↷ ⁞ friend?

25 5 1
                                    

Haii, jangan lupa tinggalkan jejak, ya!!

◠ ‿ ◠

Sakya berjalan keluar dari area sekolah dengan lesu. Ia bingung harus cari kerja di mana lagi. Tempat kemarin hanya bisa sehari saja, tidak bisa berbulan-bulan. Ia harus mencari uang lagi untuk membayar SPP sekolahnya. Sakya duduk di halte untuk istirahat terlebih dahulu. Menyalakan handphone-nya; mencari pekerjaan di sosial media untuknya. Ia tak masalah pekerjaannya apa saja, yang penting ia dapet uang untuk membayar SPP.

Sakya focus dengan handphone-nya, terus mencari lowongan pekerjaan. Cukup banyak yang muncul di beranda handphone-nya tapi sudah tidak berlaku. Memicingkan matanya, membaca informasi yang sudah ia dapat dengan teliti.

"Lowongan kerja kurir pengantar bunga," gumam Sakya. Senyumnya merekah seketika membaca informasi yang ia dapat. Ia mengecek alamat toko bunga tersebut. Setelah mendapatkannya ia langsung naik ke angkutan umum yang kebetulan berhenti di halte.

『••✎••』

Sakya memandangi toko bunga dihadapannya dengan kagum. Lumayan besar, dan cantik. Jenis-jenis bunga yang berjejer indah dibalik kaca membuat dirinya tak sabar ingin masuk kedalam. Dengan perasaan gugupnya ia masuk kedalam, tersenyum kepada penjaga yang setia berdiri didekat pintu.

"Ada yang bisa saya bantu, kak?" tanya pegawainya dengan ramah.

"Saya di sini mau mencari pemilik tokonya. Saya ingin melamar kerja. Kira-kira pemilik tokonya ada?" Pegawai dengan celemek ditubuhnya tersenyum ramah.

"Ada, kak. Sebentar saya panggil dulu." Pegawai itu meninggalkan Sakya.

Sakya melihat-lihat bunga yang ada disekelilingnya. Sakya tersenyum saat melihat bunga kesukaan bundanya, bunga Anyelir putih. Bundanya pernah memberitahunya mengapa sangat menyukai Bunga Anyelir putih. Katanya,

"Bunda suka sama bunga Anyelir putih ini karena, ini bunga yang papah kamu kasih saat papah kamu menyatakan perasaannya ke bunda. Dan bahkan saat papah sama bunda menikah pun ada bunga Anyelir putih. Itu simbol cinta bunda dan papah, karena bunga itu memiliki arti kesetiaan."

Sakya tersenyum penuh arti, ia jadi sangat merindukan bundanya, dan papahnya, yang dulu. Sepertinya ia harus ke makam bundanya, sudah lama ia tak mengunjungi makam bundanya.

"Kamu yang mau melamar kerja?"

Sakya tersadar dari lamunannya. Membalikkan badannya, menatapnya, lantas membukuk kepada wanita paruh baya yang ada dihadapannya.

"Benar," ucap Sakya sambil tersenyum.

Wanita paruh baya itu tersenyum  penuh arti kepada Sakya. "Kamu saya terima kerja di sini,"

Wajah Sakyaa merekah begitu saja seakan ia pendapat doorprize mobil. Ia memegang tangan wanita paruh baya itu, menempelkannya di kening Sakya, tanda ucapan terima kasih dari Sakya.

"Terima kasih, terima kasih banyak."

Wanita itu mengelus punggung Sakya lembut. Menyuruh Sakya kembali ke posisi semula. Mengelus tangan Sakya dengan lembut. Lalu pergi dari hadapan Sakya, untuk kembali ke ruangannya.

"Sebentar, ya, kak.. saya ambilkan pakaiannya dulu," Sakya mengangguk semangat kepada pegawai wanita itu.

Senyum diwajahnya tak memudar sedikit pun. Ia sangat Bahagia mendapatkan pekerjaan dengan cepat. Sebenarnya ia sedikit bingung mengapa ia dengan gampangnya langsung di terima. Terlepas dari semua itu ia tidak akan mengecewakan pemilik tokonya.

Sha'Kya ; On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang