P e r j o d o h a n

2.8K 93 22
                                    

Kenapa hidup gue rasanya begitu terkekang?
Gue punya harta.
Tapi, gue gak punya rasa bahagia.
~Galan Raiden Askala~



•____________________•

5 Januari
06.15

"Akhirnya sampai juga di Sydney!" Pekik Maria kesenangan bahkan wanita berambut grey and blue itu merentangkan tangannya sembari berputar-putar.

Shellina yang melihat itu merasa malas dan mengacuhkan temannya itu. Biar saja Maria asyik menikmati ketidakwarasannya. Didorong koper berwarna biru muda menyusuri pintu keluar bandara Kingsfort Smith tersebut.

"Shellina?!" Pekik Maria heboh saat melihat punggung Shellina yang sudah melewati pintu keluar. "Sialan! Bisa-bisanya gue ditinggalin!" seru Maria mencak-mencak namun tetap menyusul langkah cepat Shellina.

Baru saja Maria ingin meluapkan amarahnya, Shellina lebih dulu mendapat panggilan telfon. "Jangan bilang dari ketua," ujar Maria was-was apalagi saat melihat ekspresi Shellina.

"Hallo?"

Helaan nafas lega keluar dari bibir Maria. Sebab Shellina tidak mengatakan nama inisialnya, kalau ia berarti memang panggilan dari markas.

"Oke, Maria on the way kesana," ujar Shellina membuat Maria mengerutkan keningnya bingung.

"Kok gue?" Tanya Maria tanpa suara. Maria menunggu temannya itu memasukkan ponsel ke saku celana lebih dulu barulah bertanya. "Kok bawa-bawa gue?" Tanyanya dengan nada protesan.

"Gue butuh bantuan lo bentar Mar, lo tau kan kalo jam segini gue harus pergi?"

"Jangan bilang delivery lagi?" tanya Maria dengan wajah ingin mengeluhnya.

"Iya, kali ini bonusnya gede kok, lo pasti seneng," Ujar Shellina sembari menepuk puncak kepala Maria layaknya anak anjing.

Tentunya Maria tidak pernah menyukai sikap Shellina yang satu itu padanya. "Tapi lo tau kan gue gak bener-bener bisa bawa motor El!" Seru Maria dengan kekesalannya.

"Pokoknya gue serahin sama lo, nanti setengah gaji caffe gue buat lo deh. Bye." Pamit wanita berambut pirang sebahu itu lalu meninggalkan Maria dengan dua koper.

"Woy bitch! Ini koper lo masa dibebanin ke gue juga sih?!" pekik Maria penuh emosi tak peduli dengan pandangan orang-orang yang memperhatikan wanita itu penuh tanya. "Kampret emang Shellina!" gerutu Maria sembari mendorong kedua koper tersebut sembari mencak-mencak.

Setelah memberhentikan taksi kosong, Maria menaikinya dan diantarkan ke alamat tujuan. Sekitar setengah jam, taksi tersebut berhenti didepan caffe yang sudah terlihat beberapa pengunjung di pagi hari.

Maria turun dari taksi dan mendorong dua koper miliknya dan milik Shellina masuk kedalam caffe. "Hallo Reema, good morning," sapanya dengan ceria menampilkan gigi kelincinya yang rapih.

"Hai Mar, gantiin Shellina lagi?" tanya Reema dengan wajah kalem dan ramahnya.

Reema merupakan anak dari pemilik caffe tempat Shellina bekerja, selalu bersikap ramah, rendah hati, dan memiliki suara yang sangat lembut.

"Iya, wanita jalang itu memang gak pernah tahu diri," Curhat Maria menyuarakan kekesalannya.

Reema hanya menanggapinya dengan kekehan kecil. "Tunggu setengah jam lagi untuk pesanan yang bakal kamu antar ya. Mau minum dulu?" tawar Reema.

"Boleh, americano with ice satu," jawab Maria sembari mengeluarkan ponselnya dan berkelana disana. Selagi Reema membuatkan americano untuknya, Maria menyuarakan isi hatinya. "Lihat, wajah Shellina sehari setelah malam tahun baru tidak ada bahagia-bahagianya sama sekali," curhat Maria.

IRREPLACEABLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang