Prolog

662 62 6
                                    

Beberapa polisi khusus dengan senjata lengkap sedang mengepung sebuah gedung. Satu persatu penjaga dilumpuhkan. Beberapa anak pun berlari menjauhi gedung.

"Kak... ayah dan yang lain...." ujar anak perempuan tertua kedua sambil menggandeng salah satu anak termuda.

"Kita harus berpencar. Kita akan tertangkap dengan mudah jika bergerombol dalam jumlah besar. Kita akan kembali berkumpul di pulau utama," ujar anak laki-laki yang lebih tua.

Keenam anak yang berlari itu pun sampai di pantai dan langsung menaiki perahu kecil yang sudah ada disana.

Sementara itu di gedung yang sudah dikuasai polisi...

"Kerja bagus, apa kepalanya sudah ditangkap hidup-hidup POLRI?" tanya seorang remaja bersurai merah putih.

"Sudah, anak buahku memastikan ia tetap hidup," jawab pria yang dipanggil POLRI itu.

"Dengan begini peredaran narkoba bisa terhenti untuk wilayah ini, meski belum sepenuhnya. Terimakasih BIN."

"Tak masalah BNN. Kebetulan saja kasus ini tidak hanya soal narkoba. Tapi ini benar-benar keterlaluan...." ujar BIN.

"Bagaimana keadaan anak-anak itu?"

"Anak buah saya dan PMI sedang menanganinya. Kami akan mecocokkan identitas mereka dengan data orang hilang," jawab POLRI.

"Kasus ini tak hanya merugikan negara. Impor dan penyebaran ilegal narkotika, penculikan anak dan remaja, hingga perdagangan manusia... tolong usut sampai tuntas. Lalu, rehabilitasi anak-anak itu dan kembalikan ke keluarga mereka. Berikan bantuan juga untuk mereka beradaptasi kembali," ujar sang remaja bersurai merah putih.

"Siap!" seru POLRI, BNN, dan BIN.

"Master, anda mendapat pesan dari Tuan ASEAN. Anda harus segera kembali dan Tuan Presiden sudah menyiapkan penerbangan untuk anda besok," ujar pria dengan seragam tentara.

"... Baiklah, karena aku harus berangkat besok, kamu kerjakan dokumen yang sudah menumpuk itu ya TNI,' ujar remaja itu yang kemudian pergi dari sana.

"Tapi tuan... Tuaaaan..." panggil TNI.

Nala [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang