CHAPTER 03

1.4K 263 78
                                    

maap telat sehari. ga berniat php, tapi emang harus dalam mood baikk buat nulis cerita yang inii.

kalian tau sendiri kan sifatnya mereka ber2 kaya gimana😭

kiww votee sama komen.. gampang kan ges, ga sesusah mikirin alur😣💘

°°°

Sembari menatap matahari yang menyorot sinar berwarna keorenan, sore ini Fana duduk di halte bus dekat sekolah. Kakinya di ayunkan ke depan dan ke belakang berkali-kali.

Gadis yang tubuhnya masih dibaluti seragam itu mencebikkan bibir. Lagi-lagi, Arley pulang lebih dulu meninggalkannya. Apalagi sekarang ia lagi tidak mempunyai duit, meskipun itu hanya untuk sekedar naik angkot.

"Coba telfon lagi, Fan," suruh Anggi yang sedari tadi menemaninya. Lebih tepatnya Fana yang memaksa. Dengan alasan, kalau ia menunggu sendiri, terlihat seperti gembel.

"Gabisaa Anggiiiiii, hapenya pasti sengaja dimatiin," gerutu Fana sangat faham sifat licik cowok itu. Menoleh ke samping, Fana menatap Anggi melas, "ngutang lo dulu dong-"

"BIG NO!" potong Anggi menggeleng keras, "utang lo di gue udah numpuk, mana gapernah di bayar lagi."

Fana merangkul pundak cewek di sebelahnya. "Aelah, Nggi, santai aja. Udah gue ikhlasin, gausah bayar gapapa kok. Kalo lo punya, berapapun gue terima."

Anggi menyentak tangan Fana. Alisnya menaut kesal. "Lo yang punya utang bego!"

"Mending gue bareng Cilo tadi. Males banget barengin orang sinting!" Anggi membuang mukanya menghadap jalan raya yang penuh akan kendaraan.

Cilo, gadis imut tapi ngeselin itu juga termasuk sahabatnya. Anehnya, dua orang tersebut kok bisa mau bersahabatan dengan Fana yang kelewat barbar.

"Udah ah. Ayo bareng gue jalan kaki aja kalo gituu," ajak Anggi tak sabar. Ia ingin cepat-cepat pulang, dan bertemu dengan guling kesayangannya.

Yang diajak mendengus. "Lo mah enak jalan kaki rumahnya deket lima menit nyampe! Lah gue?"

"Yeuu gausah adu nasib!" Bola mata Anggi berputar sinis. "Mau ikut gak? Gue tinggal nih, buruann gue kebelet."

"Kebelet mati?" Fana memiringkan kepalanya bertanya.

Anggi berdecak. Tanpa sepatah kata apapun, ia berbalik badan meninggalkan area halte.

"ANGGII JANGAN GHOSTINGIN GUE DONG! TUNGGUIN." teriak Fana begitu melengking, sebelum akhirnya terpaksa melangkahkan kaki menyusul Anggi.

Di tempat yang berbeda, Arley bersama tiga sahabatnya berbaring di atas rooftop. Nyatanya, ia belum meninggalkan sekolah.

Mereka terus membahas perihal Arley yang mencari gara-gara dengan Adit, ketua geng abal-abal di sekolahnya.

Lucunya, pada saat Adit hendak melayangkan pukulannya lagi, Arley menyodorkan uang 2000 tepat di wajah Adit. Hal itu sontak membuat Adit mengurungkan pukulannya. Dan berakhir membawa kabur uang 2000 tersebut. Aneh, bukan?

Tidak jadi mukul, hanya karna di sogok 2000. Ini yang namanya ketua geng?

"Mantap lo, Ar. Gue juga males sebenernya liat mereka kebanyakan gaya. Padahal cuma geng motor ecek-ecek," ujar Memet.

"Apalagi si Adit. Ketua gadungan." Ezi menyahuti.

Gilang menawarkan satu ciki cheetos berukuran jumbo pada mereka, agar semakin semangat gibahnya. "Dimakan."

Arley mengerling genit. Menerima ciki tersebut dengan gerakan gemulai. "Aduaduduh eungh.. makasih mas."

"NAJISSS BEGO!"

DUO SABLENGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang