10. »Flummox

58.3K 5.6K 400
                                    

Perhatikan tanggal bulannya. Liat juga tanggal bulan di part sebelumnya.


.
.
.

»»I don't get it««

~Azalea

10. Flummox [Membingungkan]



29 Agustus

Bunyi heels seseorang yang berjalan mendekat, membuat seorang gadis yang sedang membaca mading bernama Azalea menoleh ke belakang.

Tidak jauh dari tempatnya berdiri, ada sosok yang selama ini ia kagumi sedang berjalan dengan langkah anggun dan jangan lupakan senyuman ramah yang tidak pernah luntur dari bibirnya.

"Definisi bidadari tak bersayap itu kak Ludira," gumam Aza. Matanya tak luput dari memperhatikan penampilan Ludira dari atas sampai bawah.

Mata Aza melotot dengan tangan menutup mulutnya karena kaget. Ludira memberikan senyuman manis untuknya saat berjalan melewatinya.

"Aaaa, Aza disenyumin oleh ratu kampus!" teriak Aza tertahan.

"Baaaaaa!!"

"Eh, kodok jalannya lompat!" latah Aza sambil menepuk-nepuk dadanya karena kaget.

"Ngapain lo disini? Nggak pulang?"

"Vanna, ih! Hobi kamu ngagetin Aza, ya?" Aza mencebik kesal karena lagi-lagi Vanna mengagetkannya.

Gadis bernama Vanna memutar bola matanya seperti sedang berpikir. "Kayaknya iya, Za. Lo kalo kaget bikin mood gue naik tau nggak!" Vanna menjawab diselingi oleh tawanya.

Aza hanya merespon dengan senyuman paksa. Gadis tersebut menepuk lengan Vanna pelan. "Na!"

"Hah?"

Aza menatap Vanna tidak enak. "Kamu pulang duluan aja. Aku ada urusan sebentar," ujar Aza memberi alasan.

"Urusan? Lo ada urusan apa? Sejak kapan lo kalau ada urusan nggak kasih tau gue?" tanya Vanna curiga.

"Bukan apa-apa, Na. Urusan kerjaan baru Aza. Kamu nggak perlu tau, nggak penting juga, kok," alibi Aza. Ia sungguh tidak mahir dalam berbohong. Buktinya sekarang Vanna menatapnya penuh selidik.

"Kalau mau bohong pinteran dikit, Yupiiii! Lo nggak menguasai bidang itu, apalagi bohongnya sama gue," balas Vanna tidak mempercayai Aza.

"Na, untuk kali ini Vanna nggak usah tau, ya. Nggak penting juga, kok. Vanna pulang duluan aja, Aza ...."

"Oke-oke nggak papa. Gue paham, kok. Setiap orang mempunyai privasi. Begitu juga dengan lo, Yupi," ungkap Vanna memaklumi. Tangannya memegang pundak Aza. "Tapi perasaan gue nggak enak, Za. Lo hati-hati, ya," sambung Vanna.

Aza tersenyum melihat sahabatnya tersebut. Dengan cepat ia memeluk Vanna. "Makasih, ya, Vanna. Kamu selalu mengerti Aza."

"Udah, ah, gue mau balik. Perut gue udah laper," ujar Vanna sambil meraba-raba perut datarnya. Aza terkekeh karenanya.

"Vanna hati-hati!" Setelah mengiyakan pesan Aza, Vanna berjalan meninggalkan Aza yang masih berdiri menatap punggung Vanna yang semakin menjauh.

Belum hilang dari pandangan Aza, Vanna kembali membalikkan badannya menghadap ke Aza. "levis's Trucker Jacket udah lo balikin, Za?" teriak Vanna.

Aza mengacungkan kedua jempolnya untuk menjawab pertanyaan Vanna. Terlihat di sana Vanna sedang menggerutu.

"Maaf, ya, Na. Aza nggak kasih tau Vanna soal kakak misterius yang mau bertemu Aza di halte," monolog Aza.

AGRAVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang