Hai bestii! Kalian tau cerita ini dari mana?
Makasih udah baca cerita aku yaa 😆
Jangan lupa vommentnya kawan 🤩
Happy reading! 😍
•••
Ghufta menatap aneh ke arah Mayasha yang tengah menuju ke arah pintu bus untuk turun. Kenapa gadis itu marah padanya? Padahal, ia hanya ingin menjauhi gadis itu dari asap perokok yang ada di dekatnya. Lelaki itu merotasikan bola matanya tak peduli.
"Wait, kartu gua mana?" gumam Ghufta merogoh saku celananya.
"Ck, jangan bilang ke bawa sama cewe tadi," decak Ghufta kesal.
"Eum, mas, permisi," ucap Ghufta pada lelaki yang berada di dekatnya.
"Oh iya. Kenapa mas?"
"Ada uang lebih ngga ya mas? Saya gak bawa dompet, kartu saya kebawa sama cewek tadi. Saya boleh pinjem uang ngga ya?" Lelaki itu tampak merogoh saku jaket yang ia kenakan.
"Ada mas, ini."
"Makasih banyak ya mas. Saya duluan. Mari mas," ucapnya sopan kemudian melangkah menuju pintu bus dan segera turun.
"Untung aja ada mau minjemin gua. Awas aja lu kalo kartu gua ilang," ucapnya membatin pada gadis yang ia temui beberapa menit lalu.
•••
Mayasha berjalan menuju rumah yang tak jauh dari tempat ia turun dengan mulut yang masih menggerundel. Entah bagaimana bisa lelaki tadi semenyebalkan itu dan membuatnya kesal setengah mati.
Gadis itu mengambil kembali ponselnya yang sengaja ia letakan di dalam tas miliknya.
"Kartu siapa ini?" Kening gadis itu mengerut, tangannya mengambil kartu yang tampak asing di matanya. Seingatnya, ia tak pernah menyimpan ataupun memiliki kartu seperti itu.
Sebuah bangunan yang ia tempati sejak lama sudah berada tepat di hadapannya. Gadis itu menarik nafas panjang kemudian membuka pintu rumah tersebut dengan perlahan. Seperti biasa, lagi-lagi tak ada yang menyambut kepulangannya. Mayasha melangkah menuju kamarnya dan menjatuhkan tubuhnya di atas kasur.
"Nala, piring udah beres semua?" teriak Mayasha, bertanya pada adiknya.
"Kata Mama, kakak aja yang nyuci," balas Nala. Mayasha sedikit mengerutkan keningnya dan berjalan menuju kamar adiknya yang tepat berada di sebelah kamarnya.
"Sekarang Mama kemana?" Mayasha menatap adiknya datar.
"Keluar sama Papa. Katanya mau belanja," jawab Nala tanpa menatap kakaknya yang sedang berbicara padanya.
Mayasha berjalan menuju dapur. Matanya terbelalak tatkala melihat begitu banyak piring kotor yang menumpuk disana. Meja yang kotor serta sampah yang tampak berceceran dimana-mana. Entah apa yang telah adik dan ibunya itu lakukan sehingga membuat dapurnya terlihat sangat berantakan.
Mayasha menghela nafas panjang. Ingin marah tapi ia tak bisa. Mau tidak mau ia pun membersihkan semuanya, mulai dari membuang sampah hingga membersihkan butiran gula yang jatuh ke lantai.
Setelah semua selesai, gadis dengan pakaian seragam lengkap tersebut terduduk di salah satu kursi yang ada didekatnya. Tangannya mengelap peluhnya yang sudah menetes di wajahnya sedari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Saka
Novela Juvenil⚠️HANYA FIKSI⚠️ ••• Tentang seorang gadis yang menyesali pertemuannya dengan ia yang tak abadi. Kepergian baginya bagaikan benda tajam yang menusuk, menikam serta menghancurkan semua yang telah ia bangun. Keterpurukan membuatnya berteman pada badai...