6. Dinner

13K 1.2K 15
                                    

"Gara-gara lo gue jadi menderita."

"Ini siapa? Lo siapa? Lo dimana?" Alesha berdiri, panik. Lalu memukul kepalanya. Sakit. Mendongak lagi, tidak ada siapa-siapa.

"Percuma, bodoh Banget sih."

"Gue Jesslyn yang asli. Lo enggak bisa liat keatas."

"Lah, berarti gue yang asli jiwanya enggak diisi sama lo dong? Terus gimana? Mati dong?" Tenggorokan Alesha tercekat, jika dibayangkan, memang se-tragis itu. Masa iya, Alesha lebih dulu meninggalkan Daffa. Dia takut Daffa terpukul sendirian karena tidak mempunyai siapa-siapa lagi.

"Ya enggak lah ya kali, emangnya pas balik lagi, lo mau dibenci sama orang-orang?"

Iya juga, secara Jesslyn itu mempunyai sikap yang terbanding terbalik dengannya. Bisa-bisa saat ia kembali ke dunia asli, sudah dibenci banyak orang. Ya masih mending sih jika Alesha yang mengisi tubuh Jesslyn. Sikapnya bisa diperbaiki.

"Lo hapal gak sih sama naskah nya? Lo kan penulisnya, harusnya ngejalanin sesuai alur novel. Bunuh Alana si jablay itu!

Tunggu.

"Maksud lo? Penulis? Gue bukan penulis. Ngawur lo anjir! Kalau pun penulis, nggak akan gue ngarang cerita recehan kayak gini."

"Lo Aleshaziv si bangsat itu kan? Yang ngasih gue lika-liku kehidupan macam sampah, bahkan gue gak dikasih napas sama sekali buat dapet kehidupan yang sempurna."

"Aleshaziv?" Alesha mencoba mencerna apa yang ia pikirkan. "Alesha itu nama gue. Berarti..."

"Sialan!"

Alesha menghela napas kasar. Pantas saja Daffa enggan memberitahu nama penggunanya di website. Selama ini Alesha hanya diperbolehkan membaca lewat buku yang terbit saja, karena buku itu atas nama Daffarrio Fahreyza, bukan Aleshaziv.

Ternyata Daffa menggunakan nama Alesha untuk berlindung. Itu artinya, penerror itu memang mengincar Alesha, bukan Daffa. Dan semua caci makian dari para pembaca itu tertuju pada Alesha yang tak berdosa.

Alesha menarik kembali kata-katanya yang berpikir bahwa Daffa adalah kakak yang baik, yang tidak mengharapkan balas budi dari Alesha. Ternyata dari semua yang Daffa lakukan, Alesha lah yang menanggung semuanya. Bahkan lebih berat dari pengorbanan Daffa sendiri.

Alesha memijat pelipisnya. "Lo bisa gak sih enggak segila itu sama cinta? Masih banyak kok cowok yang lebih cakep dari Arvie. Bahkan dengan cara lo kayak gini, malah mengorbankan satu nyawa yang enggak bersalah. Gue gak mau mati, dan gue bukan penulisnya."

"Emangnya dengan cara lo mengubah alur ceritanya yakin bakalan pindah lagi ke dunia lo gitu? Enggak tolol! Dan asal lo tahu, malem ini ada acara makan malem di rumahnya Arvie. lo harus dandan yang cantik. Awas aja lo malu-maluin gue."

"Arvie hidupnya masih bergantung sama orangtua, emang lo mau dapetin calon suami yang nggak bisa kerja dan cuma ngandelin proyek orangtuanya?"

"Gue enggak butuh harta Arvie, gue punya banyak duit. Gue cuma butuh cintanya. Gue udah cinta mati. Gak ada yang bisa milikin dia kecuali dia mati."

"Kenyang lo makan cinta?" Alesha berdecak. "Pokoknya gue tetap sama pendirian. Gue nggak mau nyari masalah sama mereka, dan gak mau bersikap seolah gue adalah elo ya, nyet."

"Terus tujuan lo apa disini?"

Alesha berpikir sebentar. "Bikin Arvie tertarik sama gue, supaya dia gak jadi ngebunuh gue..."

"... Dan berhenti gangguin Alana."

****

Undangan makan malam dari keluarga erlando membuat Jesslyn sedikit tertegun. Ia agak bingung, jika tidak menghadiri acara itu pasti keluarganya Arvie akan kecewa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The strength of a protagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang