HALO! Absen dulu dong, kalian baca ini jam berapa?
Jangan lupa vote dan comment ya besti!
Happy reading!
•••
Sudah sejak setengah jam yang lalu Mayasha meringkuk disudut kamarnya. Setelah ia tiba di rumahnya siang tadi, Diana langsung menyeretnya menuju kamar mandi. Wanita itu menyiram tubuh Mayasha hingga tak ada sedikitpun yang tak basah terkena air. Setelahnya, ia di bawa langsung menuju kamarnya. Diana menguncinya dari luar.
Sempat gadis itu berniat menghubungi Thara, namun ponselnya ikut basah terkena air. Tidak menyala. Mayasha terisak seorang diri di ruangan tersebut. Tidak adil rasanya. Bahkan sebelum Diana bertanya, Mayasha sudah di hakimi lebih dulu atas kesalahannya.
Tak ada sedikit pun niatan gadis itu untuk mengganti pakaiannya. Pikirannya terlalu ramai. Hatinya seperti bantal yang melesak saat ditindih oleh sesuatu. Sesak. Dingin. Pusing. Semua tercampur menjadi satu.
Mulutnya berkata lirih memanggil Thara yang tak kunjung pulang. Meski ia tahu Thara tak akan bisa mendengarnya. Mayasha takut. Gadis itu takut ketika berada disebuah bangunan, berdua bersama Diana. Ia tak bisa melawannya walau ingin. Hal itu karena Mayasha tahu betul bahwa Diana adalah ibu kandungnya. Mayasha tidak ingin menjadi anak pelawan.
Matanya yang sembab itu kini perlahan menutup. Ia tak tahan lagi. Tubuhnya menggigil, ia tak bisa bangkit meskipun hanya sekedar mengambil selimut ataupun mengganti pakaiannya. Kejadian hari ini benar-benar telah menguras tenaganya. Tak lama gadis itu tertidur pulas di atas ubin kamarnya. Disudut ruangan, memeluk dirinya sendiri. Tanpa makanan, tanpa teman.
•••
Sore itu, belum ada satupun yang menyadari ketiadaan Mayasha di dalam bangunan tersebut. Thara yang baru saja tiba, juga Karnala yang sedang memainkan ponselnya di kamar tak menyadari kondisi Mayasha saat itu.
"Maya mana?" tanya Thara dengan peralatan makan yang sudah ia pegang. Waktunya makan malam. Karnala mengedikkan bahunya tak tahu, atau mungkin lebih tepatnya tidak peduli. Sedangkan Diana memutar kedua bola matanya tak peduli.
Thara lantas bangkit dari duduknya dan segera mencari keberadaan anak sulungnya.
"Maya! Ayo makan dulu sayang," ujar Thara sambil berjalan menuju kamarnya.
"Maya? Buka pintunya, nak!" teriak Thara tak bisa membuka pintu karena terkunci.
"Pah, tolong..."
Terdengar suara lirih dari dalam. Thara panik dan dengan kasarnya mendorong pintu kamar Mayasha.
"May, buka pintunya sayang. Kalau kamu kunci gimana Papah bisa nolongin kamu?" ujarnya cemas. Thara lantas berlari menuju meja makan.
"Kunci kamar Maya ada dimana, Dian?" Laki-laki paruh baya itu tergesa bertanya.
"Biarin aja mas. Itu hukuman buat dia karena pagi tadi bolos sekolah," ujar Diana santai.
Thara menatapnya tak mengerti. "Maksud kamu apa, Diana?" Mata laki-laki itu menyalak memandang Diana.
"Kamu sengaja ngurung dia di kamar? Dari kapan?" Laki-laki itu berharap agar perempuan didepannya ini membuka mulut.
"Dari siang." Diana membalas seperlunya. Thara menatap Diana tak percaya.
"Kenapa kamu melakukan itu, Diana?" lirih Thara, duduk di kursinya sambil menatap istrinya tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Saka
Ficção Adolescente⚠️HANYA FIKSI⚠️ ••• Tentang seorang gadis yang menyesali pertemuannya dengan ia yang tak abadi. Kepergian baginya bagaikan benda tajam yang menusuk, menikam serta menghancurkan semua yang telah ia bangun. Keterpurukan membuatnya berteman pada badai...