"Na, tolong ya lo handle makanan buat acara ultah anak gue"
Laki-laki berperawakan tinggi itu yang tak lain adalah Raka meninggalkan kantor sembari sibuk dengan ponsel yang ia peggang.
Naresha sudah hafal sekali dengan Raka yang memaksa memantau cafe dan kantor sekaligus. Padahal Alana sudah menyarankan untuk Naresha yang mengurus urusan cafe sedangkan Raka fokus ke perusahaan keluarga nya. Raka tetaplah Raka yang keras kepala walaupun sudah memiliki anak tiga.
"Iye aman dah. Besok lo terima jadi aja, makanan bakal tertata rapi" ujar Naresha meyakinkan Raka.
"Kue udah lo pesen?" tanya Raka yang di angguki Naresha
"Udah, Ka. Sesuai pesanan Rasya" Raka mengagguk lalu mengucapkan terimakasih kepada teman nya ini, jika tidak ada Naresha mungkin Raka sudah kelabakan mengurus semuanya sendiri.
"Oke, gue ke kantor dulu ya. Gue lupa ada meeting hari ini" Naresha mengangguk. Setelah berpamitan ke Naresha Raka langsung keluar dari ruangan menuju parkiran.
Sebelum sepenuhnya keluar dai cafe, suara seseorang berhasil mencegat pergerakan Raka karena suara nya itu.
Terlihat dari jauh Karin yang datang dengan paperbag cafe nya itu sedikit berlari kearah nya.
"Pak maaf. Tadih saya lihat bapak pagi-pagi sekali sudah datang ke cafe, saya ragu bapak sudah sarapan atau belum. Ini saya bungkuskan wafeel, roti sama hot chocolate nya buat bapak" ujar Karin. Raka memang tidak sempat sarapan dirumah karena Rafa yang sedang rewel tak mau di tinggal oleh sang ibu. Mau tak mau Raka harus mengikhlaskan pergi dari rumah dengan perut kosong nya.
"Iya saya belum sarapan. Terimakasih ya Rin" ujar Raka berterimakasih.
Karin mengagguk sebagai jawaban nya. Ia senang bisa bercengkrama dengan Raka, apa lagi bisa memberi sarapan ke Raka. Entah keberanian dari mana ia bisa memberikan makanan itu untuk Raka.
"Yaudah, saya berangkat dulu. Sekali lagi terimakasih ya" Raka berkalu begitu saja dari hadapan karin menuju parkiran tempat mobil nya terparkir.
Tampa mereka sadari ada sepasang mata sedang memperhatikan gerak gerik mereka dari jauh.
***
"Abang lihat Rafi gak?" Rasya yang sedang asik bermain mobil-mobilan nya melihat sekitar sebelum menjawab pertanyaan sang ibu. "Engga buna" jawab Rasya. Alana mengusak kepala Rasya lalu kembali meneriaki nama Rafi untuk mencari anak nya itu, entah dimana ia bersembunyi.
Di rumah memang sedang ramai untuk menyiapkan acara ulang tahun Rasya besok siang. Tetangga-tetangga Alana ikut serta membantu menyiapkan, seperti mengemas bingkisan untuk tamu-tamu yang akan datang nanti.
"Rafi ada di dekat kandang kelinci" ujar bu Retno. Alana berjalan ke kandang kelinci yang terletak tepat di samping rumah mereka. Dan benar saja, Rafi sedang duduk sambil memakan coklat disana.
"Afi" panggil Alana. Rafi yang mendengar suara sang ibu kelabakan menyembunyikan coklat yang ia makan.
"Kan buna udah bilang jangan mam coklat dulu nanti gigi Afi sakit"
"Dicit na" jawab Rafi dengan wajah sedihnya. Alana menggendong Rafi untuk masuk kedalam rumah bergabung bersama ibu-ibu yang asik berbincang sembari membungkus bingkisan itu.
"Oma oma" pekik Rafi memanggil bu Retno dan meminta Alana untuk menurunkan nya.
Bu Retno tersenyum menyambung kedatangan Rafi "Kenapa si ganteng ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Buna Alana 2 | Lee Jeno
Teen FictionBAGIAN KEDUA DARI BUNA ALANA [bahasa non baku] "Can I be a good mother to my children?" ©Chyntyasucitra