****
Emosi.Hal esensial yang dimiliki oleh manusia di mana ia bisa mengekspresikan banyak hal lewatnya.
Esensial, namun tak semua orang mengerti seperti apa konsep emosi hanya berbekal apa yang telah dilalui dalam hidup mereka selama ini. Pun denganmu yang memilih untuk menyimpan emosimu dalam-dalam dan tak mencoba untuk berkutat dengannya.
Kau yang dibesarkan oleh orang tua tunggal, belum pernah merasakan kasih sayang seorang ibu bahkan sejak kau dilahirkan. Ayahmu memilih untuk tak menikah lagi karena rasa cinta pada ibumu yang tak terganti. Pun sayang, dia terus larut dalam kesedihannya tanpa memberikan apa yang seharusnya kau terima sebagai darah dagingnya. Kasih sayang.
Hingga saat ini, kau lebih sering menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu yang kau inginkan karena kau tahu bukan kau yang ayahmu prioritaskan. Kau berpikir untuk tetap seperti itu sampai kau bisa menghidupi dirimu sendiri. Kau menyimpan seluruh emosimu karena kau tahu memperlihatkannya pada orang lain sama halnya dengan membawa dirimu sendiri pada kekalahan. Dan kau tidak ingin kalah, persetan dengan penilaian mayoritas orang terhadapmu yang menganggap bahwa kau tidak lebih dari robot yang tak memiliki perasaan.
Kendati demikian, tak sesekali terbersit dalam lubuk hatimu bahwa kau pun ingin tahu bagaimana bisa mengekspresikan sebuah emosi. Kau juga ingin tahu bagaimana rasanya bisa berinteraksi dengan orang lain dengan bertukar perasaan yang sama. Karena itu pula, kau mengiyakan saat seseorang dari klub bola voli yang berada di kelasmu datang padamu. Memintamu untuk menjadi manajer klub.
Entah apa alasan yang membuatnya memilihmu dari sekian banyak gadis yang ingin berada di sana. Yang jelas kau berterima kasih karena setidaknya sekarang kau memiliki lingkungan baru yang sedikit lebih menerimamu apa adanya.
Ya, meskipun sesekali mereka akan mengeluhkan betapa susahnya berinteraksi denganmu.
“Kami sedang bercanda, kau seharusnya tertawa.” Kata Ginjima Hitoshi, beda kelas namun seangkatan denganmu.
“Bukankah hari ini menyenangkan? Kau harus lebih banyak tersenyum.” Ujar Kita Shinsuke, senior dan kapten tim bola voli putra saat ini.
“Makanannya tidak enak? Mukamu terlihat serius sekali.” Miya Osamu, satu kelas denganmu dan merupakan orang yang melakukan scout agar kau masuk klub bola voli.
“Aku sedang mengambil video, bisakah kau berekspresi sedikit saja? Marah pun tidak apa, kau bisa tarik rambut Atsumu kalau mau.” Suna Rintaro, seangkatan dan kelasnya berada tepat di sebelah kelasmu.
Hampir semua anggota tim bola voli selalu memintamu lebih ekspresif. Tapi tak satu pun dari mereka yang menganggap kekuranganmu ini sebagai masalah besar yang bisa membuatmu dikucilkan, seperti apa yang dilakukan sebagian besar orang terhadapmu sampai saat ini. Mereka, orang-orang yang tak segan bilang bahwa kau terlihat menyeramkan karena mereka tidak tahu apa yang sedang kau pikirkan. Namun kau tak lagi memikirkan hal itu semenjak kau menemukan 'rumah' baru, klub bola voli.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Antology] a Haikyuu!! Fanfiction |𝙏𝙤𝙠𝙞-𝙤𝙧𝙞|Miya Atsumu x Reader
Hayran Kurgu──時折; ときおり; 𝘵𝘰𝘬𝘪-𝘰𝘳𝘪: 𝘴𝘰𝘮𝘦𝘵𝘪𝘮𝘦𝘴 ▶Miya Atsumu x Reader Collection. Before you read: ・Haikyuu!! and the characters belong to Furudate Haruichi. ・This story is mine. ─May contains spoilers for those who only watched the anime. ・Writte...