2. Kebingungan Lea

2 0 0
                                    

Happy reading besti<3
.
🍁🍁🍁

"Selamat pagi, pak."

"Pagi juga, Lea. Sini masuk." Sahut seorang pria paruh baya. Pria itu mengenakan kemeja batik maroon serta celana hitam, tak lupa pula kacamata minesnya yang bertengger di atas hidungnya. Pak Marno namanya, dosen pembimbing 2 Lea.

Lea segera masuk ke ruangan Pak Marno dan duduk sesuai perintah Pak Marno.

"Ada apa ya pak, bapak meminta saya untuk menemui bapak pagi-pagi begini? Apa ada yang perlu saya perbaiki di skripsi saya pak?"

"Begini, Lea. Saya sengaja memintamu datang pagi-pagi begini karena ada yang perlu saya bahas terkait skripsimu. Karena sebentar lagi saya harus menuju bandara untuk melakukan perjalanan ke luar daerah." Ujar Pak Marno, lalu memberi jeda untuk menyeruput segelas kopi hangat yang disediakan oleh Office Boy fakultas.

"Skripsimu saya sudah periksa dan sudah sesuai dengan pedoman penulisan. Hanya saja kamu perlu menambahkan lagi data-data pendukung untuk memperkuat hasil penelitianmu. Saya minta maaf karena tidak bisa membimbingmu secara langsung, sebagai gantinya, saya sudah menyiapkan informan untukmu." Lanjutnya.

"Silakan kamu temui Profesor Tansu. Beliau adalah pakar sejarah sekaligus dosen. Saya sudah bicarakan ini dengan beliau, dan dengan senang hati beliau akan membantumu.

Lea bingung harus menjawab apa sekarang. Menolak permintaan Pak Marno rasanya tidak mungkin, mengingat Pak Marno akan ke luar daerah karena kesibukannya. Jika menyetujui permintaan Pak Marno, Lea pasti tidak dapat berbuat banyak karena harus berhadapan dengan seorang profesor yang tak dikenalnya. Sulit baginya untuk berkomunikasi dengan orang baru, terlebih dengan seorang profesor.

"Kamu tidak perlu cemas berhadapan dengan Profesor Tansu. Beliau orang yang terkenal ramah. Saya yakin, beliau akan membimbingmu dan membantumu dengan baik." Suara Pak Marno menyadarkan Lea yang sedang cemas.

"Menurut pendapat para mahasiswa yang sudah dibantu oleh beliau, mereka sangat puas dengan hasil bimbingannya Profesor Tansu. Beliau sering menganggap mahasiswa seperti seorang teman, sehingga mahasiswa merasa nyaman belajar dengannya." Lanjutnya lagi meyakinkan Lea.

Ada sedikit perasaan lega mendengar ucapan Pak Marno. Lea menarik napas lalu mengembuskannya secara perlahan.

"Saya tidak punya waktu banyak, Lea. Saya harus ke bandara. Kamu buat keputusan sekarang. Bagaimana?"

"Baik, pak." Jawab Lea.

"Oke, ini surat pengantarnya dan saya akan mengirimkan kontaknya Profesor Tansu sama kamu. Saya minta sama kamu, kamu serius dengan penelitianmu dan di sidang nanti saya harap kamu tidak akan mengecewakan saya dan Profesor Tansu."

"Iya baik, pak. Saya akan berusaha sebaik mungkin."

***
"Apa? Jadi, kamu bakalan dibimbing sama Profesor Tansu?" Tanya Tania tercengang mendengar berita dari Lea mengenai permintaan Pak Marno.

Lea mengangguk.

"Gawat." Gumam Tania.

"Gawat apanya?"

Tania meletakkan sendok dan garpu dengan bakso di ujungnya ke dalam mangkuk, lalu menatap Lea. "Profesor Tansu adalah dosen penasehat akademiknya Rasya, pacarku. Katanya, Profesor Tansu punya asisten yang selalu diandalkan.

"Terus, apa hubungannya dengan aku?"

Tania menoleh ke kiri dan ke kanan, memastikan situasi di kantin siang itu aman untuk menjawab pertanyaan Lea. Sembari berbisik, ia kembali bersuara. "Asistennya Profesor Tansu adalah Davin." Ujar Tania dan membuat Lea yang sedang minum es teh manisnya tersedak.

Lea tercengang. Ia terpaku beberapa saat sambil menganga dan menatap Tania yang kini sedang berusaha menyadarkannya.

"Le, kamu gak apa-apa kan? Le! Lea!"

Tidak ada respon dari Lea. Tania semakin bingung dengan manusia yang ada di hadapannya itu. Tanpa pikir panjang, Tania mengambil bakso lalu dilumuri dengan saus sebanyak mungkin, lantas memasukkannya ke dalam mulut Lea yang terbuka.

Dan, yap! Berhasil.

Lea akhirnya sadar. Tapi kali ini mukanya terlihat memerah dan semakin menatap tajam Tania.

"AAAAAAAARGHH. Air mana air. Huh hah huh hah. Pedes air pedes air."

Melihat Lea yang kepedesan membuat Tania reflek memberikan es teh manisnya. Dalam sekejap, es teh manisnya diminum habis oleh Lea.

"Gimana? Masih pedes gak?"

"Masih, Tania!"

"I...iya. Sorry sorry. Ya habisnya kamu juga sih, Le."

"Heh, malah nyalahin aku lagi."

"Siapa suruh tadi mul..."

"Sssttt! Udah, udah. Kali ini aku maafin. Tapi kamu harus jelasin se-jelas jelasnya sama aku soal Davin yang katamu asistennya Profesor Tansu." Ujar Lea sengaja mengakhiri drama per-saus-an diantara mereka. Jika tidak, boleh jadi mereka akan diguyur dengan air bekas cuci piring milik Ibu kantin.

"Sstt! Kalo mau nyebut nama Davin jangan kenceng-kenceng. Kalo si Mak Lampir Shenni denger bisa kacau. Dia kan tergila-gila banget sama mantan kamu itu." Tutur Tania sembari berbisik.

Lea mengangguk paham, lalu kembali meminta penjelasan dari Tania.

"Le, yang aku bilang tadi itu bener. Rasya kan sering cerita sama aku semua kegiatan dia. Bahkan dia pernah bilang, kalo dia satu jurusan sama Davin cuman beda kelas. Nah, si Davin jadi asistennya Profesor Tansu karena dia emang pinter, cerdas, apa lagi ya, emm... pokonya yang gitu-gitulah. Makanya di jadiin asisten sama Profesor Tansu." Tutur Tania panjang lebar masih dengan suara berbisik.

"Trus gimana dong, Tan. Aku harus gimana kalo ketemu dia? Gak mungkin kabur kan?"

"Ya janganlah. Masa iya kamu kabur pas lagi bimbingan sama Profesor Tansu. Udah tenang aja. Aku ada saran buat kamu."

"Apa, Tan? Saran apa?" Lea semakin panik. Ia benar-benar bingung bagaimana harus menghadapi Davin jika mereka bertemu nanti. Saat ini, ia hanya bisa mengharapkan saran dari teman yang ada di hadapannya kini.

"Sabar, Le. Aku minum dulu. Eh, ngomong-ngomong minumanku mana ya, Le?"

"Loh, bukannya udah kamu kasih ke aku tadi?"

"Terus mana?"

"Udah habis."

"Leaaaaaaaaa!

🍁🍁🍁

Halo, gimana dengan part ini?
Semoga suka ya. Soalnya kali ini aku bener² kehilangan ide. Maaf kalo ceritanya berantakan atau gak nyambung. Kalo ada saran komen di bawah aja ya. Terima kasih.

See u on the next part bestii<3

Lea Dan Jalan Kenanga(n)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang