CHAPTER 02

2K 330 131
                                    

hari ini uda senyum belum?

hayooo kalo belum, tarik bibir nya keatass.

nahh kalo gitu kan cantikk😍

kasii feedback yuuk. aku yang ngetikk, kalian ngevote sm komen biar adill hehe makasiiiiii

***

Di ruang bernuansa putih, lebih tepatnya ruang tamu. Arley bertopang dagu dengan tangan yang bertumpu di ujung sofa. Sejak tadi, ia menggerutu geram lantaran harus menunggu tetangga gilanya itu untuk berangkat bersama.

Arley menyesal, harusnya tadi ia tidak menyalakan motornya agar Ibu Fana tidak mendengar dan berakhir mencegatnya seperti sekarang.

"Tan, Fana mana sih. Arley udah sering bolos, kalo sekarang telat lagi, orang tua Arley disuruh ke BK. Siapa coba yang bakalan kesana? Orangtua Arley kan udah gaada." Cowok berambut kecoklatan itu menampilkan raut sesedih mungkin, siapa tau Ibu Fana kasihan dan mengijinkannya berangkat duluan.

Sela, Ibu Fana tersenyum seraya meletakkan toples berisikan camilan di meja. "Tenang, nanti tante sewain De Jumani buat gantiin orang tua kamu."

Tangan Arley bergerak mencomot camilan yang ada di depannya. "De Jumani siapa?"

"Tukang jamu belakang rumah," jawab Sela seraya mengelus puncak kepala Arley, menenangkan.

Arley mendengus. "Apaan sih, tan. Harusnya tante dong, yang tanggung jawab. Kan selama ini Arley telat gara-gara nungguin anak tante!"

Percakapan mereka terpotong dengan datangnya seorang gadis yang telah dinanti-nanti Arley sejak tadi. Dinanti-nanti pengen mukul, maksudnya.

Sontak Arley berdiri. Menyambar bantal sofa. Memutar-mutarnya terlebih dahulu, sebelum ia lemparkan kepada Fana.

"Aduh!" Fana meringis, padahal bantal tersebut tidak mengenainya. Ia sudah menduga kalau Arley akan marah.

Arley mendekat, Fana mundur. Bersembunyi di belakang Ibunya. "S-sorry.. tadi perut gue sakit. Makanya lama di kamar mandi, ngeluarin si kuning banyak banget."

"Bodoamat gue gak peduli." Arley melengos keluar diikuti Fana. Lelaki itu naik ke atas motornya. Duduk di jok tengah, hingga menyisakan ruang yang sangat sedikit untuk Fana duduki.

Menyadari itu, Fana melebarkan mata. "LO APA-APAAN SIH, AR. LO MAU GUE DUDUK DI BAN LO? HAH?!"

Arley mengendikkan bahu acuh seraya menampilkan ekspresi menyebalkan.

"Dalam hitungan satu detik belom naik, gue tinggal," ancamnya.

"Sa—"

Mau tak mau, Fana langsung bergegas duduk di ujung motor matic butut milik cowok itu.

"—Tu."

Arley mengegas motornya dengan kecepatan maksimal. Mengabaikan gadis di belakangnya yang masih belum benar-benar naik. Fana memukul helmnya brutal sambil terus berteriak.

"ARLEYY BULU MATA GUE JATOH SATUUU!"

Sekalipun itu di perjalanan, tidak membuat dua orang tersebut berhenti ribut. 20 menit berlalu, kini mereka tiba di sekolah. Gerbang sudah tertutup rapat. Arley menatap jam hitam yang melingkar di tangannya. Gila, jam sudah menunjukkan pukul 8.

DUO SABLENGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang