Tamparan itu masih memberi bekas dilubuk hati Meryem, wanita cantik yang dinikahi Yüksek 3 tahun lalu. Meski sudah cukup lama menikah, Tuhan tak menitipkan mereka keturunan. Sikap Yüksek yang tempramen, membuat Meryem menderita. Namun apalagi yang bisa ia lakukan, selain pasrah dengan takdir yang digaris oleh orangtuanya. Yüksek selalu melampiaskan amarahnya pada Meryem, sekalipun bukan kesalahannya, tak jarang pula ia bertindak kasar.
Pernah waktu lalu, Meryem pergi dari rumah, merasa sudah tak sanggup, ia diperlakukan layaknya batu yang tak bernyawa, tikaman, pukulan yang membabi buta, membuat Meryem kehilangan kesabaran. Namun, hal itu tidak membuatnya bebas, justeru Meryem semakin disalahkan orangtuanya, akibat pergi dari rumah tanpa izin suaminya. Yüksek dikenal baik oleh kedua keluarga mereka, karena itulah, mengapa orangtua Meryem tidak pernah mendukungnya setiap kali ia datang memohon untuk segera bercerai dengan Yüksek.
Tepat 2 Mei, hari ulang tahun Yüksek yang ke-25, mereka mengadakan pesta besar-besaran, seolah Yüksek masih remaja, seluruh keluarga berkumpul, yang membuat hati Meryem hancur, saat agenda potong kue, bukan dirinya yang menjadi orang spesial di pesta suaminya, melainkan wanita asing, yang diajak oleh saudara Yüksek. Gülseren namanya. Wanita berambut pirang dan keriting halus, dengan tampilan yang terbuka, sangat jauh dengan tampilan Meryem yang tertutup rapat oleh jilbabnya.
Sungguh, tidak ada kebahagiaan yang Meryem dapatkan dari pernikahannya. Setiap hari hanya ada luka. Belum kering yang kemarin, sudah digores kembali. Baju panjang itulah yang menutupi segalanya dari pandangan mata.
"Meryem!" Teriak Yüksek dari dalam kamar.
Mendengar suara suaminya, Meryem pun meninggalkan pekerjaannya di dapur, mengelap keringat yang bercucuran diwajahnya.
Tibalah ia dihadapan Yüksek. "Iya suamiku?" ucapnya terus mengelap keringat dari wajahnya.
"Ah! Bau apa ini, sakit sekali hidungku, sudah pergilah!" Bentaknya, melempar gelas, yang berada di meja pinggir ranjang milik mereka.
Meryem bersimbah di lantai, sudah tak tahan menerima perlakuan suaminya itu. "Astagfirullah, suamiku yang sangat ku cintai, ketahuilah kalau aku tidak mengingat Allah, mungkin sudah ku cabut paksa nyawaku ini!" Luap Meryem terisak.
"Pergi kau! Wanita sombong sepertimu, pantas mendapatkan ini!" Lontar Yüksek tajam, seolah ia tidak merasa bersalah atas sikapnya.
Meryem bangkit dari sana, segera meninggalkan suaminya yang tengah terbaring lemah di atas ranjang, sejak kecelakaan sepulang dari pesta ulang tahunnya. Air mata yang kian bercucuran, senyum manisnya pun sudah lama tak terlihat, siksa demi siksaan yang menutupi senyum manis itu. Kini hal yang sama setiap harinya, ia menelan bulat-bulat setiap kalimat pahit dari bibir suaminya. Tuhan satu-satunya alasan Meryem untuk hidup.
Apalagi, pergi dari rumah tidak bisa menyelamatkan juga, orangtuanya tidak memercayai penderitaannya. Hidup yang pahit, harus ditanggung wanita muda itu, wajah manis itu tampak lebih tua dari usianya.
"Ting!" Notifikasi pesan.
Ponsel milik Meryem yang berbunyi, Yüksek yang berada tak jauh dari meja di samping kanan ranjang mereka, segera meraih ponsel itu. Telah tersaji pesan WhatsApp dari Hazar.
"Buar!" Ponsel itu hancur, akibat dicampakkan dengan keras oleh Yüksek.
Meryem yang masih terisak sontak terkejut, langsung berlari menuju kamar mereka, matanya terbelalak melihat ponsel miliknya hancur terbelah, tak ada kata yang ia lontarkan, bahkan air mata tak sanggup menjelaskannya, sungguh tiada daya Meryem membela dirinya.
Terlihat Yüksek bangkit dari tempatnya, ia mendekati Meryem, menarik paksa jilbabnya. "Apa yang kau lakukan dibelakangku!" Teriak Yüksek mengangkat jilbab Meryem.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjeremba
RomanceKehidupan rumahtangga yang indah, tentulah menjadi idaman semua wanita. Termasuk Meryem. Seorang designer muda asal kota İzmir, Turki. Menikah dengan seorang pria bernama Muhammet Yüksek. Sudah lebih 3 tahun menikah, mereka tidak juga memiliki ketur...