▪︎ Happy reading
▪︎ Kalo suka tinggalkan jejak, ya~~~
Baru tidur dua jam, Bagas sudah harus bangun lagi pukul enam pagi. Kepalanya masih sakit akibat meminum dua gelas wiski selama bertemu klien semalam. Inilah alasannya tidak suka bertemu klien di klub malam saat hari kerja. Karena paginya dia masih harus kembali bekerja. Belum lagi semalam dia bertemu dengan wanita yang mengotori jasnya. Hal itu membuatnya harus membuang jas yang baru dia beli minggu lalu. Beruntung, klien yang ditemuinya setuju untuk menandatangi perjanjian. Suasana hati yang awalnya buruk bisa membaik lagi.
Setelah menghabiskan secangkir kopi pait untuk mengurangi sakit kepalanya, pria yang memakai setelan jas biru dongker itu siap pergi ke kantor. Dia sudah mengirimkan hasil pertemuan dengan klien semalam ke email sekretarisnya untuk dibuatkan laporan yang akan digunakan sebagai pembahasan dalam rapat pagi ini. Bagas berdiri di depan pintu apartemen untuk mengangkat telepon dari sekretarisnya.
"Saya, kan sudah bilang! Atur jadwal sesuai yang saya katakan. Kenapa tiba-tiba rapat pagi ini harus mundur?" Suara Bagas meninggi setelah mendengar maksud dari sekretarisnya itu.
"Saya nggak mau tau! Hubungi mereka semua sekarang. Saya mau saat tiba di kantor, mereka semua sudah ada di ruang rapat." Teriakannya membuat seseorang yang baru saja keluar dari apartemen di depannya terkejut.
Bagas hanya melirik sekilas kepada wanita yang terkejut itu lalu melanjutkan pembicaraan dengan sekretarisnya di telepon. Pria itu mengakhiri telepon dan manatap wanita yang masih berdiri sambil memperhatikannya. Dia sampai menyipit untuk memastikan ingatannya tidak salah. Benar, wanita itu adalah wanita semalam yang muntah di jasnya. Seketika seluruh tubuh Bagas merinding.
Alesha mendekat untuk memastikan penglihatannya. Tidak mungkin. Pria yang berdiri menatapnya itu bukan pria galak yang semalam ditemuinya, kan? Wanita itu menggigit bibir sambil terus maju.
Bagas mundur ketika wanita di hadapannya terus maju hingga jarak di antara mereka hampir tak bersisa. Pria itu memandang risih kepada wanita yang saat ini justru menyentuh wajahnya. Kemudian, wanita itu berdiri tegak lalu memegang kedua lengan bagas dan memutarnya ke kanan-kiri.
"Ini apa-apan? Lepasin, nggak?"
Alesha segera melepas tangannya dari tubuh Bagas ketika mendengar teriakan pria itu. Dia berbalik lalu masuk kembali ke apartemen.
"Dasar wanita gila!" Bagas mendengkus seraya merapikan jasnya lalu berjalan ke lift.
Paginya benar-benar buruk. Kepalanya makin sakit setelah bertemu lagi dengan wanita yang menjadi sumber kemarahannya semalam. Namun, apa yang dilakukan wanita itu di depan apartemennya? Tidak mungkin dia menjadi tetangganya, kan? Kalau iya, Bagas akan pindah dari sana. Oh, tidak. Pria itu menggeleng mengingat pengeluarannya bulan ini membengkak karena baru saja pindah ke apartemennya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Secretary [TAMAT] - SEGERA TERBIT
RomanceTidak selamanya menjadi putri tunggal dari orang tua kaya raya membuat hidup seseorang bahagia. Alesha Kinan Wijaya justru memilih pergi dari rumah dan hidup mandiri karena menolak untuk dijodohkan dengan putra dari sahabat ayahnya. Wanita manja dan...