Chapter 1 - Awal

642 59 18
                                    

Seperti sepasang sepatu yang tak terpisahkan, kita berjalan bersama dan saling melengkapi. Rintangan dan lika-liku kehidupan telah kita hadapi bersama hingga rasanya mustahil untuk melewatinya tanpamu. Terimakasih telah lahir di dunia ini dan melengkapiku. Di hari peringatan pertemuan kita di dunia, ku berharap kita akan bersama selamanya.

-Insulinde-

"INDO!!!"

Anak yang dipanggil Indo itupun seketika terkejut lalu menatap pelaku dengan wajah masam. "Jangan teriak dekat kupingku napa Phil. Budeg nanti," ujar Indo.

"Kamu melamun terus sih. Aku udah panggil kamu 10 kali tau," ujar Phil.

"Lagi mikirin apa sih?" tanya Malay.

"Bukan apa-apa, hehe. Ada apa?" tanya Indo.

"Ini sudah waktunya pulang. Kamu mau tinggal disini?" jawab Phil.

"Indo, jangan pulang dulu. Kamu piket hari ini," ujar Neth sambil memberikan sapu pada Indo. "Dan jangan mencoba untuk kabur," lanjutnya.

"Kalau begitu kami tunggu di gerbang ya! Kalau kelamaan kami tinggal! Dah Indo!" ujar Malay yang langsung menyeret Phil keluar.

"Eeeh, tunggu!" seru Indo yang hendak mengejar tapi ditahan oleh Neth. Indo pun menatap Neth dengan mata memelasnya. "Neth, please..."

Netherlands pun menghela napasnya. "Haah, baiklah. Kamu buang saja sampah itu ke tempat pembakaran sampah. Setelah itu kamu boleh pergi," ujar Neth pasrah.

"Asik! Makasih Neth!" ujar Indo sambil memeluk Neth.

Indo pun mengambil tempat sampah dan membawanya ke tempat pembakaran sampah. Setelah selesai, ia langsung berjalan kembali ke kelasnya. Di lorong, ia melihat Israel yang sedang memojokkan Palestine. Indo pun langsung menendangnya dari samping lalu membalikkan tempat sampah yang ia bawa dan memasukkan kepala Israel ke dalamnya.

"Kau tak apa-apa Pali?" tanya Indo khawatir.

"Aku tak apa. Terimakasih Indo. Tapi Isra..." jawab Palestine.

"Heh sialan! Jangan ikut campur urusan kami!" seru Israel sambil melempar tempat sampah yang digunakan Indo padanya.

"Atau apa?"

"Kau... sama saja dengan saudaramu! Aku bisa membuat kalian seperti Palestine!" seru Israel.

"Coba saja kalau berani. Bukan cuma kamu yang punya sekutu dan ingat, peringkat militerku juga tak kalah darimu!" seru Indo.

"Sudah Indo, ayo kita pergi saja..." pinta Palestine yang tak ingin Indo berkelahi.

Indo pun mengambil tempat sampah yang dilempar Israel lalu menarik tangan Palestine agar pergi bersamanya. Setelah sedikit jauh, Indo pun berhenti dan berbalik lalu mengecek keadaan Palestine.

"Kamu sampe luka gini..."

"Aku tak apa. Ini tak seberapa kalau dibandingkan dengan rakyatku... ujar Palestine. Tapi... tolong cuci tanganmu dulu Indo..."

"Oh iya! Maaf!" seru Indo yang baru ingat kalau tangannya habis memegang sampah dan langsung menyentuh Palestine.

"Hehe, tak apa. Terimakasih Indo..." ujar Palestine sambil sekali lagi tersenyum.

Wajah Indo pun memerah dan ia salah tingkah. "A-aku tak membantu banyak. Baik aku maupun Malay, kami tak bisa membantu banyak karena jarak kita jauh!" seru Indo yang salah tingkah.

"Tidak, kalian sudah sangat membantuku. Bahkan kadang, aku berpikir kenapa negara yang jauh terlihat lebih peduli padaku dibanding keluargaku sendiri," ujar Palestine.

Nala [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang