan berbagai macam tugas rumah tangga. Jangankan mengiris bawang, memegang pisau pun aku bisa tanpa sengaja mengiris diriku sendiri.

Aku memilih untuk mengabaikannya dengan memasang kedua earphone-ku di telinga, meskipun beberapa detik setelahnya dia kembali mengusik ketenanganku dengan  mengambil salah satunya.

"Selera musikmu aneh." Begitu ucap Miya Atsumu, terhadap seorang gadis yang bahkan tidak terlalu dikenalnya.

Kupikir study tour akan menjadi kali pertama sekaligus terakhir bagiku untuk berinteraksi dengannya. Nyatanya, setelah itu pun hidupku yang biasa sepi dan damai kembali terganggu oleh berbagai tindak absurdnya.

Bagi seorang antisosial sepertiku, berinteraksi dengan Atsumu hanya akan mendatangkan ketidakwarasan setelahnya. Termasuk ketika dia dengan sengaja merebut buku harian yang selalu kutulis dalam diam untuk ia baca keras-keras, sebelum kemudian dia berkata, "ini puisi? Jelek dan terdengar sangat picisan." Dan punggung tanganku spontan melayang pada tulang pipinya setelah satu kalimat menyakitkan itu kudengar.

Merangkai kata bukanlah keahlianku. Namun aku selalu berusaha untuk menuliskannya dalam bait demi bait untuk kusenandungkan ketika aku senggang. Dan kata-kata Atsumu adalah penghinaan terbesar yang pernah aku dapatkan.

Aku biasa tidak mempedulikan persepsi banyak orang tentang diriku hingga aku lebih sering mengabaikan mereka untuk tenggelam pada duniaku sendiri. Tapi Atsumu, dia telah membuat terobosan untuk selalu membuatku memikirkan tentang apa yang ada dalam pikirannya.

"Jadi kau menulis lagu?" Tanyanya, saat secara tak sengaja dia melihatku duduk bermain gitar di bangku taman bersama beberapa anak kecil yang entah sejak kapan datang mengelilingiku.

Dari hampir delapan milyar manusia di bumi, kenapa yang menemukanku adalah pemuda ini?

Sejak saat itu, dia lebih rutin mengajakku bicara meskipun lebih rutin pula aku tak mengacuhkannya. Sesekali dia akan menyarankan satu atau banyak kosakata sebagai pengganti kata yang kutulis dalam bait laguku, bahkan meskipun aku tahu nilai dalam mata pelajaran bahasanya tak pernah melampaui angka lima.

[Antology] a Haikyuu!! Fanfiction |𝙏𝙤𝙠𝙞-𝙤𝙧𝙞|Miya Atsumu x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang