vii. Sandekala kita usai.

439 37 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



   pukul empat, dan perjalanan ini hampir selesai, kami sudah melewati banyak hal tadi dengan percakapan yang membuatku semakin erat, dengan kadine yang sekarang memeluk tanganku seolah dia takut aku pergi, sangat erat dekap nya.

   ntah sudah halte bus keberapa yang telah kami lewati, museum zoologi, jalan ottto Iskandar yang sebenarnya aku sangat ingin mengajak kadine mengelilingi indahnya jl Surya kencana, dimana gerbang nya terjadi gapura dengan estetika lampion yang jikalau hari semakin gelap maka cahaya kuning yang menyala itu tampak juga kuliner nya makin beragam.

  pasar Bogor yang kini sudah menjadi indah karena pedagangnya dipindahkan ke ruang yang lebih terawat juga ruko-ruko lampau yang masih ada walaupun kini hanya tinggal bangunan kosong sebab lahan parkir nya sulit.

   "aku suka makan bebek disini, enak namanya bebek om Aris, di dramaga juga ada tapi kalau makan disini ngga tau kenapa suasana nya lebih kerasa kaya lagi sama keluarga" ucap ku, menunjuk pada ruko berwarna abu itu.

   "kamu ngga mau mengisi perut kamu dulu awan?" tanyaku, aku menggeleng jujur aku tak lapar, tidak lelah juga sebab aku takut jika lengah sedikit banyak waktu yang ku sia-siakan.

   kamu berjalan lagi, sudah sampai pada jembatan otista yang dibawahnya terdapat sungai yang mengalir deras "ini namanya jembatan otista" aku menghentikan langkah ku di perbatasan pagar kuning itu, yang di sebrang sana terdapat lagi jembatan.

   "katanya jembatan di sebrang itu, kalau sepasangan kekasih lewat mereka bisa putus, tapi kalau mereka lagi masa pendekatan mereka bisa jadian" jelas ku pada kadine, kadine melihat jembatan itu ia tersenyum.

   "aku ingin, aku ingin ketemu kamu lagi disini" kadine berucap demikian, lantas kami berdua saling bertatapan "lebih tepatnya disana, di jembatan itu. aku harap nanti kita jadi sepasang asing yang direstui takdir di titik terbaik"

   "kalau begitu, sampai jumpa din, sampai jumpa di titik ini di titik yang semoga menjadi yang terbaik menurut takdir" kataku sekaligus menjadi harap yang utuh, semesta tertawa ga ya? penghuni nya ini maunya terlalu memaksa.

  Ia memeluk ragaku, dengan saksi jembatan juga senabastala kota hujan yang mulai bercorak jingga itu "dulu aku takut, aku takut pergi dari bumi. tapi makasih udah buat aku ngga takut lagi, karna kamu yang buat aku ingin segera pergi untuk terlahir kembali"

   aku membenamkan wajahku di lehernya, menghirup semuanya. dia ingin cepat pergi tapi aku di bumi takut sendiri, semesta aku harus melakukan apa sehabis ini?

   bisa kah aku ikut menemui ia yang menghidupkan ku di langit?.

   "tapi aku takut, aku takut sendiri di bumi" ucap ku, mengeluarkan apa yang sedari tadi aku pendam sendiri.

   aku merasakan rambut ku di usap lembut olehnya, lantas ia pun berucap "aku selalu ada, percayalah. perpisahan di bumi hanya sebuah fana yang nyata itu kita akan abadi nanti di alam sana, tapi aku ingin untuk sekali lagi aku terlahir ke bumi, untuk bisa melukis takdir lagi"

[✓] Sandekala | WinRina.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang