|• L I M A •|

27 6 1
                                    

HALO GAIS! APA KABAR??

SUDAH LAMA KITA TIDAK BERJUMPA 🤩😆

YANG NUNGGUIN GHUFTA SAMA MAYA ANGKAT TANGAN 🙌🏻

YANG KANGEN AKU JUGA ANGKAT TANGAN AHAHHA

JANGAN LUPA VOTE, COMMENT DAN SHARE YA GAIS!

Happy reading!! 🌻

•••

Setelah mengantarkan gadis kecil kesayangannya sekolah, lelaki itu berhenti tepat disebuah tempat yang tak pernah hilang dalam ingatannya. Matanya terbuka lebar menatap pemandangan di depannya. Matahari masih dengan malu-malu menampakkan dirinya pada bumi.

Lelaki itu menghela nafas panjang. Ingatannya kembali pada beberapa tahun silam. Hatinya seketika melesak. Matanya memanas menahan sesuatu agar tak keluar dari sana.

"Bunda, Saka mau liburan ke pantai juga kaya temen Saka!"

Lelaki kecil berumur sekitar tujuh tahun itu merengek pada ibunya ketika tahu teman-temannya sedang menikmati waktu liburan.

"Iya nanti besok kita liburan ke pantai ya," jawab Rana begitu sabar. Anak lelaki itu menatap Rana menuntut sebuah kepastian darinya.

"Nanti kapan bunda? Kemarin juga bunda bilang kalau besok kita pergi liburan, tapi sampai sekarang kita gak pergi-pergi," ujar Saka kecewa. Rana yang melihat anaknya murung merasa sedih karena tak dapat merealisasikan keinginannya.

Bukan Rana tak ingin melihat anaknya senang, namun ada beberapa hal yang membuatnya tak dapat mengabulkan keinginan anak lelakinya itu.

"Saka yang sabar dulu ya. Nanti kalau ada waktu, kita liburan bareng. Sama Papa, sama Hanin juga," ujar Rana mengusap sayang kepala Saka.

Tanpa disadari, setetes air telah menghancurkan benteng pertahanannya. Pipinya banjir dengan nafas yang sedikit terisak. Bahkan sudah sepuluh tahun kemudian, Rana tak pernah mengabulkan keinginannya.

"Udah sampai!" seru Rana.

"Kok kesini bunda?" Saka menatap Rana bertanya-tanya.

"Sebelum ke pantai, kita ke sini dulu. Gak kalah cantik kan sama di pantai?" Rana menutup kedua matanya menikmati angin yang berhembus melaluinya.

"Iya. Tapi Saka mau lihat ombak sama karang," ucapnya dengan suara yang bergetar menahan tangis.

"Saka ngga suka sama tempatnya?" tanya Rana menatap wajah Saka. Anak laki-laki kesayangannya pun akhirnya gak dapat menahan tangisnya lagi.

Rana langsung menarik Saka ke dalam pelukannya. "Disini juga seru kok. Kita bisa makan bareng, iya kan Hanin?" ujar Rana pada gadis mungilnya.

"Loh, Hanin mana?" tanya Rana panik melihat sekelilingnya. Saka menengadahkan wajahnya ikut panik ketika adiknya menghilang.

"Hanin kabur bunda!" teriak Saka menunjuk adik perempuannya yang sudah berlari menuju ayunan.

"Ayo kejar! Hanin, tunggu!" ujar Rana menggandeng Saka untuk ikut mengejar sang adik yang sudah lebih dulu sampai.

"Hanin tunggu kakak!" teriak Saka sedangkan disana gadis mungil tersebut memekik senang. Rambut ikalnya ikut bergoyang di terpa angin.

Meski tanpa kehadiran Edrick, keluarga kecil itu masih bisa mengukir pelanginya sendiri. Rana dengan kedua anaknya tampak begitu menikmati waktunya. Hanin dan Saka bergantian mendorong ayunan sedangkan Hanin menyuapi makanan kepada kedua sumber bahagianya.

Langit SakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang