CHAPTER 11

605 141 90
                                    

Zzzzz... Zzzzz

Bunyi dengungan yang berasal dari sarang di atas pohon mangga itu membuat badan Arley sontak menjadi kaku. Dengan gerakan lamban, kepalanya menoleh ke belakang. Mendapati gerombolan tawon yang mengerubunginya.

Detik itu pula, bibir Arley komat-kamit memisuhi temannya. Bisa bisanya mereka kabur tanpa memberi tahu alasan yang jelas. Sial sial sial, nyawanya berada dalam ancaman sekarang.

Tanpa berlama-lama, cowok ajaib itu memilih melompat dari atas. Ia ingin secepatnya pergi dari tempat ini. Namun naas, saat ingin meloncat celananya justru nyangkut di ranting pohon.

Krekkkkk!

"Bangkek, jauh-jauh sana. Gue pahit!" Jantung Arley rasanya mau copot kala sekelompok lebah itu semakin mendekat dengan mata yang menyala. Sepertinya mereka marah. Lebah bisa marah juga ya ternyata.

"JANGANNNN! JANGAN SENGET GUE PLIS, KITA KAN KAWAN BRO.. MALEM NANTI NGOPI GASS?" Sambil menarik celananya yang tersangkut, Arley berusaha sesantai mungkin menanggapi siungan lebah tersebut.

"AKHH BANGSAT!" ringisnya tatkala satu sengatan berhasil mengenai bibir merahnya.

"A-ANWINGG!" Mulut Arley kini terasa kelu, bahkan untuk berucap sepatah sekalipun sangat sulit.

Zzzzz.... Zzzz.....

Disusul oleh lebah lainnya, Arley mendapat serangan bertubi-tubi dari mereka. Entah berapa sengatan yang ia dapat. Yang jelas rasanya sakit luar biasa. Kedua matanya terpejam. Rasa nyeri, nyut-nyutan, bercampur menjadi satu. Lebah brengsek itu berhasil menyengat seluruh wajahnya.

Tubuh Arley ambruk ke bawah. Ia berlari tertatih-tatih sambil sesekali meringis sebab sengatan tadi. Langkahnya berhenti di depan UKS. Bau obat-obatan menyeruak seiring ia masuk ke dalam ruangan bernuansa putih itu.

Arley membuka pintu kamar UKS. Berniat membaringkan tubuhnya disana. Tapi harapannya pupus saat kasur yang hendak ia pakai itu sudah ditiduri seorang gadis.

Arley berdecih. Bahkan dari belakang saja, ia hafal siapa gadis itu. "BANGUN LO! AWASS, GUE LEBIH BUTUH."

Fana memiringkan badannya ke kanan, melihat ke sumber suara. "LOHH?! DI SEKOLAH INI ADA BADUT?"

Coba saja bibir Arley tidak tersengat tawon, mungkin ia akan melontarkan berbagai macam umpatan untuk gadis ini. Tapi untuk sekarang, Arley tidak bisa. Pending dulu deh.

"Geseran." Fana mengernyit sebelum akhirnya menuruti ucapannya. Arley lantas berbaring di sebelah gadis berkuncir kuda itu.

Gadis pendek itu mengucek kedua matanya. "Diliat-liat, lo mirip Arley."

Arley mendengkus. "Lo jangan buat gue pengin banting lo sekarang ya, Fan. Tenaga aing udah terkuras abis. Coba lagi besok."

"JADI LO BENERAN ARLEY?!" Fana berdiri heboh, "make up lo keren. Keliatan real gituu!"

Arley menutup telinganya menggunakan bantal. "KELUAR GAK?! NGAPAIN LO KESINI? PASTI ALESAN SAKIT KAN? CIHHH, NAJIS."

"Sembarangan. Gue beneran sakit ya!" sanggah Fana seraya memegang perutnya, "sejak jam pelajaran pertama, kentut gue gamau keluar! Bahaya iniii bener-bener bahaya!"

"Gue ga percaya kalo lo belum mati," balas Arley santai.

"Berani-beraninya badut macam lo doain gue mati?!" Fana mengangkat sebelah kakinya. Sadar dengan apa yang hendak gadis itu lakukan, Arley menarik kaki Fana lebih dulu. Niat awal ingin membuat cowok itu jatuh, eh, malah dirinya yang jatuh dengan posisi memeluk erat seragam Arley.

DUO SABLENGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang