Setelah pulang dari rumah sakit, Jesslyn mengistirahatkan dirinya di rumah selama dua hari. Dan sekarang, ia bersiap untuk kembali lagi ke sekolah.
Alesha dikehidupan nyata umurnya sudah 21 tahun. Dan sekarang harus menjadi Jesslyn yang merupakan kelas 11 SMA, yakni 17 tahun. Itu benar-benar merepotkan, tapi apa boleh buat. Ia harus tetap menjalankan kehidupan di dunia novel ini, dan menjauh dari orang-orang yang akan membunuhnya diakhir cerita nanti, terutama menjauhi protagonis yang paling dilindungi satu galaksi.
Semua tatapan tertuju padanya sedari tadi, karena biasanya jika Jesslyn sampai dikelas akan mencari-cari keberadaan Arvie dan menempel seperti magnet dan besi. Tapi kali ini justru Jesslyn lebih banyak diam, masih banyak yang ada diisi kepalanya untuk di pikirkan, dan Jesslyn membutuhkan jawaban untuk itu.
Jika ia pindah ke tokoh antagonis, lalu Alesha dikehidupan nyata itu mati atau justru bertukar jiwa nya? Dan, bagaimana nasib Alesha sekarang, apakah ada yang menolongnya? Atau justru malah tidak ada yang melihatnya karena itu wilayah sepi dan akhirnya Alesha menjadi bangkai.
Lalu bagaimana nasib Daffa yang kehilangan satu-satunya anggota keluarga, meski menurutnya Alesha itu tidak tahu diri tetapi itu adiknya.
"Nyet, ayo ke kantin. Bengong mulu sampe-sampe enggak denger bel."
Suara Lisya mengagetkannya, Jesslyn berdiri seperti orang linglung. "Oh, lo duluan aja."
Lisya menggeleng, seperti ada yang tidak beres pada otak sahabatnya itu. Semenjak pulang dari rumah sakit Jesslyn hanya diam, bengong, dan tumben untuk saat ini tidak membuat ulah disekolah nya.
"Yakin? Emang lo mau kemana?"
"Perpus," jawab Jesslyn singkat.
"Pasti mau tidur, kan?" Lisya tertawa, sedetik kemudian tawanya luntur saat Jesslyn menatapnya serius. "Lo ... mau baca buku?"
"Lo pikir perpus tempat jualan gorengan?" balas Jesslyn datar, sebelum akhirnya pergi meninggalkan kelas untuk menuju perpustakaan.
Lisya hanya menatap aneh kepergian cewek itu.
Dan sampailah Jesslyn di tempat itu, tempat yang lumayan sepi pengunjungnya. Tidak sepadat di kantin. Tentu saja, ini perpustakaan. Jarang sekali ada yang mendatangi perpustakaan. Walaupun agak banyak, itupun bukan untuk membaca buku, tapi sekedar bersantai atau bolos jam pelajaran.
Alesha bernapas lega, ia berdiri di depan jendela perpustakaan. Menatap tubuhnya, wajahnya, yang benar-benar berubah dan kelihatan lebih sangar dari wajah aslinya yang babyface. Ia bergidik ngeri, lalu memasuki perpustakaan berhubung ia gemar membaca buku, maka perpustakaan adalah salah satu tempat favoritnya.
Beberapa orang menatapnya heran, sebelum akhirnya kembali fokus membaca buku. Ya pastilah, mana mungkin Jesslyn yang karakternya sudah bisa ditebak ini tiba-tiba datang ke perpustakaan.
Jesslyn menelusuri ruangan yang begitu luas dengan isi buku-buku yang menarik, ia berjalan sambil membaca-baca buku yang dilewatinya.
Dan tanpa sengaja ia menabrak seseorang di sampingnya, buku-buku yang dibawa pun jatuh berserakan. Jesslyn menoleh, perasaan ia tidak berjalan dengan cepat, gerakannya lambat sambil membaca buku.
"Oh, maaf," dua kata itu membuat gadis yang tertabraknya sedikit terkejut. Siapa yang tidak terkejut, mendengar Jesslyn yang minus akhlak mengucapkan kata 'maaf'
"E-enggak, Jesslyn. Aku harusnya yang minta maaf, maafin aku jalannya gak hati-hati."
Jesslyn melongo. Aduhai, suaranya merdu sekali. Kok bisa gadis kecil ini mengenalnya? Coba lihat name tag nya.
Astaga.
Ternyata yang ada dihadapannya ini Dewi kematian.
Tekstur wajah yang halus, sopan, cantik, imut, auranya seperti malaikat, semuanya ada pada gadis ini. Pantas saja Jesslyn tidak kebagian, ternyata diborong oleh Alana. Jadinya Jesslyn lebih cocok menjadi iblis saja.
Iya, di depannya ini Alana. Gadis paling sempurna dalam segala hal seolah-olah tidak mempunyai kekurangan. Saking baik hatinya pada orang-orang, orang lain yang bersalah saja dia yang meminta maaf.
Tangannya hendak membereskan buku-buku yang Alana bawa, tapi tiba-tiba seseorang menjambak rambutnya dengan kasar, sehingga Jesslyn jatuh tersungkur ke belakang. Dengan cara yang tidak estetik.
Memalukan sekali gayanya.
Dan refleks Jesslyn berkata, "Setan!"
Kebiasaan, sih.
"Lo apain cewek gue?" Suara dengan nada tinggi itu terdengar keseluruh ruangan.
Jesslyn hendak berdiri, namun kembali terjatuh saat kaki Kenneth menginjak perutnya.
Jesslyn shock berat. Ini pertama kalinya mendapat perlakuan kasar dari cowok, tcih, belum tahu saja saat SMA dia adalah preman sekolah, tapi boong.
Tapi serius, Alesha tidak bisa diperlakukan seperti ini.
"Ken, udah! Kasian, jangan diinjak,"
Tepuk tangan untuk Dewi sang penyelamat Jesslyn kali ini. Karena hanya komando dari Alana lah yang membuat Kenneth patuh. Itulah kekuatan protagonis.
"Jesslyn udah minta maaf kok," suara lembut Alana mampu membuat kaki Kenneth yang berdosa itu terangkat. Akhirnya sedikit ringan perut Jesslyn. Meski masih ada bekas-bekas sepatu kotornya. Ia berdiri dengan sendirinya tanpa ada yang membantu.
"Kamu percaya sama dia?" Arvie berdecih. "Semua yang dia lakuin itu palsu!"
"Udah enggak apa-apa, Jess. Aku kok yang salah, aku enggak hati-hati."
Arvie yang tidak terima sebenarnya ingin protes, mulutnya sudah terbuka ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak jadi. Lagipula sia-sia jika menasehati kekasih tercintanya ini.
Jesslyn kira, kebaikan dari si protagonis akan melindunginya dari marabahaya. Ternyata malah membuat Jesslyn sengsara. Benar-benar menyebalkan. "Apa sih alasan lo sebenci itu sama gue?"
"Karena lo menjijikan," sahut Kenneth santai.
"Lo pikir dengan cara kayak gini gue bakalan suka sama lo gitu?" Tambah Arvie.
"Ya siapa juga yang suka sama lo? Niat gue kesini mau cari buku, bukan cari perkara," Jesslyn menjeda ucapannya. "Gue enggak sengaja nabrak Alana, gue juga udah minta maaf, terus apalagi?" sambung Jesslyn.
Arvie dan Kenneth tertegun, mendengar respon Jesslyn yang tidak biasanya. Karena Jesslyn tetap akan memberi respon yang lembut atau manja terhadap Arvie meski cowok itu kasar. Tapi kali ini Jesslyn benar-benar berbeda.
Dua orang cowok itu menatap penuh selidik pada Jesslyn, takut-takutnya hanya pura-pura. Karena Jesslyn penuh dengan tipu daya setan, tapi yang mereka lihat, Jesslyn benar-benar tulus, tidak ada kebohongan yang muncul dari raut wajahnya. Kenneth juga sebenarnya menyadari sedikit perubahan dari Jesslyn setelah terbangun dari koma.
Ingat, hanya 'sedikit' kemungkinan besar sisanya tidak percaya. Karena bagaimana mungkin Jesslyn yang sudah kelewat jahatnya bisa sadar secara tiba-tiba. Begitu banyak dosa yang Jesslyn perbuat selama hidupnya, bahkan dari kecil ia sudah menjadi antagonis, tidak punya perasaan. Mentalnya saja sudah dirusak habis-habisan, Kenneth tidak memiliki masa kecil yang indah semenjak kehadiran Jesslyn di hidupnya. Jadi Kenneth benar-benar mengetahui bagaimana Jesslyn aslinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The strength of a protagonist
FantasyAlesha zivaan mengalami kejadian aneh setelah kecelakaan hebat yang baru dialami seumur hidupnya. Gara-gara Daffa menciptakan sebuah novel dan menuai banyak kebencian dari para penulis lain yang lebih 'layak' karyanya untuk dipopulerkan, sampai men...