4. Rencana antagonis

15.1K 1.5K 15
                                    

Saat itu, 10 tahun yang lalu...

"Halo, kamu adiknya Kenneth ya? Aku temannya dia. Mau temanan sama aku?"

Seorang anak laki-laki dengan pipi yang kotor seraya memeluk bola dengan sebelah tangannya itu mengulurkan tangan. Menghampiri Jesslyn yang hanya berdiri disamping ayunan, karena ayunan itu diisi oleh beberapa anak lainnya, disana ada Kenneth yang sedang mendorong ayunan temannya. Mereka bermain ayunan secara bergantian. 

Sedangkan Jesslyn hanya bisa berdiri disampingnya, menunggu ayunan itu kosong. Tapi lama sekali, Jesslyn jadi bosan.

"Namaku, Farel."

Jesslyn tidak punya teman, dia selalu bermain sendiri. Paling hanya Kenneth yang menemaninya karena diperintahkan ayah untuk menjaga Jesslyn. Maka dari itu Kenneth selalu mengenalkan Jesslyn pada teman-temannya yang dominan anak laki-laki, tapi tidak ada sama sekali yang tertarik bermain dengan Jesslyn.

Anak perempuan berumur 7 tahun itu menggeleng cepat. "Nggak mau. Aku kesini cuma mau main ayunan."

Farel menoleh ke belakang. "Tapi ayunannya lagi penuh, kamu bisa tunggu sampai mereka selesai dulu, gantian. Aku juga lagi nunggu ayunan sambil main bola, kalau mereka udah selesai, kita main ya? Aku yang dorong."

"Atau, mau mainan mobil Tamiya aja? Aku bawa dua, loh!" Tawar Farel antusias.

Jesslyn menggeleng. "Enggak mau! Aku enggak tertarik temenan sama kamu."

"Kenapa?" tanya Farel.

"Kamu payah, setiap kamu main sama mereka kamu selalu kalah! Aku enggak suka berteman sama orang payah."

Farel mengukir senyum tipis. "Maaf."

"Kenapa maaf? Pergi sana!"

"Aku bakal latihan buat menang main bola, sama balap mobil-mobilan sama temen-temen aku. Biar bisa temenan sama kamu, ya, ya?" tanya Farel dengan mata berbinar.

"Gak usah!" Jawab Jesslyn ketus.

"Please..." Farel menyatukan kedua telapak tangannya, meraih tangan Jesslyn dan menyematkan jari kelingkingnya dengan Jesslyn. "Plomiss." Ujar Farel seraya berkedip lucu, katanya bisa diartikan 'janji'.

"Aku bilang enggak usah!" Jesslyn mendorong bahu Farel dengan sekuat tenaga, hingga anak itu mundur ke belakang, bertepatan dengan ayunan yang melesat kencang, dan tubuhnya terpental dengan kepala yang terpukul besi ayunan tersebut.

Semua orang yang melihat kejadian itu, berteriak dan menghampiri Farel yang sudah tak sadarkan diri, kepalanya sudah mengeluarkan banyak darah.

Salah satunya berlari untuk melaporkan kejadian ini pada orang tua Farel. Karena tak mau disalahkan, saat orangtua mereka berkumpul, Jesslyn menunjuk Kenneth sebagai pelaku. Karena Kenneth yang mendorong ayunan tersebut sekencang mungkin.

Mereka semua percaya, termasuk Ayah Jesslyn yang memang sangat menjaga dan memanjakan Jesslyn. Dalam kamus hidupnya, Jesslyn bukan anak yang bisa melakukan kesalahan. Anak itu sangat suci dimatanya.

Sejak saat itu, tak ada lagi yang ingin menemani Kenneth Setiap kali ia datang, mereka akan menjauh. Ayahnya langsung membawa Kenneth pulang, memukul punggungnya dengan gesper berkali-kali, meninggalkan bekas luka yang masih teringat sampai dewasa. Sejak itu semua orang menganggapnya seorang pembunuh kecil.
Terkecuali kakeknya, satu-satunya orang yang menyayangi Kenneth di dunia ini. Hanya saja jarak yang menghalangi mereka sehingga Kenneth mau tidak mau harus menuruti semua perintah Ayahnya.

Kenneth tidak diberi izin untuk sekolah, dia menjalankan homeschooling selama tiga tahun. Kakeknya yang mendengar itu segera melakukan tindakan, Kenneth dibiayai sekolah oleh kakeknya sehingga anak itu bisa merasakan hidup normal seperti anak-anak lainnya. Tapi kebahagiaan itu tak bertahan lama, Kenneth kehilangan kakeknya saat umur lima belas tahun.

The strength of a protagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang