Pagi ini, Alana di sibukan dengan aktivitas menyusun barang-barang mereka karena siang ini mereka akan kembali pulang ke Jakarta dan kembali beraktivitas seperti biasanya.
Rasya yang membantu Alana mengambil beberapa barang yang jauh dari jangkauan Alana membantu pekerjaan Alana, walau tidak banyak tetapi anak sulungnya itu mampu membantunya.
"Abang kalau capek udahan aja, biar buna aja yang beresin" ujar Alana. Rasya menggeleng dan beranjak dari tempat duduknya mengambil tas kecil miliknya dan mengisi beberapa mainan yang ia bawa ke dalam tas itu.
"Bial buna ndak capek" ujar Rasya dengan suara cadelnya.
"Abang beresin mainan abang ya, buna beresin ini" Rasya mengagguk lalu memutik mainan miliknya dan sang adik untuk ia simpan kedalam tas kecil bergambar Tayo.
Setelah semuanya beres, Rasya kembali duduk di samping sang ibu melihat sang ibu yang belum selesai dengan kesibukannya sendari tadih. Rasya hanya melihat tampa mengeluarkan suara, membiarkan sang ibu fokus mengerjakan pekerjaannya.
"Udah buna?" tanya Rasya yang di angguki Alana.
Alana mendekat ke Rasya "Terima kasih abang udah bantu buna" ujar Alana mencium seluruh wajah Rasya.
Rasya terkekeh geli karena serangan dari sang ibu. Rasya memeluk Alana dengan erat sembari tertawa.
Alana bersyukur memiliki anak seperti Rasya, ia mengerti keadaan sang ibu terkadang ikut membantu pekerjaan sang ibu yang menurutnya mampu ia kerjakan.
Sebentar lagi Rasya akan berulang tahun yang ke lima tahun. Tahun besok Rasya akan menginjak bangku sekolah dasar.
Tak rela rasanya bagi Alana jika sang anak sudah mulai tumbuh dan dewasa. Alana selalu memikirkan jika anak-anaknya tumbuh dewasa dan melupakan Alana di rumah.
Tidak ada teriakan yang memanggil dirinya setiap pagi, tidak ada lagi tangisan jika mereka sedang bertengkar. Sungguh Alana tidak ingin anak-anaknya tumbuh besar dengan cepat.
"Abang sebentar lagikan ulang tahun, mau di rayain tema apa tahun ini?" tanya Alana memangku sang anak ke pangkuannya.
Rasya tampak berfikir sebelum menjawab. "Ndak mau layain buna, abang mau main sama dedek aja" ujar Rasya. Alana mengagguk, walau sang anak tidak meminta untuk di rayakan tetapi Alana selaku orang tua akan tetap merayakan hari jadi anak-anaknya setiap tahun jika tidak berhalangan.
"Gapapa sayang, nanti buna bilang ke papa" Rasya tampak berfikir dan menatap mata sang ibu dalam.
"Boleh buna?" tanya Rasya yang di anggguki Alana.
"Kenapa gak boleh, kan abang anak buna sama papa" jawab Alana. Rasya tampak berbinar membayangkan betapa meriahnya acara ulang tahun nya nanti.
"Abang mau astlonot buna, boleh ndak?" Alana mengagguk lalu tersenyum.
"Wahh pilihan yang bagus, nanti buna tanya ke papa terus buna cari ya dekorasi astronot nya" Rasya mengagguk antusias.
"Buna, terima kasih" ucap Rasya lalu memeluk sang ibu dengan erat.
"Sama-sama sayang"
***
"Budhe, Alana pamit dulu ya. Budhe di rumah hati-hati" ucap Alana berpamitan kepada Ati.
Siang ini sesuai rencana, Alana dan Raka akan kembali ke Jakarta setelah berlibur beberapa minggu di kediaman Ati. Awalnya Ati meminta untuk tinggal beberapa malam lagi, tetapi karena pekerjaan Raka yang sudah menumpuk di kantor mengharuskan mereka untuk segera pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buna Alana 2 | Lee Jeno
Teen FictionBAGIAN KEDUA DARI BUNA ALANA [bahasa non baku] "Can I be a good mother to my children?" ©Chyntyasucitra