Shikamaru menghela napas lega saat melihat sosok Temari yang sedang diobati oleh salah satu ninja medis. Dari apa yang terlihat, Shikamaru menyimpulkan bahwa Temari baik baik saja kecuali tangannya yang sedang diobati dan fakta itu cukup membuat kekhawatiran yang ada di hatinya lenyap. Ia berjalan santai ke arah gadis itu dengan kedua tangannya dimasukan dalam saku.
"Sepertinya kau baik baik saja," sapa Shikamaru.
Temari mengangkat wajahnya, sedikit terkejut dengan kehadiran Shikamaru. Pria itu terlihat lelah, tubuhnya penuh dengan noda darah, debu, dan lumpur yang bercampur. Yah, penampilan Temari sendiri tak jauh lebih baik dari itu.
"Begitulah, kau masih hidup rupanya," Temari melepaskan tawa kecil.
" Mendokuse, aku tidak akan mati semudah itu," balas Shikamaru.
Begitulah mereka berdua. Jangan berharap ada pertemuan romantis penuh air mata, pelukan, atau kata kata manis. Tapi bagi mereka berdua, kata kata seperti ini sudah cukup menyampaikan perasaan mereka, mereka paham dengan pasti apa yang hendak disampaikan. Di balik kata kata itu terkandung makna 'Syukurlah kau selamat' dan 'Aku senang kau masih hidup' yang tentu saja hanya dipahami oleh mereka berdua.
"Sudah selesai mendata divisi kita?" tanya Temari sambil memperhatikan tangannya yang sekarang sedang dibalut perban.
"Yah, kita harus bersyukur korban di divisi kita tak sebanyak divisi lainnya. Darimana kau tahu aku akan mendata mereka?"
"Bukankah itu sudah pasti, itu yang seharusnya dilakukan setelah perang bukan? Memastikan yang masih hidup dan yang mati. Tapi yah, sebenarnya Kankurou mengatakan padaku ia akan mendata divisinya, jadi kupikir kau juga akan melakukan hal yang sama," jawab Temari. Ia sedikit meringgis saat merasakan sakit di lukanya.
" Ah, maafkan aku Temari-Sama," ujar ninja medis itu sopan.
"Tidak apa apa, Hikari. Kau melakukannya dengan baik," Temari tersenyum meyakinkan.
"Anda mengenalku?" tanya Hikari dengan mata berbinar.
Temari melepaskan tawa kecil, "Tentu saja. Aku tahu semua ninja Suna yang ikut berperang"
Hikari menatapnya dengan pandangan kagum. Setelah lukanya selesai diobati, Temari meninggalkan tenda medis bersama Shikamaru. Mereka berdua berjalan menjauhi keramaian, baik Temari dan Shikamaru saat ini sangat lelah, dan mereka merasa tidak dalam mood yang bagus menhadapi pertanyaan orang orang mengenai apa yang terjadi selama perang. Mereka butuh beristirahat, setidaknya untuk sejenak.
Mereka berhenti di balik sebuah batu besar dan mendudukkan diri di sana, bersandar pada batu itu. Temari meletakan tessen miliknya di sampingnya. Ia menghela napas lelah.
"Jadi, kau mengenal semua ninja Suna yang ikut berperang?" tanya Shikamaru. Ia tampaknya sedikit penasaran dengan hal itu.
Temari menatap langit, "Suna tidak sebesar Konoha. Jumlah ninja Suna yang ikut berperang tidak sebanyak ninja Konoha. Mengingat mereka semua bukan hal yang sulit"
" Tapi tetap saja, itu luar biasa!" ujar Shikamaru.
Tanpa sadar ia menatap kagum pada Temari. Melihat ekspresi Shikamaru, Temari tak bisa menahan tawanya lagi. Ia tertawa lebar sambil memegang perutnya. Sementara Shikamaru hanya menatapnya dengan heran.
"Dasar bodoh! Kau benar benar percaya aku mengingat mereka semua?" Temari menghapus air mata dari sudut matanya.
" Huh?"
"Sepertinya perang membuatmu kehilangan kejeniusanmu, Nara. Tentu saja aku tidak mengingat mereka semua, kau pikir berapa banyak ninja Suna yang ikut berperang? Kau pikir aku mengetahui mereka semua?" tanya Temari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shikatema : An Story Untold
أدب الهواةCerita tentang momen Shikatema di masa blank period/ skip period Non-Canon Compliant Hanya ide ide yang ada di pikiran penulis Warning: Semua karakter Naruto adalah milik Masashi Kishimoto gambar yang ada di cover bukan milik Penulis Elemen cerita y...