Hai! Darimana kalian tau cerita ini?
Jangan lupa voment bestii!! 🥰
Happy reading! 😍
•••
Sore itu, langit tampak penuh dengan awan. Angin berhembus sedikit kencang membawa butiran pasir yang entah di sengaja atau tidak. Mayasha mengerjapkan matanya, mengusapnya pelan. Kebetulan atau tidak, baru saja butiran pasir masuk ke dalam matanya.
Tak lama, bis yang sedari tadi ia tunggu kedatangannya tiba di hadapan Mayasha. Tanpa ragu, kakinya melangkah masuk dan mencari tempat untuknya duduk. Namun, matanya membulat tatkala melihat keadaan didalam mobil tersebut. Sesak sekali. Mungkin karena memang sudah waktu jam pulang.
Gadis dengan rambut terurai itu menghela nafas panjang mencari pegangan untuk menopang tubuhnya agar tak jatuh jika sekiranya mobil yang ia tumpangi mengalami sedikit guncangan.
Di tengah perjalanan, bus yang ia tumpangi berhenti untuk menaikkan beberapa penumpang lagi. Sungguh, ini sudah sangat sempit ditambah dengan beberapa penumpang lainnya.
Mayasha mendengus pelan ketika seorang lelaki paruh baya merokok di dekatnya. Ia sangat tidak suka dengan asap rokok. Gadis itu memalingkan wajah dan berusaha mengeluarkan ponsel dari sakunya.
"Kapan nyampenya sih, bau rokok astaga," gumam Mayasha menahan nafas.
Kerumunan orang yang awalnya tak ada pergerakan, perlahan mulai bergeser sedikit demi sedikit memunculkan laki-laki dengan kaos putih polos dengan flanel kotak-kotak berwarna dongker yang kancingnya sengaja di buka. Mayasha tak peduli, jarinya tetap fokus menekan-nekan layar ponselnya.
Lelaki dengan tubuh jangkung tersebut melangkah mendekati gadis dengan bola mata berwarna coklat khas miliknya. Maysha menoleh sekilas memperhatikan lelaki di sebelahnya tak peduli.
"BRUK!"
Sebuah batu yang cukup besar yang menghalangi jalan sukses membuat seisi mobil terguncang. Mayasha yang sedang asik dengan ponselnya menatap sekitarnya terkejut tatkala terdorong ke depan. Gadis itu mendengus kesal ketika dirinya tersungkur di bawah.
"Hape gua mana?" gumamnya. Matanya dengan cepat mencari keberadaan ponselnya sekarang.
"Haduh dimana ya," ucapnya pelan.
Ghufta yang mendengarnya reflek melirikkan matanya ke segala arah, ikut mencari ponsel milik Mayasha yang hilang.
"Nyari ini?" tanya Ghufta menodongkan benda yang cukup berharga bagi Mayasha.
"Ah iya, makas–"
Gadis itu menatap Ghufta yang menarik kembali ponsel yang ada di genggamannya. Mayasha sedikit mendekat, meraih benda yang berada di tangan lelaki itu.
Ghufta menarik lengan Mayasha ke belakang tubuhnya dengan tiba-tiba membuat gadis itu tercengang. Mayasha tampak menarik nafas.
"Siniin hapenya," ucap Mayasha kesal.
"Nih," jawab Ghufta. Saat Mayasha hendak mengambilnya, lelaki itu justru mengantongi ponsel milik Mayasha.
"Siniin atau gua bakal teriak maling?" ancam Mayasha. Ghufta yang mendengarnya tampak menatap Mayasha dengan santai.
"Teriak aja," jawabnya memalingkan pandangannya.
"Pak, Bu! Tolong hape saya di–"
"Gila ya lu?!" desis Ghufta terbelalak. Tangan lelaki itu berhasil mendekap erat mulut Mayasha. Tangan Mayasha menarik lengan Ghufta meminta untuk dilepaskan.
"Main dekap mulut orang aja lu! Tangan lu tuh bau nasi Padang! Siniin hapenya!" ketus Mayasha. Ghufta mengerutkan keningnya mencium telapak tangan yang gadis itu bilang.
"Bau jigong lu yang ada," ujar Ghufta. Mayasha menarik lengan baju lelaki itu dan mengambil ponselnya yang berada di saku celana milik Ghufta.
"Gak sopan banget ya lu," seru Ghufta menatap Mayasha.
"Lebih gak sopan mana sama orang yang ngambil barang orang lain?" ujarnya menatap sebal lelaki didepannya kemudian turun dari bus begitu saja. Ghufta yang melihat tingkah Mayasha hanya menatapnya dengan tatapan aneh.
"Cewek gak jelas," gumam Ghufta merapikan pakaiannya.
See u next part!! 👉🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Saka
Teen Fiction⚠️HANYA FIKSI⚠️ ••• Tentang seorang gadis yang menyesali pertemuannya dengan ia yang tak abadi. Kepergian baginya bagaikan benda tajam yang menusuk, menikam serta menghancurkan semua yang telah ia bangun. Keterpurukan membuatnya berteman pada badai...