Kebetulan yang Berulang

4 2 0
                                    

"Percayalah, setiap orang membawa hikmahnya masing-masing."

-----------------------

"Jika kita bertemu lagi nanti, aku tidak akan menyerah. Aku akan menerimamu begitu saja tanpa beralasan." Seorang teman Ayla membacakan cerita yang ditulisnya di Wattpad. "Menurut kalian gimana?" tanyanya pada perkumpulan. Sisil--nama panggilannya, dia penulis wattpad yang cukup banyak pengikut dan pembacanya. Dia yang paling aktif membaca juga menulis di antara mereka.

"Sebenarnya itu kalimat umum dalam cerita, di kehidupan nyata orang jarang berjanji seperti itu," ucap yang lainnya memberi kritik. Namanya Malika, cewek paling logis diantara mereka. Dia tipe penyuka teknologi dibandingkan fiksi novel ataupun puisi dan sajak.

"Kalau menurut kamu gimana?"

Semua mata memandang pada Ayla. Yang merasa jadi pusat perhatian malah kebingungan. Pasalnya ia tidak begitu suka membaca akhir-akhir ini. Fokusnya masih sekitaran buku tentang bisnis jika kesukaan mereka adalah novel romantis atau sekolahan.

"Bagus, terkesan romantis, tapi kurang kuat jika tidak dibumbui penggambaran adegan yang mendukung." Akhirnya Ayla berkomentar juga.

"Tapi ada benarnya juga sih, kalau memang belum siap menikah kenapa musti menjalin hubungan serius? Kenapa juga membuatnya dengan sebutan 'pacaran'," ucap seseorang di antara mereka dengan menggunakan dua tangannya membentuk tanda kutip. Nami adalah anggota baru di ORIS (Organisasi ke-Islaman) dan pacaran adalah hal tabu dari lingkungannya.

"Biar saling kenal, saling menjaga, ada tempat curhat," sela yang lainnya. Ini si Lela, cewek paling modis di antara mereka. Mulai dari pakaian yang selalu mengikuti trend sampai pola pikirnya juga.

Yang berkerudung paling lebar, yang sedari tadi bermuka masam karena pembahasan cinta pun ikut berkomentar. "Bukannya pacaran bikin ribet ya, rindu kan berat, bertukar kata manja tanpa ikatan pernikahan juga lebih banyak dibumbui bisikan syetan dan nafsu semata." Kalau ini Azizah, cewek paling islami di antara mereka. Tukang nasehat yang meski kadang kalimatnya bener, tapi selalu bikin Lela gak suka dalam hati.

Semua terdiam.

"So that's why, kalimat aku udah lumayan ya," sahut yang punya hajat.

"Genre ceritanya apa sih?" tanya Lela.

"Advanture," sahut Sisil.

"Ya oke sih, coba ditambahin InsyaAllah," usul Nami yang diiyakan Azizah.

Ayla tersenyum melihat ekspresi Lela yang tidak terima tapi sungkan mengungkapkan, soalnya bakal ribet kalau debat sama mereka berdua. Dan ada benarnya juga membubuhkan 'insyaAllah' dalam kalimat janji. Meski terkesan remeh, dan alur sudah ditentukan penulis tapi who knows.

Sekolah Ayla bersebelahan dengan sebuah SMA swasta. Jadi ketika jam pulang sekolah anak-anak yang menunggu bus cukup banyak hingga menenuhi trotoar sepanjang jalan kanan-kiri. Seperti siang ini, Ayla dan teman-teman perempuannya sedang berdiri bersama kerumunan yang lain menunggu bus ke arah selatan.

"Cakep ya," bisik Lela.

Ayla menoleh pada Lela dan dengan isyarat matanya menanyakan 'yang mana'.

"Itu, anak SMA yang pake tas selempang coklat, yang kelihatan paling tinggi." Lela berusaha memberi petunjuk tanpa menggunakan isyarat jari, karena Nami pasti akan mengingatkannya untuk jaga pandangan.

Gara-gara Ayla yang terlalu sibuk mencari petunjuk Lela, ketika bus datang dan teman-temannya mulai berebut naik, dia hanya pasrah karena kalah cepat dan bus segera saja penuh. Maka dengan muka lesu dia hanya bisa memandangi keberangkatan lima temannya.

The Monsters [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang