tiga

122 79 129
                                    

[VOTEMENT GAYS, JANGAN JADI PEMBACA GHOIB]

Ketiganya langsung menoleh kearah sosok cowok yang melemparkan bola basket ke Akbar barusan, cowok itu berjalan ke arah mereka bertiga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ketiganya langsung menoleh kearah sosok cowok yang melemparkan bola basket ke Akbar barusan, cowok itu berjalan ke arah mereka bertiga.


"Dari mana aja lo?"

"Ketua kelas jam segini baru masuk?" ujar nya menoyor kepala Akbar.

"Dari puncak gunung berapi," jawab Akbar sembari mengambil bola basket yang mengenai kepalanya tadi, dibawah.

"Gue serius."

"Gue tadi di hukum sama guru BK karena terlambat," jawab Akbar.

"Kok lo bisa terlambat?"

"Banyak tanya ya Alvino, belajar jadi wartawan atau gimana lo," ujar Akbar.

Rara dan Linda hanya memerhatikan keduanya. Namun tak lama, Rara mengajak Linda keluar karena bosan mendengar percakapan kedua cowok itu yang tidak ada akhirnya.

"Keluar aja yuk Lin, bosen dengerin ocehan mereka," ajak Rara menarik tangan Linda keluar.

"Tuh kan mereka jadi pergi," ujar Akbar.

"Aaa bodoamat, mending kita ke lapangan," ajak Alvino.

"Ngapain? Bentar lagi masuk, gue juga cape gara-gara di suruh push-up tadi," ujar Akbar.

"Lo mau belajar fisika?" tanya Alvino.

"Emang nanti pelajaran fisika ya?" tanya Akbar balik.

"Iya bego, habis ini pelajaran pak botak, emang lu mau? Disuruh ngitung jarak dekat, jarak jauh, orang yang naik sepeda kita yang pusing ngitungin jarak yang ia tempuh? Meja di geser juga dihitung. Emang lu mau ngitung itu semua?"

"Lah bukannya olahraga?"

"Lembe mu olahraga, fisika beloon, udah ayo," ajak Alvino.

Ya begitu mereka berdua, setiap pelajaran fisika selalu bolos. Engga penting semua itu. Kalau dibilang mereka berdua salah jurusan.

♡♣︎✾

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, semua murid SMA N 3 berhamburan keluar dari kelas. Bagi yang naik kendaraan sendiri langsung menuju parkiran. Selebihnya menunggu di depan sekolah, dan naik angkutan umum, yang memang sudah ada di sana menunggu ke pulangan mereka.

Di sisi lain. Ada Rara yang tampak kesal di depan gerbang, ia mendengus kesal karena kakaknya tidak bisa dihubungi.


"Masa gue harus naik angkot, yang benar aja. Mana angkotnya penuh, iya kali nyumpel nyumpel," gerutu Rara.

"Sebenarnya kak Dinda ke mana sih?" gumamnya sambil terus menghubungi Dinda.

Disaat Rara terus menghubungi sang kakak tiba-tiba saja ada yang datang terus nawarin tumpangan.

"Ayo naik."

TBC :

Jangan lupa mampir ke part selanjutnya, makasih sudah mau baca.

Maaf kalau engga nyambung🙂

PREMAN SEKOLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang