CHAPTER 14

414 110 128
                                    

Sebelum membaca, marilah kita berdoa agar cowok fiksi jadi nyata🤲.

Vote + komen yaa🤩

Betewekk panggil aku El aja. jangan Thorr/ author wkwk kesannya kaya gmn gituuu😭

***

Sambil bersiul, Arley memasuki area bengkel dengan tampang songongnya seperti biasa. Kedua tangan cowok itu masuk kedalam saku. Khusus hari ini, ia akan menjadi cowok cool.

"Sore, Bang," sapa Tio. Arley hanya meliriknya sekilas, lalu duduk kalem tanpa mengeluarkan ucapan apapun.

Ini aneh. Arley yang biasa pecicilan, hari ini berubah sangat drastis. Menatap serius, Tio kembali memanggilnya. "Bang?"

"Hm? Sorry, gue cowok dingin," balasnya datar, seraya mengibaskan poninya yang mulai memanjang.

Tio terkikik, kemudian menendang lututnya pelan. "Nggak berubah, ya, lo."

Kening Arley mengkerut, "Nggak berubah gimana?"

"H-hah? Engga. Yaa.. Sama aja sifat lo Bang kek biasanya, kaga bisa serius AHAHAHA." Tio tiba-tiba tertawa, siapa saja yang mendengar pasti tahu. Kalau itu adalah tawa yang dipaksakan.

Arley menatap Tio layaknya seorang polisi yang hendak menyelidiki tersangka. Pasalnya, adik kelasnya itu kerap kali bersikap aneh. Ditambah, Tio sangat tertutup. Arley saja tidak tahu tempat tinggal cowok itu, serta dimana sekolahnya.

"Yo, lo jujur sama gue." Suara Arley terdengar serius.

Tio menatapnya sejenak sambil mengangkat alis, sebelum kembali sibuk pada pekerjaannya —menyervis motor. "Kunaon?"

"Lo masih perjaka?"

Arley menampar mulutnya sendiri. Demi apapun, bukan itu yang ingin ia tanyakan.

Tio terkekeh. "Kenapa? Lo mau ngambil keperjakaan gue bang?"

"GAK GITU YA, NYET!"

Tio tak menganggapi, ia bergerak membuka resleting celana levisnya. Hal itu membuat Arley spontan menutup kedua matanya menggunakan tangan. "SIALAN LO MAU NGAPAEN, ANJENG!"

"Lah? Pede amat. Gue mau ngambil duit." Di dalam celana levis itu, Tio memamerkan saku kecil yang tertempel di boxer boboiboy miliknya. Rupanya, cowok itu rangkap dua celana. Arley aja yang lebay, suka nethink.

Arley memutar matanya malas. Pandangannya beralih pada seorang gadis cantik bertubuh sexy yang baru saja keluar dari dalam ruangan bengkel, membawa nampan berisikan minuman.

Ini, nih! Yang bikin Arley betah kerja disini. Namanya Anis, anak dari pemilik bengkel. Selain cantik, perempuan itu juga sangat ramah. Kalau dibandingkan dengan Fana ... Tunggu! Kenapa tiba-tiba jadi Fana? Arley menggeleng pelan.

"Kedip Ar, kedip!" tegur Rahmat membuat Arley kembali sadar dari lamunannya, "ntuh minuman kaga diterima? Buat gua aja sini, aus."

"Eh?" Arley meringis, ternyata Anis sedari tadi berdiri di depannya sambil menyodorkan minuman. Ia menerimanya dengan genit, "munduran dikit dong Neng."

"Cantiknya kelewatan ya?" tanya Anis lalu memundurkan langkah malu-malu.

"Bukan. Gue kentut, hehe."

Pak Mamat yang tidak terima anaknya diperlakukan seperti itu pun turun tangan. "ARLEY, TANGAN KAMU DARITADI DIMASUKKAN TERUS. GAK KERJA KAH? MAU POTONG GAJI ATAU POTONG LEHER?!"

Arley langsung kelabakan. Mengeluarkan tangannya dari saku. Sepertinya, ia gagal menjadi cowok dingin. "Lah iya, lupa gue kalo punya tangan."

***

DUO SABLENGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang