Sabtu, 29 Januari 2022.
Habis menyimpan mangkuk bekas sarapan, Hueningkai berlari menuju pintu depan. Kata Kakaknya, ada seseorang.
"Maaf menunggu lama, silahkan masuk." Ujar Hueningkai sambil membungkuk.
"Hahaha, tidak perlu seperti itu." Soobin terkekeh, tapi malah ikut membungkuk.
"Tidak apa, Kak. Mari." Tuan rumah mendahului, duduk lalu memastikan semua yang datang masuk kedalam.
Soobin datang bersama Lia dan Taehyun, keluarga dari Yuna memang sudah lama dekat dengan Hueningkai—lebih tepatnya sejak Hueningkai buta.
Begitu semua masuk, Hueningkai membalik badan. "Kak Chaeryeong? Ada Taehyun lho disini." Teriaknya, usil.
"Iya sebentar."
"Tidak hanya aku, kenapa Kak Soobin dan Kak Lia tidak disebut?"
"Agar Kak Chaeryeong cepat kesini, haha." Taehyun mengindik bahu biar kelihatan tak acuh, menahan malu karena pipinya samar merona.
"Ah iya Kai, maaf Kak Lia baru bisa menjenguk." Sahut Lia tibanya.
"Tidak apa Kak, kan sudah diwakili oleh Kak Soobin. Terimakasih banyak juga atas biaya operasinya."
"Sama-sama Kai." Jawab Soobin bersamaan dengan Lia.
"Aku sudah jarang melihat Kak Lia, terakhir kita bertemu sebelum operasi, ya?" Tanya Hueningkai.
Lia terkekeh, mengangguk. "Hahaha, iya."
"HEY, ADA ANAK TERSESAT DISINI."
Empat orang lain serentak menengok ke asal suara, Ryujin membawa gadis kecil dari pintu sana dikawani Beomgyu.
Lia tercengang, memukul pelan kepala sendiri. "Astaga, aku lupa. Maafkan Ibu, nak."
"Hahaha, untung saja kalian yang menemukan." Celetuk Taehyun melirik keduanya.
"Nak? Anak cantik ini, anak Kak Lia dan Kak Soobin?" Heran Hueningkai, melirik keduanya.
"Iya." Soobin mengangguk.
"Wah, karena operasi. Sepertinya banyak kabar yang kutinggal ya?"
"Heyoo, tidak apa kawan." Beomgyu menduduki sofa sebelah Hueningkai, merangkulnya seperti biasa.
Beomgyu, Hueningkai, Soobin dan Taehyun mendiami Lia dan Ryujin bermain bersama Lina—nama anak dari Lia dan Soobin.
Selagi bercengkerama, Hueningkai melirik temannya.
"Apa aku boleh bertanya, soal kematian Yuna?" Katanya sambil pindah posisi duduk, Hueningkai menempati sofa yang memanjang sendirian.
Kehadiran mereka memang memberi sepercik kebahagiaan bagi Hueningkai. Namun, sifatnya hanya sekali lewat.
Tidak untuk selamanya dan menjadi alasan Hueningkai mencari kebahagiaan.
Bahagia yang sesungguhan hadir dalam raga seorang yang diakui sudah meninggal. Sampai saat ini, Hueningkai belum utuh meyakini kepergiannya—sejujurnya.
Taehyun sempat bersitatap kepada Beomgyu, juga Soobin. Salah satu dari mereka menjawab.
"Bukannya tempo hari, kamu sudah diajak kemakam adikku bersama Beomgyu dan Taehyun?" Tanya Soobin.
"Sudah, Kak. Tapi kubutuh alasan untuk meyakini bahwa Yuna memang benar sudah tiada."
Bagai mantra pembisik hati, semua mata memandang Hueningkai. Lambat laun lekuk wajah sendu terukir, kembali gadis pujaan hati dirindukan lagi.
"Kenapa diam? Apa kalian tidak mengerti, aku merinduinya? Setidaknya, jika benar Yuna pergi, ceritakan padaku. Kenapa dia bisa meninggal?"
Ketika semua menutup mulut memaling pandang, Chaeryeong baru keluar dari kamar menghampiri tempat kumpul mereka.
"Kamu ingin tau tentang Yuna?" Tanya si Kakak, entah ketemu dari mana, ia membawa buku harian Yuna yang Hueningkai simpan di atas meja.
Hueningkai mengangguk, Chaeryeong terduduk disebelah Ryujin dan Lia kemudian menatap satu persatu mereka.
Chaeryeong memberi buku harian Yuna kepada Adiknya. Mulai berkisah.
Aku potong, biar gak kepanjangan.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
KALENDER | Yunkai
Fanfiction[Ministory] [Selesai] Menurut buku tersebut, Yuna menyelamatkan Hueningkai. Tapi, Yuna pula yang menyebabkan Hueningkai terperangkap dalam bahaya itu sendiri. Kisah ini hanya ulasan kilas balik bedasarkan buku harian Yuna yang disimpan oleh Hueningk...