BAB 16 -Gairah & Teror Saat Hujan-

1.5K 95 3
                                    

"Kita adalah orang asing yang tak peduli pada satu sama lain, namun merasa nyaman di dekat satu sama lain."
-Sofia Neve Oria-

Sofia biasanya adalah orang yang pelupa namun entah apa yang membuatnya kini mengingat tentang nomor desainer yang diminta oleh Dominic. Ia baru saja mengecek data keuangan Pet House saat malam hari ketika hujan deras mengguyur di luar.

Mungkin alasannya karena Dominic yang meminta. Sofia menggelengkan kepala untuk kesekian kalinya saat otaknya dipenuhi oleh Dominic. Ia memutuskan menelepon Sera, panggilan pertama tak diangkat.

"Ini belum terlalu malam untuk pengantin baru tidur, entah kemana Sera sampai tak mendengar dering panggilanku."

Saat panggilan kedua tak diangkat juga, Sofia memutuskan menelepon Filip. Seperti dugaannya, Filip sangat cepat mengangkat teleponnya karena semua yang berhubungan dengan Sofia adalah yang utama bagi Filip.

"Kakak, aku kangen."

"Jangan bercanda, Sofia. Aku dan Sera bahkan belum 24 jam pergi namun kau sudah kangen saja. Ada apa meneleponku?"

"Semenjak menikah dengan Kak Sera, kau banyak berubah Kak. Biasanya kau akan bicara hal manis agar rasa kangen ku hilang, tapi sekarang kau bicara sedikit kasar."

Sofia yang memang jahil akhirnya mengerjai Filip dengan pura-pura marah pada kakaknya itu. Ia membaringkan tubuhnya di kasur sambil menunggu respon kakaknya, pasti kakaknya merasa bersalah saat ini.

"Bukan begitu, Sofia. Aku tidak berubah sedikit pun, hanya saja kau sudah dewasa dan harus mengubah sikapmu. Baiklah, katakan apa yang kau ingin aku lakukan agar kau tak merasa aku berubah."

Sofia berusaha menahan tawa mendengar nada suara panik dari kakaknya, pasti kakaknya sedang memikirkan dirinya. Namun ia tak bisa menahan tawanya dan akhirnya tertawa keras.

"Aku hanya bercanda, Kak."

Bersamaan dengan pengakuannya itu, sambungan panggilan dimatikan secara sepihak oleh Filip. Filip merasa kesal karena ditipu oleh adiknya. Sofia pun meminta maaf lewat pesan dan memberitahu tujuannya pada kakaknya.

"Maaf, Kak. Jangan marah, tadi aku meneleponnya karena ingin meminta nomor desainer baju pengantin, nomor Kak Sera tak aktif jadi aku meneleponmu."

Walaupun sedang kesal namun Filip tetap membalas pesan Sofia dengan cepat, terbukti dari Filip yang sedang mengetik pesan padahal Sofia baru saja mengirim pesan semenit yang lalu. Namun jawaban kakaknya hanya sebuah nomor, tanpa membahas tentang permintaan maafnya. Sofia tak ambil pusing dan langsung menelepon Dominic, namun bodohnya ia salah klik tombol menjadi video call. Ia hendak mematikan sambungan panggilan namun Dominic sudah mengangkatnya dan kini wajah pria itu terpampang di layar ponselnya.

Ingatkan Sofia untuk menahan air liurnya saat melihat betapa tampannya Dominic dengan rambut berantakan yang justru terlihat keren,  mata setajam elang, hidung mancung, dagu terbelah, rahang yang kokoh, dan Dominic tak memakai atasan. Sofia jadi penasaran apakah Dominic memakai bawahan atau tidak.

"Ada apa melakukan video call denganku pada malam hari?"

Lamunan Sofia buyar saat mendengar pertanyaan Dominic, entah sudah berapa menit ia melamun sambil menatap wajah Dominic di layar. Sungguh, ia sangat malu sekarang.

"Tadi aku ingin melakukan panggilan suara padamu tapi malah salah klik jadi panggilan video. Matikan saja panggilannya, aku akan mengirim pesan berisi nomor desainer yang kau minta."

"Ucapkan saja sekarang."

"Baiklah."

Sofia mengeja dua belas nomor dan berusaha terlihat biasa saja padahal ia mencuri pandang ke otot dada Dominic. Apa Dominic tak bisa mengambil kain atau memakai baju dulu biar badannya tak terekspos seperti ini? Sofia kan jadi salah fokus.

Namun tunggu, Sofia melihat tatapan gairah di mata Dominic yang tertuju padanya dan ia baru sadar sudah mengganti pakaian menjadi gaun tidurnya yang terbilang seksi, bukan piyama biasa. Ia langsung mengambil selimut dan menutupi tubuhnya sebelum Dominic mengkhayalkan sesuatu yang mesum dengan fantasi tubuhnya.

"Apa-apa lihat-lihat ke tubuhku? Dasar pria mesum."

"Kau juga perempuan mesum, kau pikir aku tidak tahu jika kau melihat-lihat ke badanku?"

"Itu karena kau tak pakai baju. Oh, apa kau sengaja tak pakai baju untuk menggodaku ya?"

"Kau juga memakai gaun tidur yang seksi, untuk apa? Untuk menggodaku juga kan?"

Sofia jadi kesal karena Dominic selalu membalikkan pertanyaannya, sedangkan Dominic tersenyum miring di layar saat berhasil melawan semua tuduhan Sofia. Namun rasa kesal Sofia berubah jadi rasa malu saat Dominic menggodanya.

"Namun aku suka gaun tidurmu, kau terlihat seksi dan menggoda. Kalau kita sama-sama menginginkan satu sama lain, kenapa kau harus menolak ajakanku berhubungan badan, Sofia?"

"Aku...

PRAKK.

Sofia ingin mengatakan bahwa ia ingin melakukan hubungan intim dengan Dominic namun suara pecahan kaca membuat ia menoleh ke samping dan melihat kaca jendela yang memisahkan kamar dengan balkon sudah pecah dan ada bangkai anjing dilempar dari luar namun ia tak melihat siapa pun di balkon.

"ARGHHH."

Sofia berteriak sekencang mungkin karena merasa takut, ponsel di tangannya terlepas begitu saja dan jatuh ke kasur. Berulang kali Dominic memanggilnya namun Sofia tak membalas atau mempedulikan karena ia langsung mengambil telepon hotel untuk memanggil petugas hotel.

"Ada se... seorang yang memecahkan kaca jendela kamarku, orang itu menerorku, cepat datang ke sini dan panggil petugas keamanan. Kamar hotel VVIP nomor 807."

Setelah menelepon petugas hotel, Sofia biru-buru berganti pakaian dengan kaos dibalut jaket dan celana panjang. Tubuhnya bergetar kuat dan air mata mengalir di pipinya, ia duduk di atas kasur sambil memeluk lututnya. Laiv yang melihat majikannya ketakutan langsung naik ke atas kasur dan duduk di dekat Sofia, sepertinya Laiv juga ketakutan karena melihat teman sejenisnya mati mengenaskan.

"Sofia, kenapa kau berteriak? Kau dengar suaraku kan, Sofia? Katakan sesuatu dan apa yang menerormu tadi?"

Sofia baru sadar jika panggilan video itu masih tersambung dengan Dominic, merasa tak punya siapa pun untuk diminta tolong, Sofia akhirnya menjelaskan pada Dominic apa yang terjadi, berharap ia bisa lebih tenang.

"Ada yang... memecahkan jendela kamar hotel ku dan melempar bangkai anjing."

"Kau menginap di hotel mana, Sofia?"

"Hotel Kenca Buana, kamar hotel VVIP nomor 807."

"Aku akan datang ke sana, tunggu aku, Sofia."

Sofia tak tahu apakah ucapan Dominic benar atau hanya usaha menenangkannya, namun yang pasti Sofia merasa jauh lebih baik saat tahu Dominic akan datang.

[][][][][][][][][][][][][][][][][][]

Tangerang, 10 Januari 2022

Sofia & DominicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang