Semanis Baklava

5 0 0
                                    

Hazar datang menemui Meryem, ia semakin sering berkunjung, tetap saja Meryem menutup diri. Waktu yang panjang, jalinan rumahtangga yang tidak sehat pun mampu membuat Meryem melupakan mantan kekasihnya itu. Hazar, pria yang mapan, orang paling kaya di kota İzmir, sayangnya belum ada yang mampu mengisi kekosongan hatinya. Ia terlalu menutup diri dari kaum hawa, hanya Meryem satu-satunya wanita yang ia cintai. Dalam 4 tahun terakhir pun, Hazar selalu memantau Meryem melalui anak buahnya tanpa sepengetahuan siapapun.

Pagi itu, di depan pagar rumah Meryem.

"Tin! Tin!" Klason mobil Hazar.

Meryem berjalan menemui asal suara itu dari balik pintu rumahnya, ia melihat dari jendela. Tentu saja sedikit gusar, takut akan penilaian tetangga tentangnya dan Hazar. Meryem berjalan memberanikan diri membuka pintu, mengenakan mantelnya, hari ini hujan lebat, tapi Hazar yang mencintai Meryem tidak menghiraukan cuaca yang buruk. Cuaca bukan halangan untuk menumui pujaan hatinya, baginya mencintai Meryem adalah separuh hidupnya. Sampai sekarang ia terus mencintai wanita berkhimar panjang itu.

"Assalamualaikum?!" Ucap Hazar membuka jendela mobilnya.

Meryem tersenyum.

Hazar segera memarkirkan mobilnya di halaman rumah Meryem, yang memang cukup luas. Tentulah, selama ini dua mobil selalu terparkir bebas. Sayangnya penghuni rumah itu tinggal satu, membuat lapangan itu kosong, pemiliknya sudah beranjak lama sejak persidangan waktu itu.

"Aku membawakan ini," ucap hazar menyerahkan paperbag coklat, menutup kepalanya dengan tangan satunya dari tetesan hujan.

"Apa ini?" Tanya Meryem.

"Buka saja!" Pinta Hazar tersenyum, baru saja tiba di depan Meryem.

Meryem berjalan menuju kursi dekat jendela, tempat biasa suaminya menyemir sepatu. "Wah! Baklava, ini lezat sekali, terima kasih Hazar," ucap Meryem, menyoroti susunan rapi isi kotak itu, segera ia memilih potongan baklava di dalamnya.

"Aku membelinya spesial, rasanya masih sama, dengan isian kacang almond kesukaanmu," ucap Hazar, membuka sepatu miliknya, mungkin aroma tengik bisa tercium akibat air yang membasahai kaus kakinya.

"Wah, dan ini apa?" Mengambil kotak satunya, Meryem mencium aromanya, hampir hidungnya terganggu dari kegiatan Hazar saat itu pula.

Hazar menatap, wajah wanita disebelahnya kini terlihat lebih bahagia, daripada saat masih berstatus istri orang. "Silakan dicoba," ungkap Hazar lagi, menyodorkan sebuah paper bag coklat, banyak hadiah untuk Meryem darinya yang sejak lama sebenarnya hendak diberikan dahulu.

Meryem mengernyitkan alisnya. "Apa ini Hazar?" Ungkap Meryem yang penasaran atas ulah Hazar bertubi-tubi memberi hadiah.

"Ambilah, semua ini untukmu," ucap Hazar tersenyum lepas, menampilkan susunan giginya yang rapi.

Meryem meraihnya, belum sempat membuka satu bungkusan tadi, kini ada bungkusan baru, sedikit berat. "Masya Allah, teh ayran? Oh Hazar, bagaimana semua ini kau sajikan bersamaan, kau ingin aku gendut?" Gurau Meryem, menghela napas ternyuh dengan semua yang ia dapatkan secara bersamaan.

"Haha, tentu, kenapa tidak?" Ungkap Hazar menggaruk punggung kepalanya.

"Dasar kau!" Gumam Meryem mencubitnya. "Aku men--" ungkap Meryem spontan, hampir sempurna.

Hazar terbelalak mendengar induk kalimat lantunan wanita yang tepat berada disampingnya, seperti hendak mengucapkan kalimat yang lama ia nanti terlantun. "Apa lanjutnya, coba ulangi, aku tak mendengarnya?" Ucap Hazar menggodanya.

"Tidak, aku tidak mengatakan apapun," mengalihkan jawabannya.

Hazar tersenyum. Tentulah, meski sekilas melintasi gendang telinganya, itu sudah cukup sebagai bayaran kerinduannya selama bertahun-tahun lamanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MenjerembaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang