2

4.5K 348 26
                                    

Haechan dan Jaemin tidur bersisian, dengan lengan bersentuhan satu sama lain. Menatap langit-langit kamar yang megah. Yang seharusnya menjadi pemandangan Haechan dengan sugar daddy-nya seusai melakukan kegiatan rutin mereka.

Jaemin sendiri hanya diam. Berbaring kaku tak bergerak sedikit pun. Seolah takut membuat pergerakan dan membuat suasana yang sudah canggung baginya, menjadi lebih canggung lagi.

Sementara Haechan seperti raga tak bertuan. Pikirannya jauh melayang memikirkan hubungannya dengan sang sugar daddy. Intensitas hubungan yang mulai berkurang, ditambah kecurigaan istri sah yang sudah mulai mencium bau-bau perselingkuhan membuat Haechan gelisah. Ia tidak ingin berpisah dengan Jaehyun.

"Tidur. Jangan begadang." Ucap Jaemin akhirnya membuka suaranya.

Haechan menggeleng. "Nggak mau." Tolaknya dengan wajah lucu.

Jaemin memejamkan matanya. Menghindari kontak mata yang berbahaya dari Haechan. Berada di ruangan tertutup, dengan jarak sedekat ini, Jaemin benar-benar harus menjaga dirinya agar tidak kelepasan. Karena mau bagaimana pun juga, pesona seorang Lee Haechan bukan main di matanya!

Haechan menelisik wajah Jaemin, baru saja menyadari akan ketampanan asisten pribadi sugar daddy-nya itu.

"Kamu nggak punya pacar, ya, Jaemin?" Tanya Haechan tiba-tiba.

Jaemin hanya diam, masih memejamkan matanya namun kepalanya menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan random Haechan.

"Kenapa? Kamu 'kan ganteng?" Tanya Haechan membuat jantung Jaemin berdetak sedikit lebih cepat mendengar pujian polos itu lolos dari bibir si manis.

"Tidak ada waktu." Ucapnya kemudian.

Haechan mengangguk, "kamu kerja terus sih, kayak robot." Komentar Haechan.

Untuk ini Jaemin hanya diam. Tak berniat menjawab. Karena apa yang dikatakan Haechan benar adanya.

"Aku lihat kamu kayaknya masih muda. Gimana ceritanya kamu bisa kerja sama Om Jaehyun?" Tanya Haechan tiba-tiba penasaran.

Jaemin diam sebentar. Terlihat berpikir haruskah ia menjawab sejujurnya? Karena tentu saja jawaban yang akan diucapkan Jaemin adalah privasinya. Sedangkan ia dan Haechan tidak cukup dekat untuk berbagi privasi. Hubungan mereka hanyalah sebatas asisten sugar daddy dan sugar baby atasannya.

"Kamu nggak mau jawab?" Tebak Haechan tepat sasaran.

Jaemin masih diam. Setelah menimbang-nimbang akhirnya ia buka suara. "Setelah lulus kuliah saya langsung ditarik ke perusahaan." Jawab Jaemin mengejutkan Haechan.

"Kok bisa? Kamu punya orang dalam, ya?" Tebak Haechan.

"Pak Jaehyun."

"Hah?"

"Pak Jaehyun orang dalam saya. Dia ayah angkat saya."

Haechan membulatkan matanya. Menatap orang yang berbaring di sampingnya tak percaya. Benar-benar fakta mengejutkan bagi Haechan. Sementara Jaemin masih memejamkan matanya meskipun ia tahu Haechan tengah menatapnya dengan mata yang membulat sempurna. Jaemin dapat merasakannya.

"Kamu serius?" Tanya Jaechan tak percaya.

Jaemin menghela nafasnya. Sepertinya ia perlu menjelaskan silsilah keluarganya. Bagaiman ia, seorang yatim piatu bisa diangkat derajatnya hingga menjadi Jaemin yang sekarang.

"Saya diadopsi saat berumur 10 tahun, sebagai pancingan karena bapak dan ibu belum punya anak pada saat itu."

"Jadi kamu kakaknya Jisung?" Tanya Haechan tak percaya.

"Bisa dibilang begitu. Meskipun kami tidak punya hubungan darah." Jawab Jaemin santai.

"Tunggu-tunggu! Jadi kamu bantu ayah kamu selingkuh, dong!" Seru Haechan. "Kamu durhaka sama ibu kamu!" Tandas Haechan kemudian tertawa.

Jaemin terdiam. Jawaban selanjutnya benar-benar mengejutkan Haechan yang seketika menghentikan tawanya. Jaemin berkata, "saya tidak peduli. Saya hidup hanya untuk mengabdi kepada bapak. Soal saya mengkhianati ibu, bukan urusan saya. Karena dari awal dia tidak pernah menganggap saya ada." Ucap Jaemin tanpa emosi.

"Hah? Maksudnya?"

"Saya hanyalah pancingan semata. Ketika ia mendapatkan anak dari darah dagingnya sendiri, saya benar-benar dibuang dan dianggap tidak dibutuhkan lagi. Hanya bapak yang masih menerima saya sebagai anaknya. Meskipun sekarang status saya adalah asisten pribadinya."

Haechan benar-benar tercengang mendengarnya. Pantas saja Jaemin begitu loyal kepada Jaehyun. Ternyata ikatan mereka lebih kuat dari sekedar asisten dan atasan. Mereka berkeluarga!

Setelah mengatakan itu, Jaemin masih menutup matanya. Hening berapa lama. Haechan putuskan angkat tangannya. Membelai lembut rambut milik seorang yang berusaha tegar menjalani hidup. Mendengarnya saja Haechan dapat merasakan betapa pilunya kehidupan.

Tanpa kata-kata, lelaki manis itu hanya menyalurkan afeksinya. Menghantarkan rasa nyaman yang perlahan-lahan merasuki relung hati si tegar. Rasanya sangat nyaman, hingga Jaemin tak sadar ia terlelap. Ia tidur nyenyak.

🌹🌹🌹

Mata Haechan dipaksa terbuka ketika silaunya matahari masuk secara tiba-tiba oleh gorden yang dibuka sempurna oleh sosok asisten pribadi sugar daddy-nya.

Haechan mengeliat. Meregangkan otot tubuhnya yang sebenarnya tidak digunakan untuk apa-apa kemarin malam. Oh, omong-omong, Haechan juga tidur dengan nyenyak kemarin.

"Sudah jam 7. Waktunya sarapan." Ucap Jaemin yang sudah terlihat rapi dan wangi.

Haechan mengangguk, "aku cuci muka dulu." Ucapnya kemudian bangun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi untuk sikat gigi dan cuci muka.

Wajah bantal Haechan benar-benar menggemaskan. Wajahnya bengkak. Rambutnya sedikit berantakan. Jaemin ambil inisiatif untuk merapikan rambut si manis. Menyisir dengan jemari panjang miliknya. Haechan berikan senyum hangatnya ketika Jaemin tarik jemarinya tanda ia sudah selesai menata rambut Haechan.

"Makasih." Ucapnya tulus.

Jaemin hanya membalas dengan anggukkan. Tanpa banyak bicara, keduanya pun turun untuk sarapan di restoran hotel.

Tangan kanan memegang sendok, sedangkan tangan kiri memainkan ponsel pintarnya. Haechan menghela nafas ketika dilihatnya kotak pesannya kosong. Tidak ada satu pun gelembung chat dari seseorang yang sangat dinantikannya. Padahal Haechan berharap mendapatkan sebuah permintaan maaf, meskipun singkat dari pujaan hatinya. Karena tidak bisa menepati janjinya. Namun apa boleh buat. Disini posisinya bukanlah seorang yang berhak untuk menuntut. Karena seperti itulah kontrak mereka.

Jaemin melirik pergerakan Haechan. Tahu betul apa yang sedang dipikirkan sekaligus dirisaukan pemilik kulit madu itu, "taruh hape-nya." Ucapnya akhirnya buka suara setelah bungkam sedari tadi.

Haechan menurut. Ia letakkan ponselnya dan kembali menyantap sarapannya. Sesekali bertanya hal-hal random yang tiba-tiba saja lewat di pikirannya, yang anehnya akan selalu dijawab oleh asisten pribadi sugar daddy-nya itu.

Sugar Baby | NahyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang