02 | The Miracle Destined

5 1 0
                                    

                    "Lo kok kenal Musical, Ren?" tanya Nada ketika gadis itu keluar dari kelasnya. Bel pertanda waktunya pulang sudah berbunyi lima menit yang lalu.

"Dibilang dia satu tongkrongan sama Kelvin." ujar Rena sambil mengikuti langkah ketiga tannya.

"Lo beneran suka sama dia?"

Nada mengangguk sebangai jawabannya.

"Jangan deh, susah di taklukin. Dia aja gak pernah pacaran, beda sama lo."

"Masa?"

Kali ini Rena menggaguk sangat pasti. Nada merasa aneh dijaman era modern seperti ini, ada cowok yang gak pernah pacaran.

"Bagus dong," saut Manda.
"Jomblo sampe halal."

"Nah! Bener tuh, dia taat banget sama agamanya. Ngerokok aja gak pernah."

"Masa?!" teriak mereka bersamana saat mendengar ucapan dari Rena.

"Wah," Nada tersenyum penuh arti. "Tetep gaskeunnn."

"Yee sableng." kali ini Jani menimbrung obrolan mereka, awalnya dia tidak tertarik ketika teman-temannya ngomongin cowok yang di suka oleh Nada. Jani lihat cowok itu pasti akan nyakitin perasaan Nada.

***

"Faresta Musical," kedua jempol Nada menari di atas ponselnya. Mengetik sebuah nama di sosial media, "Ketemu."

"Yah." ucapan itu keluar dari mulutnya ketika akun milik kakak kelasnya itu di pribadikan membuat Nada tidak bisa memantau akun tersebut sebelum gadis itu mengikuti akunnya.

"Bissmilallah"

Tidak lama dari Nada yang menekan tombol mengikuti akun tersebut, dia menadapatkan notifikasi di sosial media kalau Musical telah mengikuti akunya juga.

Nada bangun lalu duduk di pinggir kasur. Dirinya makin gencar mencari beberapa info tentang cowok dingin itu.

"Lah, abangnya Dilla?!" jeritnya ketika melihat sebuah foto sekeluarga yang di unggah oleh Musical, terdapat adik kelasnya yang ikut berfoto disana.
Nada tersenyum penuh arti.

"Lo dipanggil bunda tuh," senyumannya memudar ketika sang kakak, Nadya masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. "Apa?!" sentak Nadya melihat mata Nada yang hampir keluar dari tempatnya.

"Lo gak punya tangan hah? Gak bisa ketuk pintu lo." jawab Nada dengan jengkel.

"Yaelah sepele." ujarnya lalu pergi dari kamar Nada membiarkan gadis itu berapi-api.

"SEPELE GIGI LO GEDE!!!" Teriak Nada membuat Kaira yang berada di dapur tersentak kaget mendengar anak terakhirnya itu berteriak.

"Ada apa sih ribut-ribut?" Tanya Kaira kepada Nadya yang saat ini sudah ada di hadapannya. "Kak? Itu kenapa adek?"

Nadya menggeleng tidak paham, "Gak tau. Gak jelas dia mah."

***

Sudah beberapa lagu di nyanyikan oleh beberapa orang yang berada di warung ponjok. Musical hanya terdiam di bangkunya sambil membuka ponselnya, jarinya menari-nari disana. Sesekali dia menekan tombol menyukai ketika sebuah unggahan yang menurutnya bagus.

"Diem aja lo," ujar Iqbal melihat Musical yang hanya terdiam disana. "Ada masalah?"

Musical mengerutkan keningnya, "Apaan gak ada."

Iqbal mengangguk, "nyebat mau nyebat?"

"Tolol." celetuk Dandi tiba-tiba. "Mana mau si Ical."

"Kali aja tiba-tiba mau."

Musical hanya tersenyum kecil tidak menanggapi ocehan teman-temannya itu, dia hanya terfokus sebuah pesan dari sosial medianya.

"Nape lo senyum-senyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nape lo senyum-senyum." ucapan Dandi membuat senyuman itu memudar, lalu Musical menatapnya dengan tajam.

"Weh-weh santai." ujar Dandi merasa ada ketakutan dengan tatapan itu.

"Cabut gua," Musical berdiri dari duduknya lalu merapihkan baju dan celana selututnya itu. "Disuruh balik."

"Dih-dih pundungan si kasep-nya."

"Lo sih dan," kali ini Setya yang berbicara. "Jadi pulang Icalnya."

"Lah-lah kok gua."

Musical tertawa kecil padahal bukan karena ocehan Dandi yang membuat dirinya pulang tetapi karena sang ibu, Dewi menyuruhnya pulang untuk menjemput adiknya di tempat les mimbel.

"Lama banget sih mas," ucap Dilla dengan kesal ketika kakaknya itu udah ada di harapannya. "Aku udah sendirian tau."

Musical menyerahkan helem hello kitty kepada adiknya, "Bawel masih untung di jemput."

Dilla memajukan bibirnya, "Gak ikhlas banget sih. Kalo bukan mas Alif lagi ngerjain skripsi juga aku minta tolong ke dia."

"Mas Ical mah ngedumel doang, marah-marah."

"Bukannya dari tadi kamu yang marah-marah, Dil?"

"Iya sih," Dilla merapihkan anak rambut yang sedikit keluar karena dirinya memakai helem. "Tapi beda gak kaya mas, Mas Ical suka marah-marah tanpa sebab."

"Masa?"

Dilla menangguk dengan pasti, muskipun Musical tidak melihat anggukannya. "Iya tanya aja sama mama."

"Kami kenal Nindy?" tanya Musical dengan tiba-tiba.

"Hah?"
"Apa mas?"

"Kenal Nindy?" tanyanya sekali lagi dengan suara keras, sepertinya adiknya sudah menjadi adik bolot anaknya pak bolot. Tetapi ayahnya todak bolot, Dilla keturunan bolot dengan siapa?

"Nindy siapa?" Musical merotasikan bola matanya, malah nanya balik.

"Gak, gak bukan siapa-siapa."

"Ye, gimana sih."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE MIRACLE DESTINEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang