3

4.3K 358 39
                                    

Terhitung sudah 3 bulan semenjak pertama kali Jaemin dan Haechan tidur bersama. Haechan dan Jaemin sudah menjadi teman tidur setiap kali Jaehyun berhalangan hadir memenuhi janjinya terhadap Haechan. Yang pada nyatanya memang selalu berhalangan hadir. Alhasil Haechan akan menghabiskan malamnya dengan tidur bersisian sambil mengobrol hingga kantuk datang. Ya, memang hanya sebatas itu. Setidaknya kehadiran Jaemin sedikit menghiburnya.

"Alasannya apa lagi sekarang?" Tanya Haechan yang sebenarnya sudah pasrah akan nasibnya.

"Ibu tiba-tiba ingin dinner di Italy. Ada restoran pasta kesukaannya disana." Ucap Jaemin lantas membuat Haechan memutar bola matanya.

Haechan tertawa meledek, "wah, sekarang sudah jadi suami bucin istri? Gila udah berapa kali sih Om Jae batalin janji? Perkara makan pasta doang, lagi."Kesal Haechan.

Jaemin hanya diam. Ia tahu Haechan tidak membutuhkan jawaban. Yang ia butuhkan hanya meluapkan kekesalannya.

"Kemaren aku sengaja kirim foto seksi ke Om Jae, eh malah dimarahin. Dibilang jangan kirim-kirim foto sembarangan." Curhat Haechan. Jaemin dengan setia mendengarkan, "om Jae tuh nggak ngerti apa aku tuh kangen banget sama dia!"

"Lebih baik kamu turuti apa katanya." Ucap Jaemin memberikan saran.

Haechan mendengus kemudian menekuk wajahnya, "emang. Aku takut diblock."

Haechan berbalik, memeluk bantalnya dengan posisi tengkurap kemudian berteriak dengan wajah ditenggelamkan di bantal, "Aaaaaa! Ini aku lama-lama bakal dibuang sama om Jae!"

Haechan angkat wajahnya kemudian menoleh ke arah Jaemin yang ternyata sedang menatapnya. Mata keduanya bertemu dan terkunci satu sama lain.

"Menurut kamu, Om Jae bakalan ninggalin aku, nggak?" Tanya Haechan.

Jaemin menghela nafasnya, "kamu yakin perlu jawabannya?" Tanyanya.

Bibir Haechan mengkerucut. "Nggak mau. Aku nggak mau sakit hati lebih dari ini." Ucapnya lemah.

"Kamu tau nggak sih, Jaem. Aku effort banget padahal ambil foto seksi itu." Keluh Haechan.

Sejujurnya Jaemin bingung harus menanggapi bagaimana pernyataan Haechan barusan. Maka dari itu, ia hanya diam saja.

"Kayaknya foto yang aku kirim tuh langsung dihapus sama Om Jae, deh. Takut ketahuan istrinya." Lanjut Haechan.

"Memangnya fotonya seperti apa?" Tanya Jaemin sedikit penasaran.

Haechan tiba-tiba saja duduk dan mencari ponselnya, "bentar, aku tunjukkin." Ucap Haechan seketika membuat Jaemin menelan ludahnya.

"tidak perlu—" tolak Jaemin sedikit panik.

Haechan nampak tak peduli dan sibuk mengulir galerinya mencari foto yang dimaksud.

"Nggak papa, aku sekalian mau minta pendapat kamu, apa kurang hot atau gimana." Ucap Haechan semakin membuat darah Jaemin berdesir.

"Lebih baik jangan tunjukkan pada saya." Ucap Jaemin pelan.

Haechan mengangkat wajahnya, "hm? Memangnya kenapa?" Tanyanya.

Jaemin hanya diam. Karena tak mendapatkan jawaban, Haechan tak ambil pusing dan kembali mencari fotonya. Gotcha! Haechan mendapatkannya kemudian menunjukkannya kepada Jaemin tanpa aba-aba.

 Gotcha! Haechan mendapatkannya kemudian menunjukkannya kepada Jaemin tanpa aba-aba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gimana? Seksi, nggak??" Tanya Haechan.

Jaemin memang melihatnya sepersekian detik, sebelum ia palingkan dengan cepat wajahnya. Ia tahu betul di foto itu Haechan benar-benar hot. Lidah yang dijulurkan seolah lihai itu benar-benar memancing hasratnya. Ah sial. Jaemin merasakan ada yang menegang di bawah sana.

"Hm? Jaem? Menurut kamu gimana?" Tanya Haechan yang masih menuntut jawaban.

"Ok." Jawab Jaemin singkat.

Haechan mendengus, "jadi cuma ok, ya. Pantesan Om Jae nggak kegoda. Mestinya aku foto naked aja kali, ya—"

"Jangan!" Potong Jaemin. Haechan terkejut.

"kenapa?" Tanyanya bingung. "Om Jae kan udah sering liat aku telanjang, kali aja lihat foto itu dia kangen." Ucap Haechan.

Jaemin terdiam. Di satu sisi ia juga bingung kenapa mulutnya melontarkan kata larangan tersebut. Memangnya kenapa? Apa haknya melarang-larang Haechan. Lagipula benar kata Haechan, Jaehyun sudah biasa melihat, bahkan tak hanya melihat. Menyentuh pun jua. Sepertinya Jaemin lupa kalau kehadiran Haechan disini, di kamar hotel megah ini untuk memuaskan hasrat atasannya, bukannya hanya menjadi teman ngobrolnya seperti yang akhir-akhir terjadi.

"Apa aku makin gendut, ya?" Tanya Haechan lagi kembali overthinking.

"Berhenti berpikir negatif. Tidak ada yang salah dari diri kamu." Ucap Jaemin memejamkan matanya.

"Jaem, Jaem!" Panggil Haechan menggoyangkan tubuh Jaemin. Membuat asisten pribadi sugar daddy-nya itu mah tak mau membuka matanya.

"Ada apa lagi?" Tanyanya lembut.

Haechan tersenyum. Senang mendapatkan atensi dari Jaemin.

"Nggak papa, good night!" Ucapnya jahil kemudian memejamkan matanya.

Jaemin menghela nafas. Memperhatikan Haechan yang masih menutup mata dengan bibir tertarik ke samping.

"Good night, too." Ucap Jaemin pelan.

15 menit kemudian. Haechan sudah jatuh ke dalam alam mimpi. Dengkuran halus tersengar di kesunyian malam. Hanya Jaemin yang masih setia terjaga. Memandangi wajah tenang si manis. Kedua kelopak yang menutup dengan bulu mata lentik sempurna, serta bibir yang sedikit terbuka, namun sangat indah rupanya. Dadanya naik turun beraturan. Jaemin terpesona. Indah luarbiasa pemandangan di depannya. Yang selalu Jaemin puja setiap ada kesempatan. Dan Jaemin diam-diam merasa senang ketika Jaehyun membatalkan janjinya.

Entah keberanian dari mana, Jaemin angkat tangannya, membelai lembut rambut potongan chocoball milik Haechan. Membuat Haechan yang ternyata belum begitu jatuh dalam alam mimpi seketika membuka matanya.

Tatapan keduanya bertemu. Jaemin terpaku. Seolah tertangkap basah melakukan hal yang tidak-tidak.   Haechan masih menatapnya tanpa memutus kontak. Lurus. Membuat jantung Jaemin berdegup kencang karena itu.

"Jaem.." panggil Haechan pelan.

Jaemin menelan ludahnya.

"Mau ciuman?" Tanya Haechan membuat Jaemin mengerutkan keningnya.

Jaemin pikir ia salah dengar. Tidak mungkin kan sugar baby Jaehyun ini meminta sebuah ciuman darinya. Mana mungkin?

"Kamu pasti mengigau." Ucap Jaemin lantas menarik tangannya dan mengubah posisi tidurnya menghadap langit-langit kamar yang megah dan menutup matanya.

"Ck." Haechan berdecak.

Sejurus kemudian, ranjang terasa bergerak, dengan Haechan yang sudah mendudukkan diri di atas perut Jaemin. Membuat mata lelaki kaku itu sontak terbuka dan menatap si manis dengan mata melebar.

"Haech—"

Ucapan Jaemin dibungkam oleh bibir Haechan. Mata yang terbelalak awalnya kini perlahan menutup, seiring dengan lumatan-lumatan lembut dari bibir penuh si manis. Bibir atas dan bawah Jaemin dilumat bergantian. Harus Jaemin akui lelaki juni yang sedang sibuk mendominasi ciuman ini benar-benar lihai dalam permainan bibirnya. Sepertinya Jaemin tidak perlu bertanya darimana Haechan mempelajarinya.

Haechan semakin memperdalam ciumannya, dengan kedua tangannya yang menangkup wajah Jaemin. Semakin dalam, semakin panas, semakin menuntut. Jaemin bahkan ikut terbawa suasana, terbukti dari kedua tangannya yang bertengger di pinggang si manis, masuk ke dalam bajunya dan mengelus lembut kulit halus Haechan.

Ciuman terputus ketika keduanya sudah kehabisan nafas. Haechan tarik wajahnya dan seketika benang saliva terbentang. Masih dengan posisi duduk di atas perut Jaemin, Haechan dengan nafas tersenggal mengelap bibirnya yang basah tanpa memutus kontak mata, dengan tatapan mata yang sayu menatap Jaemin. Benar-benar seduktif.

Senyuman miring tercetak di bibir si manis, "I guess you like it." Goda Haechan.

Untuk pertama kalinya, Haechan melihat ekspresi itu di wajah Jaemin. Seringai dengan mata yang menatapnya dengan lapar. Wow. Sepertinya Haechan baru saja membangunkan singa yang tertidur.

Sugar Baby | NahyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang