Oase High School memang sangat terkenal dengan julukan SMA idaman semua remaja karena visinya yang memerdekakan siswa. Meski begitu, tak ada kabar pembulian atau berita buruk lainnya yang terdengar sampai ke telinga masyarakat. Sekolah yang sangat megah dengan semua fasilitas lengkap, siswa-siswi berprestasi, dan selalu tampak bersih di mata orang-orang. Namun, diantara semua itu ada satu hal yang benar-benar membuat sekolah itu menjadi sangat populer di Indonesia. Tak hanya berbakat dan berotak encer, mayoritas pelajar di sana memiliki visual yang luar biasa keren.
"Balik dari les gua mau ke salon buat cat rambut nih, ada yang mau ikut?"
"Gua ada Ekscal hari ini."
"Lu jadi daftar Ekscal? Bukannya lu udah ikut les drama musikal sebelumnya?"
"Ya lu tahu sendiri kan sesuka apa gua sama musikal?"
"No comment deh. Sekar, lu bisa nemenin gua kan? Please... mau ya mau, hmm?"
"Oke deh. Gua nggak ada les hari ini, jadi ntar gua tunggu di perpus ya."
"Siap!"Tiba-tiba suasana kelas menjadi riuh. Tampak semua pandangan sedang tertuju ke satu titik.
"Lepas! Lu berat."
Suara Galel mampu membuat kelas menjadi hening. Melihat Niu yang sedari masuk sudah melingkarkan tangannya di lengan Galel-bahkan saat mereka sudah duduk-berhasil menjadi pusat perhatian seisi ruangan. Tampak dari tatapan mata mereka yang penuh dengan tanya. Sama halnya juga Niu yang masih membatu dalam keheranan.
"Kuping lu kepake nggak sih? Kalo cuma buat pajangan mending lu donorin aja deh, lebih dapet manfaatnya."
Melihat Niu yang masih diam mematung membuat Galel menarik paksa lengannya. Saat itu, Niu baru kembali tersadar dari perang pikiran yang panjang. Seperti biasa, Galel tidak memedulikan itu. Dia langsung memasang earphone putihnya sambil duduk menyandar ke kursi dan memejamkan mata-menikmati alunan musik yang mengisi telinganya. Dia sangat menyukai musik dan selalu mendapatkan kemenangan di tiap lomba musik yang diikutinya.
Hanya dengan mendengarkan musik membuat Galel merasa hidup. Layaknya pasangan yang sedang kasmaran, dia paling suka saat mendengarkan musik sendirian-hanya ada dia dan musiknya. Galel juga sangat piawai membuat lirik dan membuatnya mendapat penghargaan komposer berbakat dari sekolah berupa ruangan khusus yang kedap suara. Dia paling benci dengan kebisingan yang menghancurkan kencan romantis dengan musik kesayangannya.
"Niu, kemarin aku nyoba bikin sweatness red-sky cake. Nih cobain." kata seorang lelaki dengan senyum manis sambil menyodorkan cake buatannya.
"Wah... kelihatannya enak. Ini beneran boleh buat aku?" Niu merasa tidak enak karena selalu diberi kue oleh lelaki manis itu.
"Aku bisa bikin itu karena keinget kamu. You're my inspiration to make more delicious cake. Jadi, kenapa nggak boleh?"
"Thank you, Vigo. Tapi kalo kamu ngasih sekotak cake tiap hari aku jadi ngerasa nggak enak buat nerimanya."
"Justru aku yang mau bilang makasih, kalo nggak ada kamu menu di Hommycake-ku nggak bakal bisa sebanyak sekarang. Oh iya, ini ada tiga voucher diskon 50% untuk semua menu yang ada di Hommycake." Vigo meletakkan tiga kupon itu di meja Niu.
"Aku boleh ajak temen?"
"Sangat boleh. See ya in Sunday, Niu." Vigo melambaikan tangan dan kembali ke kelasnya.Gadis itu tersenyum sambil melihat sekotak kue di depannya. Dia kembali teringat dengan pertemuan pertama mereka di Hommycake-kafe milik Vigo. Saat itu Niu ditemani saudaranya makan cake sepuasnya selepas kelulusan SMP. Saat hendak masuk, ia mengira Vigo adalah pelayan di Hommycake.
"Permisi, saya mau pesan Black Saturn Ring, Ocean Matcha, sama Blur-berry Sunrise. Terima kasih."
Melihat gadis mungil yang berjalan cepat menuju meja di dekat jendela-takut direbut pengunjung lain-membuat Vigo merasa geli. Hal itu yang membuat dia mau berpura-pura menjadi pelayan dan mengantarkan pesanan gadis itu. Vigo merasa sangat puas melihat dua gadis dihadapannya sedang menatap cake yang mereka pesan dengan mata yang berbinar.
Awalnya dia merasa mungkin itu perasaan yang wajar saat melihat ada orang yang menyukai cake buatannya. Namun, pertemuan kedua dengan Niu di Oase High School membuatnya tak bisa berkata-kata. Itu lah awal mula setiap ekspresi Niu yang dijadikan inspirasi oleh Vigo dalam membuat semua menu baru di kafenya.
"Wah... lihat tuh. Mak lampir satu itu mulai berulah lagi."
"Tadi ngerangkul Galel mesra, sekarang ngejilat Vigo juga."
"Kelihatan banget kalo dia emang nyari gratisan aja kan?"
"Bener banget."Kegaduhan di kelas membuat Niu merasa malas. Dia melirik teman sebangkunya yang masih diam mendengarkan musik dengan earphone. Niu kembali mengingat kejadian yang sangat langka menimpanya pagi tadi.
"Tumben banget ini bocah ngeselin ngebiarin tangan gua tadi. Tapi kenapa harus jalan cepet banget sih? Kan gua jadi nggak bisa ngejawab sapaannya Vigo waktu di tangga. Padahal selisih tinggi kita nggak beda jauh deh perasaan."
Gadis itu terus memandangi lelaki itu hingga membuatnya merasa risih dan membuka matanya-menatap tajam Niu yang masih melamun. Saat itu Niu sedang tidur menghadap teman sebangkunya dengan posisi kedua tangannya terlipat di meja sebagai penopang kepala.
Galel merasa kesal melihat Niu yang masih fokus memandanginya dan entah apa yang sedang dilamunkan gadis itu. Galel mengambil sekotak kue yang ada di hadapan Niu dan membuat Niu langsung bangun dari lamunannya.
"Eh?! Itu kan punya gua, siniin."
"Oya? Abis nganggur kayaknya."
"Apa sih?! Cepet siniin nggak? Keburu ntar ada guru masuk."Niu berusaha menggapai kotak kue yang dipegang Galel, namun nihil. Hal itu membuatnya semakin frustasi dan menarik earphone Galel lengkap dengan mp3 player-nya. Kini giliran Galel yang semakin geram. Niu sudah seenaknya memandangi dan melamunkan dia tanpa izin dan sekarang gadis itu juga menyita earphone dan mp3 player miliknya. Saat hendak merebut kembali "kekasihnya" itu, guru datang dan membuat Galel mengurungkan niatnya.
"Oke, untuk tugas seni kali ini kalian akan berkolaborasi dengan teman sebangku untuk menampilkan beberapa bidang seni dalam satu pertunjukan. Misalnya dalam satu kali tampil kalian akan membawakan seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater. Buat konsepnya sesuai dengan ceritanya. Dan ingat, harus satu cerita utuh untuk semua bidang seninya. Paham?"
"Apakah pertunjukan itu untuk penilaian Ujian Praktik Tengah Semester minggu depan, Bu?"
"Benar sekali Niu. Jadi tolong kalian kerjakan sebaik mungkin ya. Itu untuk nilai UPTS seni kalian. Oh iya, Niu dan Galel, setelah ini bisa ikut ke ruangan Ibu sebentar? Ada beberapa hal yang perlu Ibu pastikan dengan kalian berdua."Setelah mengangguk mereka berdua memasukkan buku dan segera menuju ke ruang seni.
Hal apa yang perlu dipastikan guru seni kepada Galel dan Niu? Apakah ada hubungannya dengan gosip diantara keduanya? Atau... hal lain?
Maaf lama tidak upload karena ada satu dan beberapa hal-bukan hal yang sama dengan Galel dan Niu.>< Terima kasih untuk jejak kalian di episode sebelumnya. Jangan lupa jejaknya di episode ini juga, ya. See ya in next chapter~ ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallin' Flower
Teen FictionBerlelah-lelah dahulu, berleha-leha kemudian. -Galel Boros untuk diri sendiri, pelit untuk orang lain. Siapa lagi kalau bukan Awan Galela Prawara. Dia memiliki julukan 'kecil-kecil cabe rawit' berkat bicaranya yang khas. "Kayak ada pedes-pedesnya gi...